10

143 11 0
                                    

Jia mencoba mengontrol wajahnya. Perempuan yang kata Wooyoung adalah tunangan, keduanya sekarang tengah asik mengobrol. Jia sendiri belum tau hubungan asli antara mereka, yang pasti Wooyoung berbohong pasal tunangan.

Wooyoung sadar tatapan kosong Jia berlarut lama, padahal tadi gadis itu asik mengisi TTS yang Wooyoung beri.

"Lo ada kelas abis ini?"

"Iya, aduh sayang banget padahal gue pengen ngobrol lebih banyak."

Wooyoung tersenyum simpul, "nanti malem kita telponan, oke?"

Mendengar itu Jia tersadar, ia tidak bisa marah, tidak ingin membuat Wooyoung malu lebih tepatnya.

"Kenapa ga di isi kolomnya? Katanya pinter?"

"Gatau, gue tiba-tiba jadi bodoh."

Jawaban asal itu malah membuat Wooyoung tertawa, Jia pun ikut tertawa malu dibuatnya. Jarang sekali melihat Wooyoung tertawa lepas karena dirinya sendiri.

"Ah, kalian sering telponan tiap malem?"

"Iya, kenapa?"

"Makanya lo ga pernah bales chat gue? Dibalesnya pas pagi doang?"

"Iya, sekarang lo udah tau kan?"

"Jahat.."

Sudah hari keempat, Jia hampir saja menyerah. Gadis itu sudah mempersiapkan diri untuk tidak muncul dihadapan Wooyoung setelah perjanjian mereka berakhir.

"Ayo lo mau ke mana habis ini?"

"Kafe kucing."

"Gue ga suka kucing," tolak laki-laki itu.

"Terus sukanya apa?"

"Gue suka anak anjing."

"Gue yang ga suka anak anjing."

"Ya udah lo pergi aja sendiri."

Genggaman tangan Jia pada pena Kian mengerat. Matanya memanas.

"Kenapa gue selalu disuruh pergi sendiri? Ada lo pun gue harus sendirian, gada lo gue juga sendirian.."

"Dalam tiga hari ke depan juga gue bakal sendiri lagi," lirihnya.

Jia menghapus air matanya, memeluk buku TTS yang cukup banyak Wooyoung beli untuknya, "have fun malem ini, besok kita ketemu lagi kayak biasa."

"Makasih TTS nya, malem ini bakal gue selesaiin semua."

HAI WOOYOUNG ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang