14

1.9K 226 32
                                    

21.03

Sshhh..

Kriuk..

Shhhh..

Kriuk..

Ah shhh...

"Cici kenapa sih? Tiap nyuap ngeringis mulu?" tanya Chika kesal merasa terganggu oleh ringisin yang keluar dari mulut Shania.

Tiga saudari itu duduk berkumpul di sofa ruang keluarga, di karnakan besok tanggal merah yang mengartikan libur, mereka berinisiatif begadang menonton tv bersama kecuali Bimo dan Serina, setelah makan malam pasangan suami istri itu sudah bergegas masuk ke kamar.

Tv berlayar lebar itu menanyangkan serial Disney, bercerita tentang anak lelaki yang memiliki cita-cita menjadi musisi seperti sang idola namun sayang tak ada dukungan dari pihak keluarga, dimana keluarganya sendiri sangat membenci musik.

"Hah?" Shania menoleh dengan mulut sedikit menganga, ia berusaha mengunyah keripik yang ia cemili sedari tadi.

"Sariawan." jawabnya kesusahan berbicara.

Kening Chika berkerut, ia mendekati sang kakak. "Mana coba liat." suruhnya guna memeriksa sariawan yang di maksud Shania itu.

Shania pun langsung menarik bibirnya kebawah, nampaklah lingkaran sebesar kacang hijau berwarna putih di sisi kanan bagian dalam bibir Shania, di sekeliling lingkar putih itu tampak memerah.

Chika meringis melihatnya. "Aku obatin ya?" tawarnya.

Shania melepaskan tarikannya di susul ringisan saat sariawan itu tak sengaja menyentuh gusi. "Boleh, pake apa?"

"Garam." jawab Chika sebelum beranjak menuju dapur.

Azizi mendekat, merebut bungkusan keripik yang di pegang Shania. "Minta ci."

Shania mengangguk menperbolehkan. "Eh cuci tangan dulu, habis megang-megang kucing, ahh shh aduh.."

"Dino bersih kok, kan di mandiin." elak Azizi, Dino itu nama kucingnya.

"Cuci."

Azizi menghela nafas malas, melangkah gontai ia berjalan ke wastafel di dapur berpapasan dengan Chika yang membawa toples garam di tangannya.

Kembali duduk di sebelah Shania, jari telunjuknya mencocol garam tersebut. "Siniin."

Shania menurut saja, ia menarik lagi bibirnya. Tanpa ragu Chika menotolkan garam ke sariawan Shania.

"Akhh!! Chika!"

Shiana terpekik kesakitan, ia menggila memukul sandaran sofa. Rasanya sangat perih, matanya memerah dan berair siap meneteskan air mata.

Mendengar suara melengking, Azizi yang baru selesai cuci tangan langsung berlari menghampiri kakak-kakak nya.

"Eh eh, kenapa itu?" Azizi khawatir melihat Shania menggeliat tak karuan, ia menatap Chika yang memasang ekspresi panik berusaha menenangkan Shania.

Shania mengerang panjang, lalu diam di posisi terakhir. "Dapet ide dari mana sih kak?" ucapnya pelan, mengangkat tubuhnya duduk dengan benar karna sebelumnya ia meringkuk seperti sujud.

Chika cengengesan. "Hehe tiktok ci Katanya ampuh." ia kembali mencocol garam, mengarahkan ke arah Shania.

"Coba lagi?"

"Enggak!" Shinia meringsut menjauh, cukup sekali saja ia merasakan siksa itu.

"Oke." Chika kembali menutup toples garam itu, meletakkan di meja di depan nya. Malas harus kembali ke dapur lagi.

How To Be A Good SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang