Azizi bangkit dari posisi tidurannya, lalu mendudukan dirinya di tepi kasur. Dia merasa harus mengabari seseorang yang memang harus tahu segala apapun yang diperbuat Azizi, walau itu cuma di dalam pikirannya sendiri. Karena nyatanya, orang tersebut tidak terlalu peduli dengan cerita-cerita tidak penting gadis itu.
"Berarti gue satu kelas sama angkatan bawah gue dong?" Dia terkekeh pelan lalu mengambil handphone miliknya. Mencari kontak seseorang, lalu menekan tombol memanggil.
Setelah terdengar nada sambung beberapa detik, akhirnya seseorang di seberang sana mengangkat panggilan dari Azizi. Azizi pun menyeringai ketika terdengar suara yang menyahuti panggilan telponnya itu.
"Cel, gue kayanya gak jadi deh menjalankan rencana ngebakar ruangan rektor"
"Yeeee lagian dongo! Lo yang salah, lo yang teledor, tapi rektor yang lo salahin!"
Seseorang yang dipanggil 'Cel' itu menanggapi dengan sewot pembatalan rencana konyol Azizi.
"Ya, abisnya. Masa gak ada keringanan buat mahasiswa cerdas kaya gue gini yang tinggal secuil lagi pensiun jadi pengabdi abang fotocopy? Cuma satu matkul doang, lho?! Apa gak bisa gitu gue sidang sekalian kelarin satu matkul itu?"
"Bodo amat deh, Zee! Mending coba jelasin kenapa lo batalin rencana jelek lo itu? Gak jadi marah-marah lo?"
Azizi menyeringai lagi mendengar pertanyaan yang dilontarkan si 'Cel' itu. Lalu tertawa.
"Hahahahaha! Soal marah itu tergantung nanti gimana. Sekarang waktunya gue ketawa. Tapi sebelum itu gue mau nanya deh sama lo. Semester ini, lo ada matkul Kewirausahaan gak? Jawaban lo mempengaruhi soal jadi atau enggaknya gue mau marah"
Si 'Cel' itu menarik nafas dalam. Bahkan tarikan nafasnya benar-benar berat dan dalam. Pusing meladeni Azizi Asadel.
"Ada. Kenapa emang?" Jawabnya dengan malas.
"Nah! Kalo gitu gue gak jadi marah. Dan asal lo tau, matkul yang gue ambil sekarang itu Kewirausahaan! Hahahahahaha"
Seseorang di seberang sana menarik nafas panjang sebelum merespon kalimat Azizi.
"Mimpi apa deh gue sekelas sama lo? Udah kebayang di otak gue. Hari-hari gue akan merepotkan karena ada lo!"
Azizi terkekeh pelan mendengar keluhan itu.
"Jangan gitu, Ashel. Gini-gini gue sohib lo sejak lo masih jadi zigot! Dengan sabar selama 9 bulan gue nungguin lo lahir ke dunia ini. Masa lo ga mau bersabar sama gue?"
"Siapa suruh lo temenan sama zigot? Terus gue harus mengucapkan terima kasih gak karena lo udah nungguin gue lahir, Kak Zee?"
Sewot Ashel yang mengundang gelak tawa Azizi.
"Aduh, jangan lagi deh lo panggil gue pake 'Kak' gitu. Merinding badan gue, beneran. Udah deh, gue kasian sama tensi darah lo kalo ngeladenin telpon gue. Intinya gue cuma mau berpesan, gak usah repot-repot ngehubungin damkar. Karena gue gak jadi ngebakar kantor rektor. Tidur yang nyenyak dan terima kenyataan kalo nanti kita bakal sekelas. Good night, Dek Ashel"
***
1 Bulan telah berlalu. Sudah waktunya semester baru dimulai. Hari ini adalah hari ke-3 Ashel masuk kuliah di semester baru. Yup, awal perkuliahan sudah mulai sejak 3 hari yang lalu.
Ashel menatap jengah jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 8:30 pagi. Mata kuliah pertamanya hari ini dimulai pukul 10:00 pagi. Biasanya Ashel akan pergi pada pukul 8:00. Tapi kali ini dia harus merelakan waktunya terbuang setengah jam untuk menunggu Azizi yang semalam menelponnya dan memberikan ultimatum untuk pergi kuliah bareng dengannya pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA
FanfictionBagaimana jika dalam lingkaran pertemanan mu, masing-masing menyimpan hal yang tidak menyenangkan dalam hidupnya yang secara tidak langsung mengubah mu menjadi dirimu yang sekarang? Mari temukan jawaban itu bersama-sama dengan 3 orang sahabat ini! I...