"Duluan yak!"
Azizi berlari keluar kelas menuju gerbang, jam sekolah telah usai para murid bubar menuju rumah masing-masing.
Senyum sumringah tercetak di bibir selama ia berlari, semakin terlihat gadis cantik yang sedang bersandar di mobilnya sembari bermain ponsel. Gadis itu seakan acuh dengan sekitaran, menghiraukan banyak pasang mata yang menatapnya kagum penasaran.
"Kak Chika!" panggil Azizi yang sudah dekat dengan gadis itu, siapa lagi bukan Chika yang selalu bersedia menjadi supir untuknya kemana saja.
Chika menoleh ke depan dan tersenyum."Kucel banget, adek siapa ini?" goda Chika, ia menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku celana.
Azizi mendengus mendengarnya. "Adek cicinya Shania, kenapa emang?" jawab Azizi dengan nada di ketuskan.
Chika hanya tergelak lalu mengacak rambut Azizi. "Naik, ada yang nungguin di rumah." suruh Chika yang di turuti Azizi, Chika pun ikut masuk ke dalam mobil.
"Siapa? Bunda?" tanya Azizi yang sudah duduk, ia mulai menyetel sandaran jok mobil sedikit rendah.
"Bunda juga nungguin, tapi jawabannya bukan bunda." Chika memasang sabuk pengaman,
"Hmm bodo ah, aku mau tidur. Ngantuk." Azizi bersandar nyaman dan mulai menutup matanya, dalam hitungan detik kesadarannya sudah terbang ke udara.
Chika menggeleng-geleng melihat Azizi yang pelor, lanjut ia menyalakan mobil dan melepas rem tangan lalu mobil pun melaju dengan kecepatan sedang di jalanan.
Di dalam mobil hanya suara musik dan senandungan kecil Chika yang terdengar, awan di langit kota mulai merapat dan mendung, rintik-rintik air mulai berjatuhan perlahan hingga semakin lama semakin lebat, cepat Chika menyalakan pembersih kaca menghalau air hujan yang menutupi pandangannya.
Chika menoleh sebentar ke arah Azizi yang masih tertidur pulas, kepalanya sedikit bersandar di body mobil sedangkan tangannya bersekap di dada.
***
"Assalamualaikum!"
Azizi melangkah dengan cengiran ceria, seragam sekolah bagian atas dan rambutnya tampak basah, dengan santai ia berjalan mencari keberadaan orang rumah.
Chika masih di depan pintu, sama seperti Azizi yang mana bagian tubuh atasnya sudah basah, ia ribet sendiri dengan payung yang tidak mau terbuka sedari tadi.
"Ck, beli baru aja lah." Chika melempar payungnya sembarang arah lalu masuk ke dalam rumah.
"Sepatunya di buka dulu dek, ya ampun basah lantainya nih." tegur Chika sambil membuka sepatunya sendiri lalu menentengnya.
Azizi yang mendengar itu, menginjak bagian belakang sepatunya kemudian menarik kakinya keluar. Lanjut berjalan meninggalkan sepatunya yang basah tergeletak di lantai. Chika menghela nafas penat lalu memungut sepatu milik Azizi.
"Lho rame?" celetuk Azizi melihat Serina yang sedang mengobrol dengan 3 perempuan, keempatnya menoleh ke arah Azizi.
"Eh Njell?!" pekik Azizi tidak percaya.
"Aziziiii!"
Azizi melompat kegirangan menyambut pelukan hangat dari sepupu kesayangannya, Angel. Yang berumur lebih muda beberapa bulan darinya.
"Eh." Chika yang baru muncul tersentak melihat ruang keluarga yang ramai.
"Kenapa basah-basah kak?" tanya Serina heran, menghampiri Chika yang berdiri.
"Ah itu, mobil kakak tiba-tiba mati di depan rumah bu sari. Jadinya jalan kaki dari sana kerumah." jelas Chika, ia melirik sekilas Azizi dan Angel yang sudah berlari menaiki tangga ke atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Be A Good Sister
Novela JuvenilCuma story hasil gabut. ____________ Kisah kakak yang bucin dengan adiknya, beserta lika-liku kesaharian keluarga si tokoh.