8

220 37 6
                                    

Setelah Ashel kembali dari kampus, kini Marsha pamit karena harus pulang. Sekarang, tinggal lah Azizi dan juga Ashel yang berada di kamar Azizi.

"Gila, Cel. Kalian tuh sebenernya nyiksa gue tau gak?!" Hardik Azizi ke Ashel yang sedang rebahan sambil main hp.

Ashel bangkit dari posisi rebahannya lalu menatap tajam Azizi.
"Apaan, anjir?!" Balas Ashel tak kalah sengit.

"Gue belom makan! Tadi gue mau keluar gak dikasih sama Marsha. Bi Dora juga gak peka atau mungkin lupa kalo gue belum nongol dari pagi. Kalo mau ngurung gue gini, minimal kasih makan, lah!" Protes Azizi.

Ashel menepuk jidatnya pelan. Lalu terkekeh sambil menatap Azizi yang memasang tampang lesu, seolah meyakinkan bahwa dia memang butuh makan.

"Hehehehe bilang daritadi kek! Wait, ya. Gue ambilin makan" Lalu Ashel berjalan keluar dari kamar Azizi.

***

Di perjalanan pulang, Marsha masih memikirkan soal "rahasia hidup" Milik Azizi yang tidak semua orang tahu itu. Marsha merasa iba, tapi juga merasa kagum dengan Azizi yang tumbuh menjadi pribadi yang kuat, berprinsip, dan baik hati walau tanpa kedua orang tua.

Marsha merasa minder. Marsha masih mempunyai Ayah, tapi ia tak bersyukur. Marsha berpikir, setelah sampai rumah, dia akan menemui ayahnya lalu memperbaiki hubungan ayah dan anak yang sempat renggang itu.

Tak terasa, mobil yang Marsha tumpangi telah sampai di pekarangan rumahnya. Marsha segera turun, lalu memasuki rumahnya.

Tak perlu mencari-cari, ayahnya ada di taman belakang seperti biasa, membaca koran.
Setelah mengumpulkan niat, Marsha pun segera menemui ayahnya.

"Ayah..." Panggil Marsha.

Ayahnya yang sudah lama tidak mendengar anaknya memanggil dirinya seperti itu, sontak langsung melipat korannya. Menatap anak gadis semata wayangnya dengan tatapan yang tidak dapat dijelaskan.

Marsha mendekat, mencium tangan ayahnya.

"Aku, pulang"

Mendengar itu, dan merasakan tangannya kembali dicium oleh anaknya, tanpa sadar air mata ayahnya menetes.

"Iya, Matcha sayang" Ayah membalas Marsha, lalu dengan cepat berdiri dan menarik anaknya tersebut ke dalam pelukannya.

Ayah dan anak itu tampak menangis menumpahkan segala kerinduan mereka. Terutama sang ayah yang penuh dengan penyesalan itu.

"Maafin..a-ayah.." Ucap sang ayah terbata.

"Aku yang seharusnya minta maaf. Aku ga pernah ngertiin ayah. Harusnya aku ngerti, semua yang ayah lakukan itu pasti yang terbaik buat aku" Balas Marsha.

"Bukan salah Matcha..ini salah ayah yang membuat kamu berpikir bahwa ayah gak pernah support kamu"

Kedua ayah dan anak itu kemudian duduk di taman belakang rumah, sambil bertukar cerita. Hal yang sudah sangat lama tidak mereka lakukan.

***

"Oh, lo udah cerita ke Marsha?" Tanya Ashel sambil menyuapi Azizi.

"Iya. Lagian, dia juga udah gue anggep kaya adik gue sendiri. Gue rasa, gue ga perlu nutupin apapun dari dia" Balas Azizi.

Ashel kemudian menyimpan piring yang isinya sudah ludes itu di atas meja. Lalu mengambilkan air minum untuk Azizi yang masih setia duduk di kursi gaming-nya itu.

"Kalau soal kemampuan lo itu, dia perlu tau juga gak?" Tanya Ashel lagi.

Uhukkk uhukk

Azizi yang sedang minum itu tersedak mendengar ucapan Ashel. Ashel melihat Azizi tersedak pun langsung mengusap-usap punggung gadis berambut pendek itu pelan.

"Pelan-pelan ish minumnya!"

Azizi hanya terkekeh sebentar, kemudian memasang raut wajah yang serius.

"Kalau soal itu, kayanya gak sekarang deh. Gue cuma takut dia jadinya merasa gak nyaman sama gue. Untuk sementara, biar begini aja"

Azizi bangkit dari kursinya, lalu berjalan menuju jendela kamarnya yang besar itu.

"Berkat gue cerita tadi, sepertinya mungkin ada hubungan antara anak dan orang tuanya yang akan mulai membaik" Ucap Azizi sambil melempar pandangannya jauh ke luar jendela dan tersenyum tipis.

"Maksudnya?" Ashel bertanya.

"Gue tadi lancang baca pikiran dia hehehe. Gue jadi tau soal Marsha dan bokapnya yang lagi gak akur. Tapi Marsha kepikiran buat damai sama bokapnya" Jelas Azizi. Ashel pun hanya manggut-manggut paham.

"Kalau lo, kenapa? Siapa lagi yang gangguin lo?" Azizi bertanya sambil membalikan tubuhnya menghadap Ashel yang berada di belakangnya.

"Si Aldo Anjing! Masa dia bilang gue mirip Dobby? Emang iyaaaa, Zee?" Ucap Ashel dengan wajah yang dibuat se-sedih mungkin.

Azizi tertawa keras mendengar itu.

"Kok berani ya dia ngatain adik gue mirip dobby? Se-cantik ini lho??" Ucap Azizi sambil menatap Ashel dan berkacak pinggang.

Ashel merasa pipinya merah. Soalnya, Azizi jarang memuji dia seperti ini.

"Besok gue samperin warnetnya Aldo"

"Lah? Ngapain? Main game? " Tanya Ashel mendengar ucapan Azizi.

"Mau gue bakar warnetnya!" Ucap Azizi yang sedikit tersulut emosi.

Azizi sangat tidak suka jika ada orang yang mengganggu Ashel. Bahkan dia selalu bilang ke semua orang dengan kalimat "Yang berani nyentuh Ashel, langkahi dulu mayat gue 7 kali! Atau mayat kalian yang gue langkahi!"

Tentu saja semua orang yang tahu Azizi—yang ucapannya itu bisa saja ia realisasikan—merasa takut. Bahkan mereka menganggap Azizi sebagai ancaman. Dan mungkin, kalimat Azizi itu juga selain untuk Ashel, akan berlaku untuk Marsha nanti.

"Oh, gara-gara gak jadi bakar ruangan rektor, sekarang mau bakar warnet orang?" Tanya Ashel.

"Anjir! Gue lagi belain lo nih! Kagum kek, atau apa kek. Ini malah ngeledekin. Males ah!"
Azizi pundung, kemudian merebahkan dirinya di kasur dengan posisi tengkurap.

Ashel pun hanya menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian ia menghampiri sahabatnya itu sambil mengusap punggungnya pelan. Ia tahu bahwa punggung itu masih memar.

"Iya terserah mau bakar warnet atau enggak. Tapi jangan besok, ya? Lo masih sakit. Emang mau diliatin orang-orang tampang lo yang babak belur ini? Udah kaya preman" Ucap Ashel sambil tetap mengusap punggung Azizi.

"Bukan preman, tapi jagoan!" Protes Azizi.

"Jagoan apaan? Sama ulet aja takut!" Ejek Ashel.

"Ulet mah beda cerita" Jawab Azizi lesu. Sungguh dia paling gak bisa kalau soal ulat. Mau se-sangar, seram, dan se-cool apapun Azizi di mata orang-orang, dibalik itu dia juga gadis biasa yang punya sisi feminim. Contohnya ya, itu.

Ashel tertawa keras. Sungguh Azizi terlihat sangat lucu baginya.

.
.
.
.
.
Bersambung

Hai semuanya!

Mohon maaf ya atas keterlambatan update-nya!
Soalnya belakangan ini saya sedang sibuk sekali dengan kerjaan kantor 😅 ditambah juga sedang masa pemulihan.

Terima kasih ya untuk kalian yang sudah membaca cerita gaje saya ini hahaha.

See you!

METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang