Jaehan menghapus air matanya yang terus menerus turun setelah tak lagi melihat keluarganya di belakang.
Mobil yang Yechan bawa berbelok di persimpangan pertama, semakin membuat Jaehan tak bisa menatap rumah kediamannya.
Ibunya tak menangis tadi. Tapi Jaehan tau kedua matanya berkaca-kaca saat ia berpamitan.
Sementara Ayah, setelah memeluknya dengan erat dan melabuhkan kecupan di pipinya, sibuk berbicara pada Yechan yang Jaehan tak tau berbicara apa.
Kedua Nuna nya bergantian untuk memeluk dan mengusak rambutnya, mengatakan bahwa mereka akan mampir jika berlibur di dekat-dekat sana. Jaehan tentu mengiyakan dan berjanji akan membawa mereka ke tempat-tempat yang seru dan kulineran bersama.
"Hyung baik-baik saja?" tangannya yang panjang mengusap pipi Jaehan yang sudah tak ada air mata lagi karena ia yang mengusapnya.
Jaehan menoleh, dan tersenyum. "Apa aku terlalu cengeng, Yechanie?"
"Tentu saja tidak." Yechan membantah. Ia menarik salah satu tangan Jaehan dan menggenggamnya. Membawa tangan itu ke atas kemudi. "Itu adalah hal yang wajar jika menyangkut keluarga."
"Apa kau juga seperti ini bersama keluargamu?"
"Ya." Yechan menoleh sekilas dan memberi Jaehan senyum. "Ibu akan selalu menangis jika melihat kedatangan atau kepulanganku."
"Bagaimana jika suatu saat nanti kita menginap di rumah mu, Yechanie?"
Yechan agak terkejut mendengar itu. "Hyung mau?"
Benar, Yechan sudah sering kali mengajak Jaehan untuk bertemu orang tuanya secara pribadi.
Mereka memang sering bertemu, tapi itupun dikelilingi banyak orang. Tak pernah yang benar-benar hanya ada mereka.
Dan saat Yechan mengajaknya, Jaehan mengatakan bahwa ia malu untuk bertemu kedua orang tua Yechan.
Bagaimana jika orang tua Yechan mengetahui hubungan mereka?
Tapi, setelah melihat kedekatan Yechan dengan Ayahnya. Jaehan jadi penasaran, apakah ia akan bisa mengambil hati kedua orang tua Yechan seperti Yechan yang bisa mengambil hati kedua orang tuanya?
Atau justru Jaehan mengacaukannya?
Tapi tidak mungkin.
Orangtua Yechan sangat baik. Beberapa kali bertemu bahkan memeluk Jaehan. Ibunya bahkan mencium Jaehan dan mengatakan bahwa Jaehan sangat tampan.
Pipi Jaehan bersemu.
Di puji tampan oleh Ibu Yechan benar-benar membuatnya senang.
Jaehan mengangguk mantap. "Mm. Bagaimana menurutmu?"
Yechan menghentikan laju mobilnya saat terlihat lampu merah menyala. Ia menoleh ke samping dan menatap Jaehan dengan cengiran yang tak luntur. Ia melepaskan tangan Jaehan untuk menangkup pipi Jaehan. "Ku pikir itu ide yang sangat bagus. Ibu pasti senang jika tau kau akan datang, Hyung."
"Benarkah?" Jaehan mengerjap dengan matanya yang indah. Kedua tangannya membalut tangan Yechan yang ada di pipinya. "Dari mana kau tau?"
"Hyung ingat pertama kali aku mengajak Hyung untuk kerumahku?"
Jaehan menatap Yechan malu. "Mm."
"Sebenarnya, Ibu yang menyuruhku untuk menawarimu. Ibu bilang, tiba-tiba saja Ibu merindukanmu dan ingin bertemu."
Jaehan terbelalak. "Kau tak pernah cerita."
"Aku takut Hyung terbebani dengan kata-kata Ibu." Yechan memberikan kecupan di kedua mata Jaehan yang terbuka lebar, dan seketika menutup. "Lagipula, hari itu setelah hubungan kita menjadi, um, lebih dekat, aku masih ingin berdua denganmu. Dan aku tak mau perhatianmu terbagi hanya karena ada Ibu dan Nuna ku."
Jaehan tertawa dengan kata-kata itu. "Yechanie, kau sangat pencemburu, kau tau?"
"Benar." Yechan mencubit gemas pipi Jaehan. "Bagaimana aku tidak akan cemburu jika kekasihku adalah Kim Jaehan?"
Dan Yechan tertawa saat melihat Jaehan menunduk malu. Kedua pipinya bersemu semakin merah.
Yechan melepaskan Jaehan saat bunyi klakson dibelakang mereka menyadarkan Yechan jika lampu sudah kembali hijau dan mereka harus segera melaju jika tidak ingin di teriaki oleh orang-orang.
"Hyung, mau makan apa?" Yechan bertanya saat jalanan sudah lumayan lenggang. Ia menoleh sekilas pada Jaehan yang menatap jalanan.
"Kau."
Untungnya, jalanan sepi dan Yechan berada di pinggir. Karena detik berikutnya, Yechan tak bisa menahan diri untuk tak mengerem mendadak.
Jaehan bahkan hampir mengenai kaca mobil jila saja tangan Yechan tak cepat menarik tubuhnya.
"Yechanie, ada apa?"
"Kau yang ada apa, Hyung." Yechan menatap Jaehan tak percaya. "Dari mana kau belajar kata-kata ingin memakanku, hm? Siapa yang mengajarimu?"
Jaehan yang tadinya bingung, tersadar. Dan menepuk keningnya.
Padahal, ia hanya menjawab asal karena pemandangan di luar sana sangat indah.
"Mian, aku hanya menjawab asal tadinya."
Yechan mengecup bibir Jaehan yang kering. "Lain kali, bibir ini harus bisa mengontrol kata-katanya jika tidak ingin melihat aku menjadi gila. Oke?"
Jaehan menyamping, dan menarik leher Yechan untuk ia kalungi dengan kedua tangannya. "Yechanie, terimakasih ya."
Mengambil kesempatan dalam kesempitan, Yechan kembali mengecup bibir manis didepannya. "Terimakasih untuk apa?"
"Semuanya." Jaehan mengusap leher belakang Yechan. "Termasuk menyusulku ke rumah."
"Aku akan menyusulmu bahkan ke neraka sekalipun, Hyung, kau tau?" saat Jaehan tertawa dan ingin melepaskan rangkulannya, kedua tangan Yechan terulur dan memeluk pinggang Jaehan. Mengusapnya. "Jadi, jangan coba-coba untuk kabur kemanapun karena aku pasti akan mengetahuinya."
"Termasuk ke kamar mandi?"
"Ya, termasuk ke kamar mandi." Yechan mengecupi pipi Jaehan. "Karena ada banyak hal yang bisa kita lakukan kita berada di kamar mandi."
"Contohnya?"
"Hyung yakin ingin tau?"
"Mm."
"Hyung?"
"Ya?"
"Bagaimana jika kita memesan hotel, alih-alih mencari makan?"
Dan Jaehan tertawa keras. Ia memeluk Yechan dengan gemas. Kekasihnya ini tidak bisa dipancing sedikitpun, dan gairahnya sudah membara.
Padahal, bokong Jaehan pun sampai sekarang masih sangat sakit.
tbc.
yaampun, ternyata udah chapter 58 aja gais ga kerasa.
kalian ga bosen?
kalo aku sih, nggak. HAHAHAHAHA
kalo bosen bilang yaw.
jangan ninggalin mendadak.
EAK.
selamat berpuasa. sengaja up nya siang2 buat nemenin kalian. jgn dibayangin lho. inikan tipis2 doang wkwkwk
btw ku juga udah up Kim Family yaw. jangan lupa vote dan komen!
udah setaun aja. rasanya baru kmrn😭🤏
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch☑️
RomanceDi tulis dengan segala keresahan yang gue rasain tentang yechan x jaehan.