tiga

412 65 3
                                    

"Kamu apain laptop Papa, Dimas?!"

Dimas menggeleng, ia juga tidak tahu harus bagaimana setelah melihat layar laptop di depannya bergerak sendiri dan berakhir mati dengan perubahan layar menjadi berwarna hitam.

"Pekerjaaan Papa semuanya ada di situ! Dasar anak bodoh!" Papanya merebut laptop dari hadapan Dimas dan memindai body laptop tersebut.

"Pa, maaf, aku gak tau tiba-tiba laptopnya begitu. Aku cuma lagi nugas, Pa." Dimas berkilah dengan tatapan memelasnya.

Papanya tidak merespons apa-apa, hanya memberikan tatapan tajam yang berhasil menusuk kalbunya. "Pa ...." Dimas memanggil pria tersebut dengan putus asa.

"Kenapa, Pa?"

Dari arah dalam, Samudera datang dengan menggendong ranselnya di salah satu bahu. Pemuda itu tampak penasaran dengan memindai situasi antara Papanya dan Dimas.

"Ini loh si Dimas rusakin laptop Papa, sampe mati kayak gini. Emang dasar anak bodoh!"

"Pa, aku gak tau, aku gak sengaja." Dimas berdiri dan mendekat pada keduanya.

"Coba sini aku lihat." Samudera menawarkan diri lalu menerima uluran laptop dari Papanya. Pemuda itu mengangguk dan berkata, "Oh, coba kubawa ke servis laptop sekalian aja, ya. Aku juga mau servis soalnya."

"Ya sudah, terima kasih, Samudera. Kamu memang paling bisa diandalkan. Tapi file-nya tidak akan hilang, kan?"

"Akan aku usahain, Pa. Kalo gitu aku berangkat dulu." Samudera mencium tangan Papanya dan pamit undur diri dari hadapannya.

Setelah kepergian Samudera, Dimas langsung kembali diberikan tatapan sinis oleh sang Papa. "Contoh tuh kakak kamu, bisa diandalkan, pintar dan berbakti pada orang tua."

Entah disadari atau tidak, perlakuan yang Papa berikan pada ia dan Samudera itu jauh berbeda. Samudera sejak menginjak bangku SMA sudah diberikan laptop, sedangkan Dimas harus memohon pada Sang Papa agar dibolehkan meminjam untuk keperluan penugasan.

Samudera sangat disayang oleh keluarga ini, tidak jarang pemuda itu selalu dihadiahkan ponsel keluaran terbaru sebagai bentuk cinta orang tua karena ia begitu berprestasi. Sedangkan Dimas, ia hanya akan menerima lungsuran dari sang kakak.

"Maaf, Papa." Dimas menunduk dalam dan membiarkan Papa pergi dari hadapannya sambil menghela napas marah.

-

Samudera pulang sangat malam setelah memperbaiki laptop miliknya dan milik Papa ke tempat servis. Dengan badan menggigil dan gigi bergemelatuk, pemuda itu cepat-cepat mengeluarkan dua laptop yang terbungkus plastik dengan rapat dari dalam tasnya.

"Sam sudah pulang, Nak. Ya ampun kamu lupa gak bawa mantel, ya?" Seorang wanita paruh baya mendekat dan mengusap sayang puncak kepala sang anak.

"Kamu mandi aja, Sam, pake air hangat. Sudah mama siapkan air hangat tadi." Papa muncul dan memberikan perintah pada putranya dengan lembut. Di balik dinding, Dimas mengintip dan mendengarkan percakapan dengan seksama.

"Papa, ini laptopnya udah bener, ya. Ternyata ram-nya kepenuhan jadi nge-hang, dan ramnya udah ditambah, Pa." Samudera menjelaskan sambil menahan rasa dingin yang memeluk tubuhnya.

"Iya, terima kasih, ya. Sekarang kamu mandi air hangat biar gak demam. Ayo Papa antar kamu ke kamar." Samudera dipapah oleh pria paruh baya itu dengan sayang sampai ke dalam kamarnya.

Saat Samudera sakit seperti sekarang, Papa dan Mama akan berbagi tugas dalam merawat pemuda itu agar kesehatannya cepat pulih. Membuatkan makanan sehat juga tidak lupa menelepon dokter agar datang ke rumah dan memeriksa kesehatan Samudera.

Sebelum Aku PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang