2. Anak Anjing

5 1 0
                                    

"Selamat pagi!"

"Selamat pagi!"

Di depan aula Aktina dan Ekdanta berdiri bersama dua rekan lainnya. Mereka menyambut para penghuni Kaleria Internasional High School di pagi yang cerah ini. Kegiatan rutin duta sekolah beserta beberapa jajarannya sebelum jam pelajaran dimulai. Senyum lebar dan ceria tak lekang menghiasi wajah manis Aktina ketika para siswa dan guru balas menyapanya dengan hangat.

Hampir seluruh guru dan siswa-siswi yang bersekolah di sekolah elite nomor satu di Kaleria ini berasal dari keluarga terpandang, berpengaruh, dan berkuasa. Tidak sembarangan orang bisa bersekolah atau menyekolahkan anak mereka di KIHS.

Hanya ada tiga kriteria pelajar yang bisa KIHS terima sebagai siswa-siswinya. Pertama, berasal dari golongan bangsawan. Kedua, memiliki kecerdasan di atas rata-rata, dan ketiga lewat jalur undangan khusus. Entah itu direkomendasikan seseorang atau langsung dari pihak sekolah sendiri.

Kaleria dulunya adalah sebuah negara dengan sistem Monarki Konstitusional. Namun, sejak empat puluh tahun yang lalu Kaleria berpindah sistem menjadi Presidensial. Akibat kericuhan di masa lalu yang begitu menciptakan huru-hara dan kehancuran yang cukup parah. Hal itu dipicu karena perebutan kekuasaan dan wilayah di antara para pewaris dan menteri setelah tiadanya sang raja utama yang tidak dikaruniai keturunan.

Karena itu, di Kaleria tidak sedikit orang yang berasal dari golongan bangsawan kini hidup bermasyarakat. Namun, adat setempat dan cara pandang orang-orang terhadap hierarki di masyarakat masihlah tetap kuat. Mereka tidak serta merta berani mendekat, apalagi sampai berbuat sesuka hati meskipun para bangsawan itu sudah hidup bermasyarakat.

Di KIHS, terutama di kelas 3-A1 keberadaan Aktina, Varsha, dan Ganya adalah yang paling menonjol. Mereka selalu mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Namun, selama tiga semester terakhir Aktina adalah yang terbaik. Ia hampir menyapu seluruh kejuaraan dalam perlombaan yang diadakan di sekolah maupun antar sekolah, berebut dengan Varsha.

Perempuan yang sering mengenakan bando mutiara asli itu memang cerdas dan cukup picik. Karena itu, banyak siswa-siswi yang takut kepada Aktina. Ia menghalalkan segala cara dari yang halus sampai yang cukup halus untuk memenuhi semua tujuannya. Namun, meskipun demikian, saat sempat ditawari untuk langsung masuk universitas lewat jalur pelajar berprestasi, Aktina menolak hal tersebut. Ia bahkan meminta pihak sekolah jangan memberitahu ayahnya dulu perihal beasiswa tersebut. Pun, meminta agar tidak menawarkan hal yang sama pada pelajar lain, selagi Aktina bersekolah di KIHS. Aktina memiliki beberapa alasan yang hanya diketahui dirinya sendiri.

Hampir seluruh siswa-siswi KIHS pulang dan pergi menggunakan mobil sendiri atau diantar-jemput sopir pribadi. Akan tetapi, tidak dengan Meraki. Perempuan berambut wolf cut itu adalah satu-satunya pelajar yang membawa motor KLX ke sekolah.

Aktina bahkan diam-diam mendengus kesal saat melihat Meraki dan motor gunungnya memasuki area sekolah dan memarkir satu-satunya motor di antara banyaknya mobil mahal yang berjejer rapi. Ia cukup heran dan penasaran dengan cara Meraki bisa masuk dan bersekolah di KIHS. Setahu Aktina dari data sekolah yang ia baca, Meraki berasal dari keluarga miskin bahkan tinggal sendirian di pemukiman kumuh pinggiran kota, karena ibu dan ayahnya telah meninggal dunia. Ada beberapa rumor yang beredar, jika Meraki lah yang membunuh kedua orang tuanya.

"Ya Tuhan. Apakah dia baru bertempur di ladang?" Aktina diam-diam meringis jijik ketika melihat ada lumpur di ban motor Meraki. Pun, menempel di sepatu putih dan lutut, di sekitar luka baret yang menghiasi tempurung lutut Meraki. "Ah, mungkin saja. Daerah pinggiran kota adalah daerah panas. Banyak pelaku pemberontakan di sana. Tinggal di sana pasti terasa seperti MIMPI buruk!"

Ekdanta melihat ke arah seseorang yang membuat teman sedari kecilnya itu menggerutu. Varsha berlari dari gerbang, terlihat bersemangat dan menghampiri Meraki lalu berjalan beriringan dan hendak merangkul perempuan bermata biru itu. Akan tetapi, Meraki menepisnya dan menggerakkan tangan, menyuruh Varsha menjauh dan tidak menyentuhnya sama sekali.

FIRST OR DEATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang