—kembang desa—
terhitung empat hari sudah semenjak keberangkatan Jeongwoo ke kota, namun pria itu belum kunjung kembali.
sesosok pemuda yang sedang menanak nasi itu menggigit bibirnya penuh khawatir. ini sudah lewat dari hari yang dijanjikan oleh tunangannya untuk pulang.
"ibu?" panggil sang putra.
"iyo lek?" sahut ibunya yang sedang mencuci daging.
"hari ini kita makan daging?"
"heem."
hufff.
Junghwan menghembuskan nafasnya kasar, hatinya terasa semakin perih sekarang. sebelum kedatangan pria asing yang tiba tiba melamarnya itu--- keluarganya hanya makan daging setahun sekali.
namun entah bagaimana, setelah dirinya dihak milik oleh Jeongwoo, ekonomi keluarganya perlahan mulai membaik. meski belum resmi menikah, namun pria kota tersebut senang sekali memberi uang pada orangtuanya secara cuma cuma.
"mas Jeongwoo urung mulih tah bu?" tanya si manis lagi, menoleh lemas pada ibundanya dengan wajah murung.
(mas Jeongwoo belum pulang ya bu?)ibu terkekeh, merasa geli mendengar pertanyaan yang dilontarkan putranya. sungguhan deh, ibu menyadari bahwa semenjak keberangkatan calon menantunya ke kota, sikap putranya lumayan berubah drastis akhir akhir ini. atau lebih tepatnya... melunak?
"mas mu ra ngomong soal mulih?" tanya ibu lembut.
(mas mu ga ngomong soal pulang?)yang ditanya hanya menggeleng lemas sebelum beranjak menuju kamar, selesai dengan aktivitas menanak nasinya.
"ora, wes lah bu aku arep turu."
(ngga, udahlah bu aku mau tidur.)ibu sontak menghentikan aktivitasnya, menoleh panik pada sang putra sebab hari sudah sore dan kesayangannya itu justru berniat tidur.
"hus, pamali lek! ojo turu!"
(hus, pamali nak! jangan tidur!)"aku lemes banget bu, seharian koyok arep pingsan, opo gara gara mas ku lagi jauh ya bu? separuh jiwaku jadi hilang gitu."
si manis mengoceh tak jelas sambil berjalan menuju kamarnya, membuat sang ibu hanya menggelengkan kepala tak habis pikir. putranya ini benar benar kesambet atau bagaimana ya? sebab sifat galak dan jual mahalnya mendadak hilang setelah ditinggal tunangannya ke kota.
ya sudahlah, biarkan saja. tak apa sekali kali putranya beristirahat di sore hari. kasihan, tampak lemas dan tak bertenaga sejak pagi tadi. mungkin benar katanya, sebab separuh jiwanya hilang.
—kembang desa—
"uhh.."
plak! plak!
ada seorang bayi besar yang terbangun dari tidur nyenyaknya karena tak nyaman digigiti nyamuk.
astaga, padahal sudah memasang kelambu, lantas darimana makhluk penghisap darah itu masuk sih? harusnya kan tak bisa masuk kelambu. huh, menyebalkan sekali, mengganggu waktu istirahat orang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
kembang desa; iksan boys [end]
Fanfiction"berhenti ikut campur sama hidupku, bangsat." Junghwan--- si kembang desa merasa hidupnya berjalan sangat mulus selama ini, namun semuanya berakhir ketika seorang pria kota datang dan tinggal di desanya. pemuda itu tak pernah menyangka, dan tak pern...