Menangis di depan orang lain adalah sesuatu yang baru baginya. Dimas biasanya harus bersembunyi apabila ingin menangis. Tetapi, saat ini, ia sedang dipeluknya. Bahunya ditepuk-tepuk pelan selama beberapa kali.
Dimas segera menghapus air mata dan membuat Kanaya langsung melepas dekapannya. Selama beberapa saat rasanya canggung, bahkan untuk kembali ke kursinya saja Kanaya sampai tidak mau membuat suara.
Dirasa jejak air matanya sudah hilang, Dimas mengubah raut wajah dalam sekejap dan tersenyum tipis pada gadis di hadapannya. Setiap Dimas tersenyum, pun Kanaya akan tersenyum juga.
"Ya udah, ayo lanjut makan. Nanti jam makan siang habis." Sesuai titah Dimas, Kanaya akhirnya mengangguk setuju. "Ayo," balasnya.
Begitu Dimas tiba di kelas, kursi miliknya sudah diduduki oleh Jemma yang memasang wajah penasaran. "Gimana?" tanya gadis itu. Dimas memutar bola mata malas dan mengusir Jemma agar kembali ke tempat duduknya.
"Oh jadi sekarang lo kayak gitu sama gue?"
"Udah mau ada guru, Jemma. Sana balik ke tempatmu." Jemma mau tidak mau berdiri, menuruti perkataan Dimas dan mengajukan pertanyaan lagi, "Jadi tadi gimana kencannya?"
"Kencan apa?"
-
Dimas menunggu kakaknya sepulang sekolah di dalam kelas sambil mengerjakan tugas. Setelah diberikan izin oleh orang tuanya untuk berangkat sekolah bersama kakaknya, rupanya Dimas tetap harus menjalankan aktivitasnya berupa les sepulang sekolah yang artinya ia tidak bisa pulang sekolah ke rumah bersama kakaknya.
Yang jelas, nanti Dimas hanya akan diantar sampai ke tempat les oleh kakaknya. Pemuda itu sedikit sedih, tapi tidak apa-apa asal bersama kakaknya.
Saat jam menunjukkan pukul empat sore, akhirnya sosok Samudera terlihat di ambang pintu dan menjemputnya. "Mas!" Dimas segera mengemasi buku-bukunya dan berlari ke arah pemuda yang memiliki tinggi nyaris dua meter itu.
"Maaf lama, ya?" Samudera mengusak rambut adiknya.
"Gak, kok. Tadi aku sambil nugas."
"Ya udah, ayo Mas antar ke tempat les?"
Bahunya dirangkul oleh sang kakak sepanjang jalan, tak tanggung-tanggung Dimas pun memeluk kakaknya sepanjang perjalanan ke tempat les. Ia benar-benar tidak ingin dipisahkan dengan pemuda itu. "Mas, aku masuk dulu. Mas hati-hati pulangnya, ya?"
"Iya. Kamu belajar yang rajin."
"Pasti! Nanti aku bakal melebihi Mas Sam! Haha, bercanda!" Dimas begitu lengket dengan kakaknya, ia enggan melepaskan diri dari pelukannya. Jika dibandingkan, tingginya dengan sang kakak hanya sampai sebatas dagu.
Akhirnya pemuda itu memasuki tempat les dan memulai sesi les bersama gurunya secara privat. Mengerjakan soal dengan begitu mudah karena Dimas diberkahi otak yang cerdas, meski orang tuanya tidak pernah puas dengan kemampuan tersebut.
Waktu menunjukkan pukul delapan malam dan sudah saatnya ia pulang. Pemuda itu pun berkemas dan keluar dari gedung les sambil membuka aplikasi berbagi video yang dewasa ini menjadi tren di seluruh dunia.
Karena turun hujan, pemuda itu berteduh dan duduk di kursi beton gedung les bersama beberapa murid yang teriebak hujan. Namun, seseorang yang menggendong seekor kucing dan bergerak duduk di sebelahnya mengalihkan atensi pemuda itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Aku Pulang
Hayran KurguDan, aku akan hilang. Jika suatu saat kau mencariku, temukan aku di hatimu. [ Soobin x Taehyun TXT Brothership ] Penulisan: 1 Desember - 25 Desember 2023 Upload: 25 Desember 2023