Touch (9)

777 69 17
                                    

Hampir setengah jam, akhirnya Yechan memutuskan untuk kembali masuk ke dorm, dengan cara memaksa. Alasan utamanya adalah karena dalam lima menit belakangan ini, Jaehan sudah bersin dan menggaruk hidungnya lebih dari sepuluh kali. Yechan yang berinisiatif untuk pamit pada ketiga Hyungnya, ingin mengantarkan Jaehan masuk, yang anehnya justru memaksa ingin tetap tinggal.

"Kau kedinginan, Hyung." Yechan kembali mendekati Jaehan dan mencoba menariknya berdiri.

Bukannya menuruti, Jaehan justru menjatuhkan pantatnya di atas salju, membuatnya langsung terlonjak dan melompat. Untungnya, Yechan dengan sigap menahan, saat Jaehan akan terjerembab.

Menepuk-nepuk bokong Jaehan yang basah, Yechan mendesah. "Kenapa sih selalu ceroboh? Bagaimana jika tadi Hyung justru terpeleset dan jatuh?"

Jaehan cemberut. Pantatnya yang sekarang dingin membuat bibirnya semakin bergetar. Tapi, manusia saljunya sebentar lagi jadi. Ini masih terlalu kecil. Sangat berbeda dengan yang dipunyai Hangyeom di sebrang sana. Apalagi, saat Hyuk ikut membantu memasangi ranting sebagai kedua tangannya. Jaehan semakin kesal.

"Tidak bisakah menunggu sampai manusia salju ku sebesar punya Hangyeom?" tanya Jaehan, meremas jaket Yechan.

Yechan menoleh pada Hangyeom dan Hyuk yang sedang tertawa, tanpa melihat mereka, sebelum kembali menatap Jaehan. "Nanti akan ku buatkan. Sekarang, ayo kembali ke dorm."

"Yechanie..."

"Hyung...."

"Um!" Jaehan kesal. Ia bersedekap, dan melepaskan tangan Yechan di lengannya. Menapaki salju di bawahnya dengan kekuatan penuh, ia menghampiri Hangyeom. "Gyeom-ah, aku ingin manusia salju punya ku sebesar punya mu."

Hangyeom mendongak, yang tertutupi Hyuk yang tinggi. Menaruh tangannya di atas kepala Hyuk dan menundukkannya, ia melihat Jaehan, mengerjap. "Memangnya Hyung tidak bisa?"

"Tidak." adu Jaehan, muram. Ia menunjuk manusia salju miliknya, yang tepat berada di sebelah Yechan. "Kau lihat? Tidak pernah berhasil."

Hyuk ikut menoleh, "Kecil sekali, seperti Hwichan Hyung."

Hwichan yang mendengar itu, segera mengepalkan bola salju dan melemparkannya pada Hyuk. Tapi karena Hyuk yang kembali di tundukan oleh tangan Hangyeom, akhirnya bongkahan salju itu mengenai wajah Hangyeom. Menghantamnya.

Hyuk yang terkejut segera melepaskan tangan Hangyeom di kepalanya, dan membersihkan wajah yang lebih tua. Tatapannya khawatir. Apalagi saat akhirnya salju itu dibersihkan, Hangyeom mengerjap beberapa kali. Matanya mendadak perih.

"Kenapa sih kalian suka sekali saling melempar? Lihat, bagaimana jika itu mengenai matanya?" Hyuk menoleh sekilas pada Hwichan yang langsung beringsut ke balik punggung Jaehan.

Jaehan yang tau bahwa Hwichan ketakutan mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Hwichan yang bergetar akibat dingin, belum lagi karena tatapan tajam Hyuk.

"Hwi tidak sengaja, Hyukie." bela Jaehan. Kekesalannya pada manusia salju miliknya tadi jadi berangsur. Tergantikan khawatir pada Hangyeom. Ia mendekati Hangyeom, dengan tetap membawa Hwichan untuk bersembunyi dibalik punggungnya. "Gyeom-ah, gwenchana?"

Hangyeom masih mengerjap, saat Hyuk duduk dengan kedua lututnya. Wajahnya mendekat, dan memberi tiupan pada kedua mata Hangyeom yang masih menyesuaikan penglihatannya. Hyuk berdecak. "Jelas, tidak. Hyung tidak lihat?"

Yechan yang mendengar bentakan itu menghampiri. Nada bicara Hyuk memang seperti itu, semua orang tau. Tapi, jika diucapkan dengan mata yang menyala tajam, Jaehan sebagai yang tertua pun ikut takut.

Yechan paham. Dan dengan itu, ia mendekati Jaehan dan membawa tubuh itu untuk berada di belakangnya. Ia menatap Hyuk yang menoleh sekilas padanya "Ayo bawa Hangyeom Hyung masuk."

Touch☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang