tertaut

7K 734 124
                                    

—kembang desa—

hujan turun begitu lebat di malam hari ini, langit yang biasa memamerkan keindahan bulan bintangnya kali ini justru gelap gulita. pencahayaan di desa masih minim, tak ada lampu jalan di sekitar. semua orang terbiasa mematikan lampu luar mereka setiap hujan, khawatir konslet katanya.

angin bertiup begitu kencang, ditambah lagi lokasi rumah yang berada di dekat sawah membuat rumah ketua RT desa hartakarun itu semakin horor. disaat saat seperti ini, biasanya para pemuda senang berkumpul untuk sekedar menikmati pisang goreng dan teh hangat di rumah pak RT. terbukti dengan pemandangan yang tengah disuguhkan sekarang ini, lihat bagaimana beberapa pria muda tengah berkumpul dan menonton film horor bersama sama, bahkan mematikan lampu ruangan tengah agar feelnya semakin terasa.

"awas! perhatikan tiap sudut ruangan ini. pocong biasanya akan menampakkan diri di sudut kamar kita."

cklik!

"WAAAAAAAAAAAAA!!!"

semua pemuda itu berteriak kaget. namun sang pelaku yang menyalakan lampu hanya menatap polos bak tak punya dosa.

pak Jiwoong namanya, si pemilik rumah.

"ayah ih! kenapa lampunya malah dinyalain?!" protes Yujin, putra tunggal pak Jiwoong yang tak terima.

"ya maaf, habis gelap banget ayah mau nyari korek." pak Jiwoong menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merasa canggung karena menghancurkan suasana horor mereka.

tiba tiba suara dari pria lain terdengar dari arah lorong kamar.

"halah korek mu kan ada di kamar yaaang, iseng aja kamu ganggu anak anak."

papa Matthew namanya, suami gembul pak RT yang disenangi anak anak desa. Matthew berjalan menuju ruang tengah dengan membawa nampan berisi pempek yang baru ia masak.

"pak RT ini kalo ga gangguin kita sehari pasti langsung gatel gatel badannya." celetuk seorang pemuda disana, sudah biasa mereka semua meladeni pak RT yang sok asik ini.

Matthew hanya tersenyum manis, meletakkan nampan berisi pempek di dekat para pemuda. kemudian bangkit dan menggaet suaminya sebelum mematikan lampu kembali.

"wes pak RT nya tak bawa ke kamar biar ga ganggu, maaf ya anak anak."

sahutan sahutan bahagia diberikan oleh anak anak sebagai respon dikurungnya pak RT. sebelum iseng menyalakan lampu, pak Jiwoong juga sempat usil menyalakan lagu gamelan, menciprat ciprati air pada kaki mereka, atau mengganggu dengan cara bermain gitar. sungguh menyebalkan.

"lanjut lagi ga nih?" tanya Yujin menilai situasi sudah aman.

"lanjut aja, tapi iki pempek tak makan yo."

kali ini Junghwan, pemuda manis dan menggemaskan dengan poni rambutnya yang menutupi dahi berujar sembari menyomot sebuah pempek.

"udah mau menikah tapi kelakuanmu masih kayak anak kecil toh ju." ucap Gyuvin heran.

yang disebut anak kecil langsung mengernyitkan alisnya, menatap si pembicara tak suka. "aku ngga mau menikah sama dia, jangan bahas itu."

nyam nyam nyam

sempat sempatnya mulut itu mengunyah pempek setelah moodnya mendadak buruk.

"kamu ngga boleh gitu ju, mas Jeongwoo iku wes izin karo ibu bapakmu, wes bantu bantu ekonomi ibu bapakmu, bantu pekerjaan warga desa. kamu jangan keras keras sama dia." kali ini Yechan yang menyahut, membuat bibir tebal si manis disana mendadak mencebik dan melengkung ke bawah.

"udah sih jangan bahas bahas dia! males aku mau pulang aja."

Junghwan sungguhan marah kali ini, kenapa tiba tiba teman teman malah merusak moodnya sih?

dengan wajah merengut, pemuda itu bangkit dan berteriak, "pak RT! pakdhe! Junghwan pulang dulu! matur suwun yo!"

lalu tanpa berpamitan dengan para teman temannya, Junghwan langsung melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. membuat yang lain panik karena diluar sangat gelap dan hujan deras.

"Juju! jangan pulang dulu!!" teriak Yechan.

"OY! jangan keluar, ujan!"

Yechan, Yujin, Gyuvin dan beberapa teman teman yang lain bergegas menghampiri Junghwan, berniat menahannya untuk tidak nekat pulang karena merajuk.

namun, pemuda manis itu tetap kukuh dan enggan menoleh ke belakang, baru sampai ia di ambang pintu, sebuah kilat tiba tiba muncul yang tak lama disusul petir begitu kencang.

CTARRR!

"JUJU!!!!!"

tubuh Junghwan terpental mundur ke dalam, petirnya benar benar ganas dan mengejutkan. sepertinya ada seseorang yang tersambar di suatu tempat.

semuanya mengerubungi Junghwan yang kini blank saking shocknya, manik indah itu berkaca kaca dan pandangannya kosong. tak menyangka bahwa ia hampir menjemput ajalnya sendiri.

cklik!

lampu kembali dinyalakan oleh seseorang, kali ini waktunya tepat dan tak menuai protesan. Pak RT datang dengan niat awal untuk mengecek dan meminta anak anak mematikan film. namun betapa terkejutnya beliau ketika mendapati pemandangan janggal.

"ada apa ini?" tanya nya menghampiri. terkejut melihat si kembang desa yang tiba tiba menangis ditengah tengah kerumunan.

"ayah, Juju mau pulang." ucap Yujin sigap.

"sek, tak telpon Jeongwoo dulu."

pak RT langsung membuka ponselnya, menekan dial panggilan untuk menghubungi seorang pria yang dikenal sebagai calon suami Junghwan.

bukannya enggan mengantar pemuda itu pulang, namun desa ini memiliki tradisi dan kepercayaan tertentu. bahwa setiap hujan lebat, di dalam satu rumah wajib ada kepala keluarga atau yang benar benar bertugas sebagai pelindung. tak boleh membiarkan seorang istri dengan anak anak di rumah tanpa sosok ayah, atau nasib buruk akan langsung menimpa mereka saat itu juga.

ditambah lagi desa ini masih sangat minim pencahayaan di jalanannya, memudahkan pelaku kriminal untuk beraksi diam diam jika sebuah rumah lengah dari penjagaan.

"maafin kita ya ju, kita ngga bermaksud bikin kamu marah." ujar Gyuvin tak enak hati, membantu Junghwan untuk meminum air yang baru dibawakan Yujin.

"aku yang minta maaf banyak banyak ju, aku keterlaluan tadi." Yechan turut merasa bersalah.

pak RT hanya melirik mereka semua, mengesampingkan pertanyaan karena sedang sibuk menghubungi Jeongwoo. meski mulanya pria itu tak dapat dihubungi, namun akhirnya panggilan tersebut tersambung juga.

"halo pak RT?"

nah!

"halo mas Jeongwoo, maaf mas. lagi ada di rumah?"

"ada pak, baru banget pulang kerja saya. ada apa?"

ah, syukurlah.

"mas, iki tolong jemput Junghwan bisa tah? mau pulang katanya."

"ohh bisa pakdhe bisa, saya kesana sekarang ya."

"iyo mas hati hati! matur suwun."

tuuuuut!

semuanya membuang nafas lega mendengar jawaban seberang melalui loudspeaker. Jiwoong tersenyum tipis sebelum berjongkok untuk menyamakan posisi dengan Junghwan.

"mas mu udah jalan kesini, tunggu dulu ya."

haaa, Junghwan meneguk salivanya berat. pada akhirnya semua orang benar, pria asing bernama Jeongwoo Jeongwoo itu akan selalu terlibat dalam hidupnya.

tbc.

kerasa kah feel desa malem malemnya?
ini ringan ajasii dan semoga kalian suka yaa buat nemenin akhir taun ❤️

please give asha lots of love!! salam mpreg <33

kembang desa; iksan boys [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang