Hyuk menarik Hangyeom mendekat, saat mereka sudah sampai di kamar Hangyeom dan tak menemukan siapapun karena Jaehan belum kembali.
Menjatuhkan Hangyeom tepat di pangkuannya, ia menyibak rambut yang menutupi kening Hangyeom. Ia mendekat untuk mengecup memar yang di sebabkan oleh dirinya. Masih merasa bersalah.
"Apakah sakit?" tanya Hyuk lembut, menatap Hangyeom lekat seolah sedang menatap pemandangan paling menakjubkan di dunia ini. "Hyung ingin memukul ku karena aku menyakitimu?"
"Tidak." Hangyeom mengangkat lengannya yang tadi ada dipahanya, naik dan mengalung di leher kokoh milik Hyuk. Ia juga menaruh kepalanya di bahu Hyuk, menumpukan semua berat tubuhnya pada Hyuk. "Untuk apa memukulmu? Lagipula daripada memukul, lebih baik aku mencium."
Alis Hyuk naik seketika. Ia lupa bahwa niatnya disini adalah untuk mengobati dahi Hangyeom. Senyum nakal terpancar di wajahnya. "Hyung ingin menciumku?"
Walaupun Hangyeom tak melihat wajah Hyuk, ia tau bahwa kekasihnya itu sedang tersenyum lebar menanggapi kata-katanya. Membuat ia meremas kerah baju Hyuk dibelakang. Pantatnya dengan jahil menekan pusat gairah Hyuk dibawah sana.
"Hyung, pantat kenyal mu ini bisakah diam?" Hyuk menurunkan kedua lengannya yang tadi ada dipinggang Hangyeom, dan menyelipkannya di antara pantat Hangyeom dan pahanya. Ia meremas sambil berbisik. "Atau Hyung ingin aku menyelip dibawah sini dan mencium dua bongkahan kenyal yang menggemaskan ini?"
Hyuk itu... bisa sangat gila dalam mendeskripsikan kata-kata. Dan Hangyeom selalu mati-matian menahan hasrat jika Hyuk sudah mengeluarkan kegilaannya.
"Hyuk-ah?"
"Ya, Love?"
"Bagaimana jika aku menginginkannya?"
"Menginginkan apa?" sambil menahan kekehan, ia melepaskan Hangyem yang bersandar pada bahunya dengan kedua tangannya yang tak lama berada di bokong Hangyeom, dan menjauhkan diri, walaupun masih ada di pangkuannya. Mereka sekarang berhadap-hadapan. Hyuk mengambil kotak berisikan obat dan segala macamnya di sebelahnya dan menaruh di atas paha Hangyeom. Dengan sengaja ia mencium telinga Hangyeom dan berbisik. "Mulutku di bawah sana? Seperti ini?"
Dan Hyuk mencium Hangyeom. Melumat bibir tebal itu dengan rakus. Beberapa kali menjilat dan menggigit. Menyalurkan semua hasrat yang sudah ia pendam sedari tadi. Saat Hangyeom mendesah, Hyuk melepaskan bibir mereka. Meniup bibir terbuka Hangyeom di depannya. "Apakah aku sudah dimaafkan?"
"Ya."
"Kalau begitu cukup sampai disini, ya?" untuk terakhil kalinya, Hyuk mengisap bibir bawah Hangyeom dengan kuat. Tak lama, karena ia langsung melepaskan. "Aku akan mengobatimu lebih dulu."
"Hyukie..."
"Mm?"
"Kita... tidak akan melakukannya?"
"Melakukan apa, Love?" Hyuk mengambil cotton bud dan menaruh salep di tangannya yang lain. Menaburinya di area dahi Hangyeom yang memar. Membuat Hangyeom meringis dan mengaduh, walaupun pelan, tapi Hyuk sadar. "Katanya tidak sakit?"
Jika tidak dipegang memang tidak sakit. Buktinya saat Hangyeom menaruh keningnya di bahu Hyuk, ia tak kesakitan. Tapi sekarang itu terasa sakit sekali.
"Pelan-pelan, Hyukie."
Hyuk telah selesai, dan kini beralih meniup-niup kening Hangyeom. Ia juga menemukan karet gelang dan mempunyai ide untuk mengikat poni Hangyeom yang sudah panjang. Menghalangi Hyuk untuk menatap mata indah Hangyeom. "Poni mu sudah panjang, Hyung. Apa sebaiknya kau memotongnya?"
"Tapi aku menyukainya." sudah hampir tiga hari, jelas saja Hangyeom tak sadar jika poninya sudah lebih panjang dari yang terakhir.
"Tapi aku tidak menyukainya." Hyuk menangkup pipi Hangyeom. "Aku jadi tak bisa melihat matamu yang indah, tau?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch☑️
RomanceDi tulis dengan segala keresahan yang gue rasain tentang yechan x jaehan.