"Wooyoung, lo udah makan?"
"Gosah deket deket, mulut lo bau rokok!"
"Ini vape bukan rokok! Wangi tau, nih.."
Wooyoung memejamkan mata saat Jia menghembuskan asap di depan wajahnya.
"Pergi lo! Asam lambung gue naik."
Bukannya pergi, Jia malah memberikan sekeping obat tablet pada Wooyoung.
"Minum obat dulu baru kita makan, oke? Gue tunggu di sana ya," ucap Jia menunjuk pintu gerbang.
"Buset, cewe gila paham medis ternyata. Ini obat yang biasa gue minum," puji Mingi.
"Dia gila tapi dia pinter, liat aja minggu lalu menang lomba KTI," ucap San sambil mengikat tali sepatu.
"Eh gue duluan ya," lanjutnya."Lo beneran ga suka sama dia? Hampir 4 tahun loh ini.."
"Menurut lo gue nyaman digituin? Pikir aja sih, mana ada cowo yang suka sama cewe barbar kayak dia."
"Tapi dia pinter, cantik juga. Lumayan.."
Dari penilaian Mingi sebenarnya tidak salah, kalau Jia sedikit merubah sikapnya dalam mendekati Wooyoung, mungkin laki-laki itu akan luluh.
"Jadi lo udah ditahap risih banget nih? Nanti gue samperin dia, biar ngedeketin gue aja."
Wooyoung mendelik tak suka, "jauh jauh deh dari dia."