Touch (61)

371 43 1
                                    

Jaehan menatap Yechan yang sekarang memasuki kamarnya. Buku yang tadinya ia baca, ia tutup, tapi tetap ada di pangkuannya.

"Yechanie?"

Yechan tersenyum. Malam ini ia memakai kaus oblong dengan celana pendek. Ia duduk dipinggiran ranjang. Ia melirik buku yang dibaca Jaehan, dan mengangkat alisnya. "Hyung membaca buku ini?"

"Kau pernah membacanya?"

"Mm." Yechan mengambil alih buku ditangan Jaehan dan membacanya. Seketika bibirnya tersenyum lebar. "Hyung sudah membaca saat Juha dan Doyoon berciuman?"

"Kau tau?"

Yechan tertawa. "Kan aku sudah bilang aku pernah membacanya. Alurnya sedikit mirip dengan drama kita, jika Hyung sadar."

Jaehan menengadah, menatap lurus ke atas dan terdiam. Sampai Yechan mengibaskan tangan di depan wajahnya. "Hei, memikirkan apa?"

"Bagaimana jika drama kita ada season dua nya, Yechanie?" Jaehan menatap Yechan. "Ku pikir itu akan menakjubkan."

Yechan menaruh buku ditangannya di atas nakas, dan menggeser duduk untuk lebih dekat, lalu menangkup pipi kekasihnya karena gemas. Menggesek hidung mancung Jaehan dengan hidungnya. "Hyung menginginkannya?"

"Kau tidak?"

"Tentu saja, iya." Yechan membalas dengan tak kalah excited.

Lalu mereka terdiam.

Bukannya mereka berdua tidak tau kenapa drama mereka sampai saat ini tak menampakkan bau-bau season dua nya, tapi lebih dari itu. Keduanya tetap memilih bungkam dan mengatakan kepada penggemar bahwa mereka juga menginginkannya dan meminta para penggemar untuk menunggu.

Tapi, itu bukan sesuatu yang bisa dijawab dengan satu atau dua kali.

Mereka sudah sering menjawab hal-hal seperti itu.

"Yechanie?"

Yechan mengembalikan fokus pada Jaehan didepannya. "Mm?"

"Ingin berjalan-jalan?"

"Malam-malam begini?"

"Memangnya kenapa?"

Yechan menarik tangannya, membuat Jaehan cemberut karena kehilangan.

Tertawa, Yechan justru menarik Jaehan untuk membelakanginya dan mendekatkan punggung Jaehan pada dadanya, bersandar.

"Kenapa ingin mengajak jalan tiba-tiba?"

Jaehan ikut memeluk lengan Yechan ditubuhnya. Ia semakin bersandar dan menyamankan duduknya. "Ingin saja. Sepertinya seru."

"Tidak seru." Yechan mengulum telinga Jaehan. "Nanti Hyung sakit."

Jaehan mencebikkan bibirnya. "Aku jarang sekali sakit, Yechanie."

"Tapi jika sudah sakit, kau agak rewel. Aku tidak suka membayangkanmu kesakitan, Hyung."

Akhirnya Jaehan memilih mengalah. Ia memainkan jari-jari panjang milik Yechan dalam genggamannya. "Yechanie?"

"Ya?"

"Bagaimana tentang menginap di rumahmu?"

Yechan menciumi kepala Jaehan. "Ibu mengatakan kita boleh datang kapanpun kita mau."

Jaehan agak menoleh ke belakang untuk menangkap ekspresi Yechan. Membuat Yechan memiringkan kepalanya untuk mengecup bibir kering Jaehan. "Benarkah?"

"Mm!" Yechan mengangguk antusias. "Hyung senang?"

Jaehan ikut mengangguk. "Ya!"

"Apa Hyung akan lebih senang jika aku mengatakan jalan-jalannya di tunda sampai besok? Di siang hari agar aku tak perlu khawatir tentang dinginnya angin malam."

Jaehan melepaskan diri dari Yechan, dan berbalik. Wajahnya yang sumringah langsung menyambut Yechan. Kedua tangannya terulur untuk memeluk leher yang lebih muda. Satu kecupan diberikan Jaehan untuk Yechan. "Kau memang yang terbaik!"

Yechan tertawa.

Jaehan-nya ini lucu sekali.

Dan Yechan sangat menyayanginya.







•touch•



"Taruh ponselnya atau aku akan mendudukimu, Hyukie?"

Hangyeom memasang wajah sebal dengan kedua lengan di lipat didepan dada. Pasalnya, hampir satu jam ia menemani Hyuk mengedit salah satu video mereka dan member lainnya, dan Hyuk belum juga selesai.

Ia bahkan rela meninggalkan Jaehan bersama Yechan, alih-alih bercerita dengan Jaehan sesuai janjinya.

Hyuk yang mendengar itu terkekeh. Ia masih duduk didepan komputernya dengan tangan yang masih sibuk. Kedua matanya bahkan sangat fokus, tanpa memandang Hangyeom.

"Sebentar, Love, ini akan selesai dalam lima menit lagi. Tunggulah sebentar lagi. Hyung bisa tidur di ranjang."

Tapi Hangyeom dengan emosinya yang berubah-ubah memang bukan lawan Hyuk. Alih-alih menuruti perintah Hyuk, ia justru menarik tangan Hyuk untuk tak berada di meja, lalu mengangkat satu kakinya untuk duduk di atas paha Hyuk, mengangkang.

Wajahnya sebal, dan merah padam.

"Love?"

"Jangan memanggilku seperti itu jika hampir satu jam yang kau kencani justru laptop, dan bukan aku."

Kali ini Hyuk benar-benar tertawa. Ia melirik mejanya, sebelum kemudian benar-benar menatap Hangyeom.

Lengannya memeluk pinggang yang lebih tua, dan menempelkan tubuh mereka. "Kau marah?"

"Menurutmu?"

"Marah."

"Tidak."

"Lalu?"

Hangyeom menghela napas, lalu menatap Hyuk dengan wajah yang semakin menyebalkan. "Apa layar laptop mu lebih menarik daripada aku, Hyukie?"

"Tidak." bantah Hyuk cepat. "Kau jelas yang paling menarik di dunia ini."

"Lalu kenapa kau mengabaikanku?"

"Aku tidak mengabaikanmu. Aku hanya mencoba menyelesaikan video kita."

"Memangnya tidak bisa besok?"

"Aku harus menyerahkannya besok pagi, Love."

"Lama-lama aku tak menyukai caramu memanggilku, Hyukie."

Alis Hyuk terangkat. "Kenapa?"

"Karena saat aku mendengarnya," Hangyeom memajukan tubuhnya,  berbisik tepat di depan bibir Hyuk. "Aku jadi ingin memakanmu."

Napas keduanya terengah, memenuhi kamar.

"Gyeomie Hyung?"

Hangyeom menahan desahannya saat tangan Hyuk membelai memasuki kausnya. "Y-ya?"

"Tunjukkan padaku."

"Apa?"

"Cara memakanku, dengan benar."









tbc.

Touch☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang