Saat ini Azizi dan Ashel tengah berjalan hendak ke kantin. Ashel bilang dia ngantuk banget, jadi butuh sesuatu yang dikunyah biar gak ngantuk katanya. Kalau Azizi jangan ditanya. Dia selalu ngantuk. Bahkan, duduk aja dia bisa ketiduran. Tapi tak masalah, Azizi bisa langsung pulang untuk hibernasi sampai pagi besok. Tidak seperti Ashel yang masih ada 4 sks lagi di mata kuliah selanjutnya.
"Lo bisa tungguin gue gak? Minimal tanggung jawab gitu balikin gue lagi ke rumah"
Ashel memulai percakapan sambil menatap Azizi yang melempar pandangannya lurus ke depan, tidak merespon Ashel sama sekali.Ashel menepuk jidatnya pelan. Dia lupa kalau sohibnya lagi mode budeg alias lagi pake earphone. Lalu Ashel dengan lancangnya menarik lengan sebelah kiri Azizi lalu mencopot paksa earphone yang menyumpal telinga kiri Azizi.
"Kenapa?" Azizi menatap Ashel malas.
"Lo harus tanggung jawab sama gue" Ashel mengatakan hal itu sambil memasang wajah sok serius.
"Tanggung jawab atas hidup lo? Ogah banget. Dikira gue ngehamilin lo disuruh tanggung jawab" Sewot Azizi yang tidak mengerti mengapa Ashel tiba-tiba meminta pertanggung jawabannya.
"Mulutnya itu lho!" Ashel mencomot bibir Azizi kesal.
"Gue cuma minta tungguin gue doang, anjir! Tanggung jawab balikin gue ke emak gue lagi!" Lanjutnya sambil menoyor kepala Azizi. Azizi tertawa dengan diksi 'tanggung jawab' yang dipilih Ashel."Ish, tinggal bilang doang padahal gak perlu ada embel-embel tanggung jawab! Serem gue dengernya. Udah kaya di sinetron-sinetron kalo minta pertanggung jawaban, pasti si cewek hamil" Ucapnya sambil melanjutkan langkahnya menuju ke kantin yang tadi sempat tertunda.
"Ngawur" Sahut Ashel sambil kembali mensejajarkan langkahnya dengan Azizi.
"By the way, Zee. Lo utang cerita sama gue soal Marsha di kelas tadi" Ashel mengatakan hal itu sebelum Azizi memasang kembali earphone miliknya itu. Azizi hanya merespon dengan deheman dan anggukan kepala. Menandakan iya meng-iya-kan ucapan sobatnya itu.
***
Azizi menceritakan apa yang ia 'dengar' saat di kelas. Dia menceritakannya dengan sedikit tidak santai karena masih kesal dengan gerombolan cowok teman sekelas Ashel itu. Ia lampiaskan sedikit emosinya itu dengan mengaduk kasar kuah baksonya yang membuat kuah bakso itu sedikit muncrat ke meja.
"Santai dong! Cerita mah cerita aja tapi gak usah ngotorin baju gue! Fak kata gua teh!" Ashel jadi ikutan kesal. Bukan kesal karena cerita Azizi yang menimpa teman sekelasnya itu. Melainkan kesal karena kuah bakso itu sedikit mengotori kemeja warna pastel yang ia kenakan itu. Memang si Azizi Azizi ini paling bisa bikin Ashel kesal.
"Hehehe maaf" Sebagai permintaan maafnya, Azizi menarik selembar tisu lalu disodorkannya ke Ashel.
"Tapi Cel, kalo tau temen sekelas lo mesum-mesum kek begitu. Mending gue ngulang semua mata kuliah yang samaan sama lo deh. Biar gue temenin lo. Gak rela banget gue kalo misal lo dijadiin objek otak mesum mereka. Gue siap mendeklarasikan perang dunia shinobi ke-5!"
Lagi-lagi Azizi mengatakan hal itu sambil melahap baksonya dengan tidak santai."Mending lo makan yang bener. Keselek bakso, terus mati, gak bisa perang tau gak" Jawab Ashel. Jujur saja, sebenarnya Ashel sedikit girang jika Azizi menunjukkan kekhawatirannya itu. Biasanya, sahabatnya itu selalu denial.
Azizi tidak menyahuti Ashel lagi. Sekarang dia emosi dengan bakso urat yang keras banget tapi sendoknya lunak banget. Kayanya si Azizi Asadel ini memang kesabarannya se-tipis tisu dibagi 1000 deh.
Saat mereka berdua sibuk dengan makanan masing-masing, tanpa disadari ada seseorang yang memandang meja mereka. Bermaksud untuk menghampiri mereka berdua, tapi ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA
FanfictionBagaimana jika dalam lingkaran pertemanan mu, masing-masing menyimpan hal yang tidak menyenangkan dalam hidupnya yang secara tidak langsung mengubah mu menjadi dirimu yang sekarang? Mari temukan jawaban itu bersama-sama dengan 3 orang sahabat ini! I...