"Apaan lagi?"
"Bunganya kan buat lo bukan buat mobil gue," protes Jia sambil duduk melipat tangan di dada.
"Gue perlu pergi ga nih?" tanya Yunho.
"Biarin dia yang pergi," balas Wooyoung tak peduli.
"Ayo kita tukeran tempat, Yun!"
Laki-laki tinggi itu tertawa pelan, "gue mau beli kopi dulu."
"Titip satu ya! Wooyoung mau?"
"Gue satu," ucap Wooyoung langsung pada Yunho.
"Hei, cewe kemarin malem siapa?"
Wooyoung terdiam kemudian tersenyum miring, "tunangan gue, napa?"
"Heh! Jangan sembarangan, gue duluan pokoknya!"
"Udah ya, gue ga akan suka sama lo."
Wooyoung berpindah tempat duduk, ia menerima tatapan tajam dari Jia sampai Yunho datang.
"Tumben nih cewe anteng, lo apain?"
"Berapa kopinya?"
"Gapapa gue yang traktir."
"No rekening lo masih yang lama kan?"
Yunho mengangguk bingung.
"Dah gue transfer, makasih kopinya," ucap Jia kemudian pergi.
"Young, lo ga kasihan?"
"Lo harusnya kasihan sama gue."
"Yaudah nanti gue aja yang ngedeketin dia."
"Lo pada apa apaan sih? Kemaren Mingi sekarang lo, besok siapa? San, Yeosang?"
"Tuh cewe effortnya gede ya kali masa ga sayang, mau empat tahun loh."
Raut wajah Wooyoung makin muram. Matanya tertuju pada buku yang tertinggal di tempat Jia duduk.
"Lo liat ini? Sengaja banget ninggalin di sini," geramnya.
"Yaudah balikin terus bilangin ke Jia, Yunho sama Mingi mau jadi pacar dia."
"Sinting.."