7

230 28 0
                                    

Sedari tadi, Azizi belum mulai memainkan game yang tadi hendak ia mainkan. Yang dia lakukan hanyalah membuka jurnal yang sebenarnya sebagai alibi karena dia tahu bahwa Marsha yang ada di kamarnya itu sedang sibuk dengan pikirannya.

Azizi tahu Marsha sibuk memikirkan dirinya. Tanpa Marsha ketahui—karena posisi Azizi memunggunginya—Azizi mengulas senyum.

"Kenapa dia belum mulai?" Batin Azizi yang memang sudah tahu betul isi pikiran Marsha.

Azizi tahu bahwa Marsha ingin bertanya banyak hal tentang dirinya. Dan Azizi tidak merasa keberatan sama sekali akan hal itu.

Merasa kasihan dengan Marsha yang diam saja itu, Azizi mematikan kembali PC-nya. Lalu memutar kursinya kini menghadap Marsha.

"Sha.." Panggil Azizi.

Marsha yang sibuk dengan pikirannya itu, terkesiap karena panggilan Azizi.

"Iyaa— loh? Udahan kak mainnya?" Marsha bertanya karena kaget bahwa Azizi malah mematikan PC dan kini malah duduk menghadapnya.

"Gak jadi main" Jawab Azizi.

"Kenapa? Bosen ya? Atau Kak Zee laper? Belum makan kan? Aku ambilin makan ya?" Marsha memberondong Azizi dengan berbagai pertanyaan sambil mengambil ancang-ancang untuk beranjak.

"Hahahaha gak usah, Sha!" Tawa Azizi melihat Marsha.
"Aku lebih tertarik buat ngobrol sama kamu. Mending duduk aja lagi" Lanjut Azizi.

Akhirnya Marsha kembali ke posisinya semula.

"Ngobrolin apaan kak?" Bingung Marsha.

Azizi menerawang jauh ke arah langit-langit kamarnya dengan satu tangannya mengusap-ngusap dagu. Menunjukan gesture sedang berpikir.

"Apa ya.."

Dan kini matanya jatuh ke arah Marsha.
"Kamu, gak mau ngomong sesuatu ke aku? Aku liat, kamu kayanya pengen ngomongin hal penting deh ke aku"

Marsha merasa tertangkap basah oleh kakak tingkatnya ini. Apa se-terlihat itu bahwa Marsha ingin membicarakan sesuatu dengan Azizi? Begitulah yang dia pikirkan sekarang.

"Kok tiba-tiba?" Marsha bingung harus merespon dengan kalimat apa untuk menunjukkan bahwa perkataan Azizi tidak benar.

Azizi melemparkan senyum jahilnya ke arah Marsha.
"Mata gak bisa bohong, Sha"

"Isi hatimu juga. Terdengar jelas" Lanjut Azizi di dalam hati.

Merasa sudah tidak bisa menutupi apapun lagi, akhirnya Marsha hanya menarik nafas panjang. Memberanikan dirinya untuk bertanya hal yang membuatnya penasaran dari kemarin.

"Aku boleh tanya apapun ke kamu, Kak?" Marsha memastikan orang yang ada di hadapannya itu memberi izin.

"Boleh. Kamu boleh tanya apapun itu" Jawab Azizi sambil tersenyum.

Melihat respon Azizi yang bersahabat itu, hilang sudah keraguan Marsha.

"Boleh aku tahu, kenapa semua foto yang ada di ruang keluarga rumah ini dibalik?" Tanya Marsha.

Masih dengan senyum yang sama, Azizi menganggukan kepalanya.

"Boleh. Ceritanya lumayan panjang"

***

Azizi yang saat itu masih berumur 15 Tahun, harus menelan pil pahit kehidupan.

Orang tuanya mengalami kecelakaan lalu lintas saat dalam perjalanan pulang ke rumah. Kecelakaan itu merenggut nyawa Mario, papa Azizi. Papanya meninggal di tempat dalam kecelakaan itu. Sedangkan Lisa, mamanya mengalami kritis dan dilarikan ke rumah sakit.

METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang