Touch (10)

776 75 0
                                    

Jaehan bangun dengan tubuh bergetar dan peluh membasahi kening. Saat matanya menatap sekeliling, dan menemukan dirinya hanya seorang diri, ia berteriak. Memanggil.

"Hangyeom!" tapi yang keluar justru hanya bisikan. Membasahi tenggorokannya, ia kembali memanggil, kali ini berharap suaranya lebih keras. "Gyeom-ah!"

Yechan yang tadinya sudah kembali dari dapur dengan membawa nampan berisi makanan untuk Jaehan makan malam, terkejut saat mendengar teriakan Jaehan dari dalam kamarnya. Melajukan langkahnya dengan cepat, ia buru-buru membuka pintu. Dan menemukan Jaehan yang sudah ingin turun dari ranjang. Dengan memakai celana pendeknya.

"Hyung?" panggil Yechan pelan, dan meringis saat Jaehan terkejut. "Ada apa? Kau bermimpi?"

Jaehan menatap Yechan. Teringat bahwa beberapa waktu lalu bermimpi tentang orang-orang yang mencemoohnya karena masih mau menerima Yechan yang sudah berkhianat. Membawa perempuan lain untuk bersenang-senang di club sementara grupnya sedang di ambang kehancuran, serta dengan banyaknya orang yang menamakan dirinya Forest.

Teringat kembali saat mereka mengatakan bahwa Jaehan lemah dan terlalu menjunjung tinggi Yechan.

Hati nya kembali sakit, tapi tidak bisa untuk mengutarakannya. Ini hanya mimpi, yang di alaminya. Yechan tidak tau. Dan ini pun bukan kenyataan. Harusnya Jaehan biasa saja.

Harusnya Jaehan tidak berdegup kencang, saat menemukan dirinya seorang diri tanpa Yechan padahal ini adalah kamarnya. Membuat Jaehan meneriakan nama Hangyeom yang tidak pernah meninggalkannya.

Jaehan memakai celana panjangnya lagi dengan susah payah. Lututnya masih sakit, dan perih. Sampai Yechan menaruh nampan dan menghampirinya.

"Hyung mau kemana?" tanya Yechan lembut, kini duduk dengan lutut bertumpu, di bawah Jaehan. "Aku sudah membawakan makan malam."

Jaehan melirik nampan yang sempat mengambil fokusnya saat Yechan datang tadi. Perutnya lapar, tapi merasa aneh saat teringat mimpi yang di alaminya.

"Yechanie, sepertinya aku akan kembali ke kamar." Jaehan mencoba melepaskan tangan Yechan dari kakinya. "Aku akan makan bersama Hangyeom."

Yechan mendongak, mulutnya tertutup rapat, bahkan saat berbicara, hanya bergumam pelan. "Memang apa bedanya jika bersamaku dan bukan bersama Hangyeom, hm?"

Jaehan baru akan menjawab, saat Yechan membantu melepaskan kembali celana panjangnya. Kali ini, setelah melempar asal celana Jaehan, Yechan bangkit. Berdiri tepat di dekat Jaehan. Napas keduanya memburu untuk beberapa saat.

Saat Jaehan tidak juga menjawab, Yechan menghela napas. Tangannya naik untuk mengusap peluh Jaehan, menyebabkan poninya basah. "Hyung bermimpi?"

Jaehan mengangguk. Terhipnotis. Yechan terlalu... mendominasi.

"Mimpi apa, hm?"

"Kau."

Yechan tampak terkejut. "Aku?"

"Ya."

Tangan nya yang lain merangkul pinggang ramping Jaehan. Baru sadar pinggang Jaehan saat ini terasa lebih kecil dari sebelumnya. Yechan mendorong Jaehan pelan, mendudukannya di atas ranjang. Lalu membuka sedikit kaki Jaehan, memasuki celah itu setelah memposisikan dirinya disana.

"Apa aku yang ada di mimpi mu jahat?"

Jaehan menggeleng. Desahan berat terdengar. Ia mencoba mundur, menjauh, tapi lengan kokoh di pinggangnya terlalu susah untuk di lepas. Seakan memang itu tempatnya.

"Yechanie..."

"Hm?"

"Kita terlalu dekat."

"Tapi dulu Hyung tidak keberatan seperti ini."

Touch☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang