5

212 24 0
                                    

Motor yang ditumpangi Azizi dan Marsha pun akhirnya mulai memasuki pekarangan rumah Ashel. Marsha turun terlebih dahulu dari motor sambil merapihkan pakaiannya. Ashel yang memang sedari tadi menunggu di teras pun bergegas menghampiri mereka berdua.

"Lah, katanya lo pergi dianter supir? Kok ini sama Zee?" Tanya Ashel heran

"Jadi tadi--" Ucapan Marsha dipotong oleh Azizi.

"Panjang ceritanya, Cel. Kita ngobrol di dalem aja bisa kali" Ucap Zee sambil membuka helm-nya.

Ashel mengernyitkan dahi dan menyipitkan matanya ketika melihat sesuatu yang tidak beres di wajah Azizi setelah dia membuka helm.

"LO BERANTEM SAMA SIAPA?! AJIJI!" Ashel shock. Sontak ia mencengkram bahu Azizi dan memutar tubuh Zee menghadapnya. Ashel mengamati tubuh sahabatnya itu.

Azizi hanya memutar bola matanya malas melihat Ashel yang menurutnya berlebihan.

"Gue bilang masuk dulu. Budeg lo ya?" Kata Azizi sambil berjalan menuju rumah Ashel. Disusul oleh Ashel yang masih ngomel-ngomel dan Marsha yang diam saja.

Ketika sampai di depan pintu, langkah Azizi terhenti. Tangan sebelah kanannya reflek memegangi perutnya yang tiba-tiba nyeri. Lebih tepatnya, baru terasa sekarang.

"Kak Zee! Sakit ya?" Marsha bertanya dengan nada khawatir sambil memegang pundak kiri Azizi.

Azizi terkekeh pelan lalu mengusap tangan Marsha yang bertengger di bahunya.
"Baru kerasa" Jawabnya sambil tersenyum.

"Gue bilangin mama ya! Awas lo Zee! Duduk di di situ cepet!" Perintah Ashel sambil menunjuk sofa yang ada di ruang tamu rumah itu. Ashel pun berjalan ke sisi lain rumah, meninggalkan Marsha dan Azizi sambil berteriak memanggil mamanya.

"Ish, tukang ngadu" Rutuk Azizi pelan.

"Sini kak, aku bantu" Marsha menuntun langkah Azizi yang tertatih itu untuk duduk di sofa.

"Makasih, Sha" Ucap Zee sambil mengelus kepala Marsha.
"Aku yang harusnya bilang gitu kak" Balas Marsha.

Tak lama mama Ashel dan tentunya Ashel sendiri datang dengan heboh ke ruang tamu.

"Zizi! Astagaaaaa gimana ini ceritanya, sayang?" Mama Ashel menghampiri Azizi sambil membawa kotak P3K. Berlutut di hadapan Azizi.

"Jadi gini, Tante.." Lalu Azizi menceritakan semuanya tanpa terlewat satu pun cerita.

Ashel dan mamanya terkejut dengan cerita Azizi. Mama Ashel pun mengelus sayang paha Azizi lalu menariknya ke dalam dekapannya. Marsha juga tak luput dari perlakuan mama Ashel tersebut. Begitu besar kekhawatirannya.

"Udah ah, aku kan jagoan. Gini doang mana sa---awsssss Acel!" Ucapan jumawa Azizi itu terpotong oleh rintihannya sendiri karena Ashel menyentuh lebam di pelipis kirinya.

"Iki kin jigiin" Cibir Ashel sambil memajukan bibirnya.

"Jagoan juga kalo lukanya dipegang ya kesakitan, dodol!" Azizi menoyor kepala Ashel.

"Ma! Liat Zizi!" Adu Ashel ke mamanya.

"Aduh kok malah pada berantem?! Maaf ya, Marsha. Kedepannya tante titip mereka berdua ya sama kamu. Emang ini berdua hobinya berantem mulu dari kecil" Mama Ashel bicara kepada Marsha sambil mengusap-ngusap bahu Marsha. Marsha hanya tertawa sebagai respon ucapan dari mama Ashel ini.

***

"Pelan, Cel!" Azizi memejamkan matanya kuat, menahan rasa nyeri ketika Ashel mengompres lebam yang ada di perutnya.

Kini Ashel tengah mengompres beberapa lebam yang mulai bengkak di tubuh Azizi. Untuk luka terbuka, itu sudah dibersihkan dan diobati oleh mama Ashel. Mama Ashel menyuruh anaknya untuk melanjutkan mengobati Azizi, karena dirinya akan menyiapkan makan malam. Kata mama Ashel, dia udah masak banyak karena mau menyambut Marsha.

METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang