"Guys.... Kaki gue gemetaran pleaseeee!"
Pekik Flora saat kora-kora yang mereka naiki mulai bergerak, walau ayunan nya belum tinggi tetap saja jika melirik kebawah terasa gemang.
"Akhhh!!"
Para penumpang berteriak heboh, sorakan akan semakin cepat seiring bertambah nya tinggi ayunan. Serentak mereka menahan nafas jika tempat duduk mereka yang naik lalu melepaskan suara sekencang mungkin saat turun, serasa seperti jiwa mereka tertinggal.
"Perut gue mual buset, hahahaha!!"
***
"Huek.... Huekk...huekk.."
"Iya bagus... Keluarin aja..." titah Reva sembari memijit tengkuk Azizi.
"Lagian, sok-sokan ngide naik begituan sih." ujar Flora tengah selonjoran di kursi panjang yang telah tersedia di pinggiran tanah lapang, ia sedikit memijit kakinya karna masih gemetaran dan lemas.
"Haduh..." Azizi kembali berdiri setelah puas memuntahkan isi perutnya di selokan kecil.
"Biasanya gue naik itu gak pernah gini." ucapnya menaruh sebelah tangannya di pinggang, ia sedikit mendongak menghirup udara segar.
"Karna belum makan kali." Reva menelaah para pedagangan yang berseliweran menjual olahan masing-masing.
"Bakso mau?" ucapnya menunjuk gerobak berukuran sedang agak jauh dari mereka, cukup ramai menandakan jika rasanya pasti enak.
"Mau mau!" Flora yang memang sudah keroncongan sedari tadi tanpa babibu langsung meluncur ke lokasi.
Azizi dan Reva pun mengikuti dari belakang.
"Ih sedep wanginya." Flora mengintip mangkok berisikan bakso yang sedang di racik oleh penjualnya.
"Bang, bakso campur 3 porsi ya." ucap Reva.
"Iya mba, tunggu sebentar ya." jawab abang-abang tersebut.
Azizi, Reva dan Flora pun mengambil posisi duduk di meja yang telah di sediakan. Mereka harus sabar karna tidak sedikit yang memesan.
"Gue gak bisa makan ini Gan.."
"Lah kenapa? Alergi?"
"Bukannn, takut gendut... Lemak semua itu."
"Sesekali boleh lah, bang bakso 2 porsi ya."
Azizi yang menunduk fokus pada ponsel mendongakkan kepala saat suara tidak asing terdengar di telinganya.
"Cici Nia?" beo Azizi melihat wanita dengan pakaian kantor berdiri di samping gerobak.
Azizi berdiri dan segera mendekat. "Ci?" panggilnya menepuk pundak wanita tersebut.
Wanita itu sedikit tersentak lalu berbalik. "Eh dek." ternyata benar wanita itu adalah Shania, kakak pertamanya.
Azizi melirik sekilas pria yang ada di samping Shania kemudian kembali menatap sang kakak.
"cici ngapain di sini? Emangnya udah pulang?" tanya Azizi sembari bersekap dada.
"Udahlah dari jam 7 tadi, ini jalan-jalan sebentar sama temen." Shania menggaruk tengkuknya kikuk.
"Eh iya, Gany.. Kenalin adek bungsu gue Azizi." ucap Shania memperkenalkan Azizi.
Gany, yang namanya di sebut langsung tersenyum mengulurkan tangannya mengajak salaman. "Halo dek.." sapanya ramah.
Sedangkan Azizi hanya melirik acuh, enggan menggerakkan tangannya membalas jabatan tersebut. "Pulang, atau aku aduin bunda cici keluyuran tanpa izin." ancam Azizi dengan wajah datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Be A Good Sister
Teen FictionCuma story hasil gabut. ____________ Kisah kakak yang bucin dengan adiknya, beserta lika-liku kesaharian keluarga si tokoh.