06

2.8K 264 15
                                    

Setelah makan malam semua anggota keluarga Jagadhita bubar, masuk ke kamar melakukan aktifitas masing-masing. Kecuali Bimo yang tiduran di sofa ruang keluarga lengkap dengan bantal dan selimut, ia hanya bisa pasrah tidak melawan.

Di saat keluarganya yang lain sudah merebahkan diri di kasur berbeda dengan Chika yang masih berkutat di meja belajarnya. Jarinya dengan lihai memencet keyboard macbook nya. Sudah menginjak semester akhir membuat Chika menjadi lebih sibuk di perkuliahan.

Ceklek.

Kepala Azizi muncul dari balik pintu, mengendap-ngendap ia berjalan mendekati Chika yang masih fokus. Di saat tepat berada di belakang Chika.

"Dor!" ia langsung memegang pundak Chika membuat Chika tersentak kaget.

"Adekkk." Chika mengelus dada nya, menetralkan detak jantungnya yang cepat.

Azizi hanya tergelak karna kejahilannya sendiri. "Hahaha lagian fokus banget sih, gak denger apa aku masuk?"

"Enggak tuh." Chika kembali fokus mengetik, Azizi merengut lalu mendesak ke Chika melihat apa yang sedang di kerjakan kakaknya itu.

Chika mengehela nafas, badan Azizi menghalangi macbook nya. "Ngapain sih dek?"

"Mau liat ini, ini apa sih?" tanya Azizi meng-Scroll yang di kerjakan Chika tadi. "Makalah?"

"Bukan." Chika menarik Azizi yang menonggeng agar duduk di pangkuannya. Lalu memajukan kursi dan mulai mengetik lagi. Dagunya bertumpu di bahu Azizi.

"Terus?" tanya Azizi kembali masih ingin tahu.

"Skripsi."

Azizi mangut-mangut. "Buat?"

Lagi-lagi Chika menghela nafas, konsentrasi jadi terbagi dua jika seperti ini.
"Buat syarat wisuda sayangg, kamu kenapa belum tidur juga? Gak sekolah besok emang?"

"Belum bisa tidur, aku gabut makanya kesini mau ajak kakak main." ucap Azizi memonyongkan bibirnya.

"Emang mau main apa?" Chika mengendus leher Azizi yang harum, membuat Azizi menggeliat menghalau wajah Chika.

"Apa aja, yang penting bisa ngilangin kegabutan aku yang sangat amat ini."

Chika tergelak mendengarnya. "Sangat amat banget nih?"

Azizi mengangguk cepat dengan bibir yang maju beberapa senti. "Eum! Very much!"

"Tapi kakak gak bisa dek, lagi sibuk banget. Coba ajak cici gih lagi rebahan dia pasti, kamu gangguin aja."

Mata Azizi membulat mendapatkan titik terang. "Ide bagus!" tanpa babibu Azizi segera beranjak dari pangkuan Chika, tergesa-gesa menuju kamar kakak pertamanya.

Semangat 48, Azizi membuka pintu kamar Shania kasar. Shania yang sedang maskeran rebahan di atas kasur bermain ponsel langsung menoleh kaget.

"Astajim! Setan!" pekik Azizi ikut kaget melihat wajah Shania yang hampir semuanya tertutupi masker.

"Setan matamu." sewot Shania beranjak dari kasur lalu masuk ke kamar mandi, Azizi msngintil dari belakang. Dapat ia lihat Shania sedang mencuci wajahnya.

Setelah wajahnya bersih, Shania mengelap wajahnya dengan handuk. Saat hendak balik ke kasur ia terkejut lagi melihat Azizi yang berdiri tepat di sampingnya dengan tampang polos.

"Ya Allah dek, lama-lama kena serangan jantung cici tau gak." geram Shania mengepalkan kedua tangannya gemas di depan Azizi.

"Hehehe, ayo main yuk." ajak Azizi menarik-narik ujung baju Shania.

How To Be A Good SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang