Hari ketiga mereka bersama.
Wooyoung pikir tempat kencan idaman perempuan seperti Jia ini pasti di restoran atau di mall.
"Jadwal sidang gue udah keluar, sayang banget pas sidang nanti hari terakhir lo jadi pacar gue."
"Senin depan?"
Jia mengangguk, "gue mau memotivasi lo supaya skripsi lo cepet kelar juga."
Jujur Wooyoung tidak ada masalah dengan itu. Mengingat teman-temannya sekarang mulai ogah ogahan kalo diajak skripsian.
Di satu sisi, Wooyoung menyadari kalau diamnya Jia sangat suram. Gadis itu fokus membaca paper untuk persiapan sidangnya.
Berhubung judul KTI dengan judul skripsinya masih berkaitan, tidak sulit bagi Wooyoung melengkapi penelitiannya.
Tak terasa lampu perpus mulai dihidupakan dan lampu jalanan yang memantul dari jendela perpus mengisyaratkan bahwa mereka sudah cukup lama di sini.
"Jia.."
"Ayo pulang."
"Udah selesai?"
"Besok gue bimbingan, semoga bisa lanjut bab selanjutnya."
Jia tersenyum puas dengan mata merah lelahnya.
"Gue bangga tau!"
Wooyoung menyeringai, "terserah, gue laper."
"Mau makan apa?"
"Gue ada makanan di rumah, kita makan masing-masing aja."
Jia mengangguk pasrah, dirinya pun sudah mengantuk. Sepanjang jalan, Jia diam memeluk Wooyoung dan hampir saja gadis itu tertidur.
"Jangan ngiler lo di jaket gue, dah nyampe."
Jia melepas helm yang dia bawa sendiri, jadi selama seminggu Wooyoung lah yang menjemput Jia, hanya pas hari yang ditentukan saja, tapi hari yang dimaksud sudah Jia rencanakan. Maka dari itu selama 7 hari penuh Wooyoung terus melihat wajah Jia.
"Makasih ya udah dianterin."
"Dah masuk."
Jia memeluk Wooyoung sekali lagi, "hati-hati di jalan."
Tak lupa sebelum berpaling dari Wooyoung, Jia memberikan satu keping vitamin. Terhitung ini adalah vitamin ketiga yang Wooyoung terima.