Touch (27)

492 55 2
                                    

"Jaehan Hyung ingin mengundurkan diri... dari Omega X."

Kata-kata Yechan itu membuat semua orang yang berkumpul dengan membentuk lingkaran menahan napas. Belum juga sadar dari keterkejutannya, Yechan juga memberikan sebuah kertas yang tidak lagi utuh dan rapih karena sudah di remuknya. Ia memberikannya pada Hyuk, yang paling dekat dengannya duduk.

"Kau bisa meremukkannya untuk kedua kalinya, Hyung." Yechan bersuara di sebelahnya saat Hyuk tidak juga bergerak. "Cepat berikan pada Hangyeom Hyung, agar yang lain bisa membacanya."

Hangyeom menariknya, tidak peduli kertas itu sedikit robek di ujung karena Hyuk yang terlalu kuat menahannya.

Yechan pikir semuanya hanya butuh waktu satu menit. Nyatanya, keheningan yang ada diruangan ini hampir sepuluh menit lamanya. Dengan ketegangan dari wajah masing-masing setiap kali mendapat giliran untuk membacanya.

Hwichan, Kevin, dan Junghoon yang paling tidak bisa menahan air matanya akhirnya tumpah juga setelah mati-matian menahannya.

Bahkan sampai di orang terakhir, yaitu Xen, yang langsung bersumpah serapah, semuanya kembali hening.

"Bisakah kita membujuk Jaehan Hyung untuk tidak melakukan ini?" di sela tangisannya, Kevin berbicara. Saling memeluk dengan Junghoon di sebelahnya.

"Tentu." Hyuk menimpali. "Kita akan terus menahan Jaehan Hyung sampai kapanpun. Tidak peduli bahwa ia muak dengan kita semua. Bagaimana?"

"Dimana Jaehan Hyung?" Sebin bertanya.

Hangyeom, dengan tercekat, menjawab. "Di kamar ku. Sesaat sebelum aku pergi kesini, Jaehan Hyung masih tidur dengan lelap."

"Jaehanie Hyung pasti kelelahan." Hwichan, kali ini setelah tangisnya reda, bersuara.

"Bagaimana ini?" Junghoon melepaskan pelukan Kevin, dan menatap Yechan yang sedari tadi tidak juga bersuara. "Yechan-ah, kau mendapat surat itu dari mana?"

Hening.

"Yechan-ah?" panggil Junghoon lagi, saat Yechan tidak menimpali.

"Dari lemari pakaian Jaehan Hyung." Yechan menjawab dengan rahang mengeras. "Tadi saat aku mampir sebentar ke kamarnya, saat Hangyeom Hyung sedang mandi, aku merapihkan pakaiannya, dan menemukan ini saat aku ingin menutup lemarinya. Itu... tidak di sengaja."

Hyuk menepuk bahu Yechan beberapa kali, saat sadar bahwa sedari tadi Yechan tidak ikut menimpali. Ia juga tidak menunjukkan reaksi apapun saat memberikan kertas pengunduran diri Jaehan, kecuali wajahnya yang datar dan rahang mengeras yang tidak juga mengendur.

"Yechan-ah, kau dan Jaehan Hyung bukannya ada acara di Bangkok?"

Yechan mengangguk. "Benar."

"Kapan?"

Yechan menoleh pada Hyuk di sampingnya. "Dua minggu lagi. Wae?"

"Tidak." Hyuk menggeleng. "Aku yakin Jaehan Hyung ingat soal ini."

"Aku tidak tau."

"Kalian sedang apa?"

Pertanyaan itu membuat semua orang menoleh ke arah tangga, dan langsung tercekat. Belum sepenuhnya sadar, tau-tau saja langkah kaki Jaehan yang masih pincang sudah mendekat, dengan ringisan yang tak juga berhenti keluar dari bibirnya. Jaehan duduk di samping Xen,  satu-satunya kursi yang masih kosong.

"Jinwoo, kemarikan kertasnya." suara panik Hangyeom terdengar dengan uluran tangan dari semua orang yang ingin merampas dari tangan Xen.

Yechan berdiri, menghampiri Jaehan yang sekarang duduk dengan tidak nyaman lantaran kaki terkilirnya yang belum sembuh. Belum lagi, ia duduk dengan miring, menandakan bahwa bokongnya masih sakit.

Touch☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang