empat

394 61 9
                                    

Hanya menangis tidak akan mengubah apa pun. Maka, dengan hati yang tegar Dimas tiba di sekolah cukup pagi dan tentunya melewatkan sarapan.

Ada alasan mengapa ia enggan bergabung di meja makan pagi ini. Mama dan Papanya sedang merayakan ulang tahun kakaknya di sana dengan satu kue dan terlihat sangat bahagia.

Tahun lalu, Papanya berkata padanya bahwa jika nilainya masih kecil ia tidak akan mendapat perayaan ulang tahun. Jadi, Dimas tidak ingin berharap banyak di tahun ini.

Meski ucapan sekali pun.

Bohong jika Dimas tidak sedih, pemuda itu amat sedih. Jika keluarganya enggan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, adakah orang lain yang bersedia?

"Dimas! Lo udah ngerjain PR-nya Bu Musdalifah belum? Mau nyontek dong, plis!" Tiba di kelas, Dimas ditodong beberapa murid untuk menyerahkan pekerjaan rumahnya.

Pemuda itu mau tidak mau mengeluarkan bukunya untuk diserahkan pada mereka. Dimas bertanya-tanya, kapan ia memiliki keberanian untuk menolak perintah mereka?

"Dimas! Kak Sam ulang tahun kan hari ini? Aku nitip sesuatu loh, sampein ke dia, ya!" Itu hanya salah satu contoh gadis yang menitipkan hadiah untuk Samudera kepadanya. Setelah Dimas melirik tempat duduknya ... bahkan meja dan kursinya penuh dengan hadiah.

Saat Dimas perhatikan satu-persatu, semua hadiah tertulis dengan jelas untuk Samudera. Hari ini ... benar-benar tidak ada yang mengingat hari ulang tahunnya. Dengan terpaksa, Dimas mengangkut semua hadiah untuk ia masukkan ke dalam loker miliknya yang berada di bagian belakang kelas secara satu-persatu.

Begitu ia kembali ke tempat duduknya, buku pekerjaan rumah yang tadi ia pinjamkan pada teman-temannya sudah berada di atas meja. Dimas pun duduk dan memasukkan buku tersebut ke dalam laci mejanya.

Tangan hangat itu merogoh lacinya dan menemukan sebuah kotak kecil yang mungkin saja tak terlihat sehingga tidak sempat ia pindahkan ke loker. Namun, setelah melihat notes yang tertempel di atasnya, Dimas sadar itu hadiah miliknya.

HBD, KAK DIMAS ><

Dimas menarik senyum kecilnya, kalbunya bergetar menyadari ini adalah satu-satunya hadiah ulang tahun yang ia terima setelah ibunya tiada. Jiwa penasarannya tertarik untuk membuka kotak tersebut, namun karena hadirnya guru ke dalam kelasnya membuat Dimas menyimpan kotak tersebut ke dalam lacinya lagi.

Pemuda itu berganti mengetukkan jemarinya pada layar ponsel untuk mengirimkan pesan pada seseorang.

Mas Sam

Me
Mas, pulang sekolah ambil hadiahmu di kelasku, ya.
Bawa kunci serep lokerku, kan?
Ambil sendiri ya, Mas.

Mas Sam
Terima kasih, Dimas.
Dimas
Kamu
Udah makan?

Me
Belum.

Mas Sam
Kenapa?

Me
Ya gak apa-apa.
Udah dulu, aku udah mau mulai pelajarannya.

-

Sepulang sekolah, Dimas langsung keluar dari kelasnya dan berlari menuju kantin. Harap-harap ia tidak kehabisan roti karena saat jam istirahat tadi ia tidak sempat makan siang.

Memasuki pintu masuk kantin, dirinya disambut oleh suara orang-orang yang tengah menyanyikan lagu ulang tahun di pojok kantin. Dimas bukannya bodoh untuk tidak menyadari kehadiran Samudera di kelompok tersebut.

Sebelum Aku PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang