tujuh

8.4K 189 0
                                    

Lagi dan lagi badan Gesa selalu merasa pegal. Ia heran dengan tubuhnya akhir-akhir ini, padahal ia tidak pernah melakukan aktivitas berat apapun tetapi kenapa badannya terasa sangat capek?.

Gesa menatap langit-langit kamarnya. Sudah lima belas menit ia termenung sambil berbaring. Kurang empat puluh lima menit lagi gerbang sekolah ditutup. Ia tidak ingin menjadi murid yang bolos sekolah, Gesa tidak mau merusak reputasi yang ia tata dari masuk SMA itu yaitu menjadi anak paling rajin di sekolah.

Gadis itu miring ke kanan, ia merasakan area sensitifnya sangat sakit. Karena panik, Gesa berlari menuju kamar mandi walaupun badannya sangat pegal karena ia sangat takut terjadi sesuatu pada tubuhnya.

Gesa membuka seluruh pakaiannya. Ia meraba area sensitifnya dan merasakan nyeri disana. Mungkinkah? Ah tidak, ia tidak pernah melakukan 'itu' dengan lelaki manapun bahkan ia tidak pernah dekat dengan laki-laki terkecuali kedua adik nya dan Eza.

Apa mungkin ini ulah adiknya? Tapi bagaimana bisa mereka masuk jika pintu dan jendela selalu ia kunci rapat setiap pergi tidur. Gesa menggelengkan kepalanya, ia pusing karena mencari jawaban dari rasa nyeri di area sensitifnya.

Gesa mencoba berjalan. Terasa sedikit nyeri. Air matanya keluar, ia menangis karena teringat dengan perkataan Haura mengenai rasa nyeri mendadak di area sensitifnya. Sahabat nya itu bilang, jika di bawah terasa nyeri maka itu ulah hantu! Gesa tidak bisa memaafkan hantu itu, berani sekali dia menyentuh tubuhnya tanpa izin.

Tapi ia juga tidak berani pada hantu. Membayangkan wajahnya yang dipenuhi darah saja membuatnya merinding. Mungkin ia akan memanggil pendeta besok untuk mengusir hantu-hantu yang ada di kamarnya. Demi apapun hantu-hantu itu harus segera pergi dari kamarnya karena jika dibiarkan bisa-bisa Gesa nanti malah digilir. Ahhh.... tidak!.

Gesa mandi untuk bersiap ke sekolah. Walaupun bagian bawahnya terasa nyeri tetapi ia masih bisa berjalan dengan normal.

Setelah memakai seluruh seragamnya Gesa dikejutkan dengan Gavi yang membuka pintu kamarnya tanpa izin. Kenapa sih adik-adiknya selalu membuatnya terkejut, kenapa mereka tidak mengetuk pintunya terlebih dahulu!.

"Kak Gesa mau kami tinggal?" Ucap Gavi.

"Tinggal aja gapapa nanti kakak bisa pesan taxi" balas Gesa yang masih memasukkan buku-bukunya kedalam tas.

Gavi yang berada di ambang pintu lalu masuk mendekati gadis itu. Memeluk Gesa dari belakang.

"Kakak jangan deketin cowok itu lagi" ucap Gavi tiba-tiba.

Gesa mengernyit heran. Cowok? Eza kah?.

"Maksud kamu Eza?" Tanya Gesa memastikan.

Gavi mengangguk, ia menyingkirkan rambut panjang Gesa supaya ia bisa mencium harum wangi leher gadis itu. Gesa merinding saat Gavi mengembuskan nafas pada lehernya. Ia menegur Gavi untuk melepaskan pelukan mereka namun remaja itu menolak dan malah mengeratkan lingkaran tangannya pada perut ramping Gesa.

"Kenapa kakak harus jauhin Eza?" Tanya Gesa.

"Kalo kakak lebih dekat dengan cowok itu, aku dan Gevi bakalan lebih parah dari semalam" ucap Gavi lirih dan Gesa tidak mendengar jawaban adiknya itu dengan jelas.

"Hah? Yang jelas Gavi" pinta Gesa.

"Kalo kakak nolak, aku dan Gevi bakalan gak mau bicara dengan kak Gesa lagi" ucapnya kemudian melepas pelukan mereka lalu keluar kamar.

Gesa masih mencerna ucapan adiknya. Tunggu! Berarti si kembar itu akan marah padanya kalau ia masih dekat dengan Eza? Tapi kenapa ia dilarang berdekatan dengan Eza? Padahal selama ini Gesa tidak pernah melarang mereka untuk berdekatan dengan siapapun! Kenapa juga mereka sebenci itu dengan Eza? Apa karena papanya yang melarang? Itu bisa saja terjadi.

The Twins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang