dua

506 62 15
                                    

Family (4)

Me
Pa, aku boleh libur les hari ini, gak?
Aku gak enak badan.
Kemaren kehujanan waktu pulang les.

Papa
Dimas, kamu ini merusak mood Papa yang lagi liburan.
Kamu tahu kewajibanmu jadi apa pun alasannya tetap gak bisa membenarkan kamu untuk libur dari les.
Harusnya kamu tuh ingat nilaimu masih belum ada apa-apanya dibanding Samudera.

Me
Tapi aku pusinh banget, Pa.
Badanku panas.

Papa
Ya sudah, kamu tetap les secara daring.
Nanti Papa yang bicara ke guru les kamu.

Me
Tapi aku pusing banget.
Nanti malah gak fokus, Pa.

Papa
Jangan manja, Dimas.
Kamu lupa dulu kakak kamu meski habis operasi usus buntu tetap mau mengerjakan tugas-tugasnya yang tertinggal?

Mama
Samudera emang pekerja keras banget sih, Pa.
Keren, Nak!

-

"Loh, gak jadi izin, Dimas? Katanya kamu gak enak badan?"

"Gak apa-apa, Bu. Saya tetap mau belajar. Bisa dimulai aja." Dimas beberapa kali terbatuk selama pembelajaran daring berlangsung, ia tidak bisa fokus dan berulang-kali salah menjawab soal.

"Dimas, kalau kamu sakit jangan dipaksa."

Dimas menatap layar ponsel di depannya dan tersenyum. "Gak apa-apa, Bu. Saya gak boleh manja, cuman demam dikit, kok."

Tidak ada tempat untuk mengadu, betapa ia sangat terbebani dengan demam dan pusing di kepalanya saat ini. Entah kepada siapa ia harus mengadu bahwa kepalanya mulai berkunang-kunang dan kabur.

"Dimas? Kamu masih dengar saya? Dimas?"

Dimas mengangguk, ia memijit pelipisnya untuk mengurangi pusing dan melanjutkan les sampai selesai. Belum sempat ia mematikan data internet ponsel dan merapikan buku-bukunya, entah mengapa badannya tiba-tiba terasa ringan hingga ia limbung ke lantai.

Pada akhirnya Dimas tidak mampu berlagak lebih kuat lagi. Ketahanan tubuhnya hanya cukup sampai sesi les selesai.

Pemuda itu terbangun pada pagi hari dengan posisi meringkuk di lantai. Demamnya sudah turun tapi batuk dan flu masih betah berlama-lama di tubuhnya.

Ia kemudian bangkit membereskan kamarnya yang berantakan dan turun untuk membuat sarapan.

Selesai dengan sarapan, Dimas berlari ke arah pintu karena terdengar suara Papa, Mama dan Samudera yang sepertinya baru sampai ke rumah dari liburannya.

"Papa, Mama!" Dimas berlari ke arah mereka berdua, ia ingin memeluk karena rindu tapi mereka segera menolak dengan alasan lelah. Dimas membiarkan mereka duduk di sofa dan akhirnya memundurkan langkah sambil memindai beberapa tote bag yang diletakkan di atas meja. "Wah! Ini oleh-oleh buat aku, ya, Pa?" Ia menerka dengan raut sumringah.


Dimas mengeluarkan salah satu kemeja kotak-kotak kebesaran yang sangat ia idamkan. "Itu ... punyaku," sahut Samudera.

"Papa gak beliin kamu oleh-oleh, Dimas. Itu hukuman buat kamu. Nilai 85 itu memalukan sekali, loh. Udah sana, jangan buat mood Papa buruk!"

Sebelum Aku PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang