06. Di antara

25 3 6
                                    

Dengan adanya list kencan, hubunganku dan Doyoung jadi lebih terarah sekarang. Sangat mudah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, karena banyak list yang ku buat dengan sederhana dan ramah lingkungan.

Ada list yang bisa kami lakukan sepulang sekolah atau saat berada di rumah seperti gamecenter date, boarding game date, library date dll. Terus, ada juga list yang bisa di lakukan bersamaan dengan list lain di waktu weekend seperti movie date, pinkie date dan street food date yang kami lakukan langsung dalam satu hari. Intinya, tau tau saja aku bisa mencentang setengah dari list yang tersisa.

Berkat itu juga, banyak hal yang telah berubah dari hidupku. Misalnya, aku sudah bisa memanggil nama Doyoung di depan wajah gantengnya. Aku juga lebih mudah mengontrol insting liarku saat bersamanya. Juga yang paling penting adalah, nilaiku akhirnya naik menjadi rata-rata. HAHAHA.

Sekarang, aku sedang duduk di kelas. Aku nggak bisa bilang kalau aku sendirian, karena masih ada beberapa orang yang lalu lalang. Yang jelas, ketiga temanku sudah pergi semua, karena jam sekolah sudah berakhir sejak beberapa jam yang lalu.

Alasanku tetap berada di sini adalah, karena aku menunggu Doyoung. Tadi pagi, Doyoung bilang dia harus ikut rapat OSIS. Dia memang bukan OSIS, tapi katanya dia tetap di butuhkan untuk memberikan beberapa saran. Usut punya usut, sekolahku akan mengadakan festival saat mid semester berakhir nanti. Makanya, Doyoung memintaku untuk menungguku di kelas, sampai dia datang menjemput.

Aku menatap kertas List ku dan mencentang beberapa list kencan yang sudah kami lakukan tadi malam; Playstation Date. Jadi ingat, aku kalah terus dan Doyoung hanya tertawa melihat kepayahanku.

Aku menghela napas, meletakkan kepalaku di atas meja.

Kenapa ya, dia selalu baik dalam segala hal, sedangkan aku kebalikannya. Aku jadi penasaran, apa sih yang seorang Kim Doyoung gak bisa? Aku jadi ingin tau. Sekali-kali, aku juga ingin menjadi lebih unggul. Aku khawatir kalau dia menyadari aku ini payah dan tidak menarik. Bisa-bisa dia membatalkan pertunangan ini.

Ugh.

Nggak.

Nggak boleh.

Nggak akan ku biarkan itu terjadi!

Dengan semangat menggebu-gebu, aku keluar dari dalam kelas. Bukan dengan maksud apa-apa, aku juga ingin melihat jendela di koridor dan mendapatkan pasokan angin lebih banyak.

Bruk!!

Aku tersungkur jatuh ke belakang saat seseorang baru saja menubrukku yang baru keluar dari pintu kelas. Seorang gadis, sedang berjalan buru-buru. Padahal yang bertubrukan dua orang, tapi cuma aku saja yang jatuh.

"Maaf," katanya begitu saja sambil kembali berlalu.

Aku cemberut, lalu bangkit berdiri sendirian sambil ngedumel. Gadis itu pasti nggak sadar kalau dia baru saja menabrak tunangannya Kim Doyoung, sembarangan sekali, kataku dalam hati sambil memicingkan mata.

Yah, bukan berarti aku kesakitan juga sih, yasudahlah. Aku menepuk-nepuk sisa debu sambil berjalan lagi sambil menumpu daguku di tepi jendela.

Kemudian, seseorang mengetuk bahuku dengan pelan, membuatku menoleh.

Siwan.

"Hei, Lee Mihi,"

Aku tersenyum. "Siwan? Kok kamu masih ada di sini?"

"Aku lagi ikut ekskul. Kebetulan pelatihku lagi keluar sebentar, kami di suruh menunggu. Tadinya, aku berencana menunggu di kelas, tapi malah ketemu kamu," jelasnya panjang lebar.

Aku ber-oh kecil. Aku ingat, Siwan kan ikut ekskul sepakbola, jadi aku mengangguk paham.

Siwan lalu ikut berdiri di sampingku, memberikan sebuah kertas tanpa mengatakan apapun.

Phosphenous | Kim Doyoung |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang