Touch (18)

653 60 8
                                    

Sejak Jaehan mengatakan sesuatu yang membuat hari-harinya berbunga, Yechan jadi tidak bisa berhenti untuk tersenyum. Semua orang di dorm, bahkan staff-staff yang kadang mampir hanya untuk memberikan makanan untuk mereka, semuanya mengernyit. Yechan memang anak yang humble dan murah senyum, tapi untuk senyum yang sekarang ini di beberkannya, dengan semua orang yang ada di hadapannya berkumpul, mengerumuni pizza yang dibelinya, itu semua tidak luput dari tatapan bertanya mereka.

Apalagi sekarang, saat Kevin dan Junghoon turun dan langsung menghampirinya. Kevin bahkan memukul lengannya pelan. "Yechanie, kau memenangkan hadiah apa?"

Alis Yechan terangkat, ia sedikit menunduk menatap yang lebih tua. "Hadiah apa maksudnya, Hyung?"

Dengan menunjuk pizza yang bahkan sampai menutupi meja, dan beberapa lagi ada di sofa, Kevin mengernyit. "Tidak mungkin kau tidak mendapatkan sesuatu yang besar jika kau membeli pizza sebanyak ini, Yechanie."

Tak lama, Jaehan turun bersama Hangyeom yang menempelinya dari belakang. Kedua lengan Hangyeom ada di pundak Jaehan, dengan posisi Hangyeom di belakangnya, mereka berjalan beriringan. Senyum Yechan luntur sedikit.

Mendekat, ia menarik lengan Jaehan untuk berada disampingnya. "Jaehanie Hyung, tadaaa..."

Tidak salah lagi, Jaehan memang terkejut. Lebih dari terkejut bahkan.

Hangyeom yang tadi ada dibelakang mereka menerobos Yechan dan Jaehan, berjalan mendekati pizza. Hyuk yang melihat itu menarik kerah piyama yang di kenakan Hangyeom, persis sama seperti yang dipakai Jaehan. Hyuk melotot. "Hyung belum mencuci wajah?"

Lalu Hyuk menoleh pada Jaehan yang sekarang meringis dibelakang Hangyeom. Ia mengangkat kedua bahunya. "Salahkan Kevin dan Junghoon yang menyuruh kami untuk turun dengan cepat. Ku pikir... ya, aku tidak tau bahwa pizza nya sebanyak ini. Yechanie?"

Yechan menoleh, menunjukan senyum lebarnya. "Hm? Ada apa? Hyung mau yang mana? Sini biar aku yang ambilkan."

Yechan baru akan mengulurkan tangannya, tapi di tepis oleh Hyuk. "Jaehan Hyung belum membersihkan wajah. Aku tebak dia juga belum menggosok giginya. Dasar jorok."

Hangyeom menepuk bibir Hyuk. "Hyuk-ah, mulutmu ini akan aku pelintir jika terus berbicara." lalu Hangyeom meraih lengan Jaehan. "Ayo, Hyung, kita kembali ke kamar. Kita harus membersihkan wajah kita dulu."

"Kau bisa memakai kamar ku," Hyuk menarik lengan Hangyeom. "Hwichan Hyung tidak akan kerebatan, ya kan, Hyung?"

Hwichan yang tiba-tiba ikut dalam pembicaraan mau tak mau mengangkat bahunya. Dia tidak peduli. Sedari tadi, air liurnya sudah akan turun melihat banyaknya pizza di hadapannya.

Lalu, tanpa bisa Hangyeom cegah, lengannya sudah ditarik oleh Hyuk dan mendekati kamarnya. Jarak antara kamar Hyuk dengan ruang tamu memang lebih dekat ketimbang harus menyebrang ke kamarnya sendiri.

"Ish, Hyuk-ah, bagaimana jika pizza nya sudah habis dan aku tidak kebagian?!" Hangyeom bersedekap setelah berhasil melepaskan lengannya. Ia baru akan berbalik saat punggungnya tiba-tiba di peluk dari belakang. Tangannya yang bersedekap di eratkan. Hangyeom meringis. Ia mendongak ke belakang. "Hyuk-ah?"

"Nanti aku yang akan membelikanmu." lalu Hyuk menuntun Hangyeom ke kamarnya, masih dengan posisi seperti itu. Ia bahkan sesekali menghirup aroma khas Hangyeom yang di kuarkan rambut seseorang di pelukannya ini. "Hyung ingin memakai sikat gigiku? Atau mau ku ambilkan yang baru?"

Pertanyaan itu dilontarkan saat mereka sudah memasuki kamar. Tidak juga melepaskan Hangyeom, Hyuk justru membawa tubuh itu ke arah kamar mandi. Menuntunnya. "Hm?"

Hangyeom mengerjap, saat tubuhnya yang kekar dan penuh otot ini di naikkan di meja yang ada di kamar mandi. Membelakangi kaca. "Hyukie?"

"Mau pakai sikat gigiku atau ambil yang baru, Hyung?"

Touch☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang