dua puluh tiga

4.3K 165 17
                                    

Disebuah ruangan yang minim pencahayaan. Dua orang berbeda gender itu tengah menatap delapan layar komputer yang sudah tertata rapi.

Sang laki-laki duduk bersandar pada kursi putar sambil tersenyum-senyum sendiri. Sedangkan sang perempuan menatap layar monitor itu sedikit merinding.

"Gila!! Bener-bener gila!!" Ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tangannya menyentil dahi laki-laki itu keras, membuat sang empu merasa kesakitan.

"Obsesi lo lebih parah dari imajinasi gue" tatapannya memandang lurus pada mata yang berbinar penuh ketertarikan itu.

"Salah sendiri berimajinasi"

Haura kembali menatap layar monitor itu. Delapan layar komputer menampilkan seorang gadis dari segi manapun. Bahkan ada satu komputer yang menampilkan seluruh kamera pengawas itu berada, seperti diruang tamu, dapur, kamar tidur, balkon, teras depan, halaman belakang dan juga kamar mandi.

Dan semua tempat-tempat yang terletak kamera itu selalu gadis cantik itu datangi.

Senyum Eza sama sekali tidak luntur. Ia mengusap-usap dagunya dengan tangan kiri dan sesekali menunjuk pada monitor itu saat ia memberitahu sahabatnya.

"Pasti habis ini dia ke kamar mandi" tebaknya.

Haura memalingkan wajahnya, membelakangi monitor sedangkan Eza memajukan badannya untuk melihat dengan lebih jelas apa yang gadis cantik itu lakukan di dalam layar komputernya.

Sisi gila Eza sudah diketahui oleh Haura saat ia tidak sengaja membuka ponsel milik laki-laki itu. Di dalam ponsel itu terdapat notifikasi kalau 'target dalam pergerakan'.

Alhasil karena penasarannya yang melambung tinggi, Haura akhirnya memencet notifikasi itu dan langsung diarahkan pada beberapa kotak yang jika dilihat-lihat seperti rekaman cctv. Ia pun memfokuskan lagi penglihatannya dan menemukan bahwa yang dimaksud dengan target tadi adalah seorang gadis cantik bernama Gesa. Sahabatnya.

Haura marah. Ia melabrak Eza untuk meminta penjelasan. Dengan semua alasan jujur dari laki-laki itu membuatnya terdiam. Ia bahkan tidak menduga kalau Eza sama gilanya dengan dua monster itu. Yaitu sama-sama terobsesi pada Gesa.

"Ahh.... Tubuhnya" desah Eza. Haura menulikan pendengarannya. Merasa jijik dengan sifat sahabatnya itu.

"Lo kalo ngocok dikamar mandi kek" ucapnya kesal. Eza tidak memperdulikan gadis itu. Matanya terus memperhatikan layar komputer sambil tangannya terus bergerak pada daging tanpa tulang dibawah sana.

Karena kesal, Haura pun pergi dari ruangan itu. Ini adalah sebuah apartemen yang tidak terlalu mewah. Eza menyewanya hanya untuk dijadikan tempat stalkerin Gesa. Hanya terdiri dari satu kamar tidur, dapur, dan kamar mandi. Eza hanya datang kesini saat ia memerlukan nutrisi.

Didepan gadisnya memang dia tidak berani untuk berjarak lebih dekat tapi didepan komputernya ia bahkan bermain sendiri sambil menyebutkan nama Gesa.

Haura juga sudah memperingatkan Eza berkali-kali untuk berhati-hati supaya Gesa tidak tau. Hal ini bertujuan untuk mental Gesa supaya tidak tertekan lagi. Ia sangat menyayangi sahabatnya itu.

Entah keberuntungan atau kemalangan yang menjadi takdir Gesa. Gadis cantik itu dikelilingi oleh para laki-laki tampan yang terobsesi padanya namun Gesa malah terkena serangan mental akibat sifat obsesi mereka yang sudah mengila. Bahkan keterlaluan.

Disatu sisi Haura ingin menjadi Gesa karena dikejar-kejar terus oleh laki-laki tampan namun ia mikir lagi, hanya karena obsesi mereka lalu dirinya diperebutkan hingga mentalnya juga terguncang? Enggak! Haura tidak mau jika akan menjadi pasien rumah sakit jiwa nantinya.

Ia berjalan menuju supermarket terdekat untuk membeli minuman. Ponselnya terus berdering dan menampilkan satu nama. Yaitu Gesa.

Mungkin sahabatnya itu khawatir karena ia keluar tidak bilang dulu. Setelah membayar harga dari minuman itu, ia duduk disalah satu kursi didepan minimarket.

"Hay..."

Haura mengerutkan dahinya, menatap seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul lalu menyapanya itu dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Ackerley Lark Proulx... What's your name?" Tanyanya.

"Lastri" bohong Haura.

"Can I sit here?"

Haura mengangguk. Lalu saat orang itu duduk disampingnya, gadis itu malah beranjak pergi meninggalkan orang random yang sayangnya tampan itu.

Namun tanpa sepengetahuan Haura, orang itu malah tersenyum seringai sambil memperhatikan bongkahan bokong sintal milik Haura.

>>>

Gesa tengah berendam di bathtub sekarang. Ia berkali-kali menghubungi kedua sahabatnya yang menghilang tanpa memberitahunya dulu. Namun semua panggilan itu tidak terjawab sama sekali.

"Ck... Kemana sih mereka!! Awas aja kalau balik gak bawa jajan" Gesa kesal. Ia membanting ponsel boba itu kesembarang arah. Untungnya mendarat pada sendal berbulu yang tadi ia kenakan, jadi hanya lecet sedikit.

Pukul empat sore adalah nikmat-nikmatnya untuk berendam air hangat dengan aroma manis stroberi. Dengan musik sebagai iringan ketenangan dan lilin aromaterapi membuatnya semakin rileks.

Masker wajah dengan mentimun yang menutupi kedua matanya benar-benar membuat Gesa merasa nyaman. Badannya butuh pengisian daya setelah berkuliah seharian ini.

Tok..... Tok .... Tokk..... Gesaa!!!!

Gesa mendengar suara dari luar yang memanggil-manggil namanya. Karena malas untuk beranjak dari posisi nyamannya ia cukup berteriak saja.

"LAGI MANDIIIIII" teriaknya. Dirasa tidak ada ketukan lagi, ia menikmati kembali waktunya.

"Dah tau sih gue" lirih Eza didepan pintu kamar Gesa. Ia mengetuk pintu itu hanya sekedar gabut, sekaligus memberitahu juga kalau ia sudah sampai rumah.

Karena Eza tadi juga menerima panggilan berkali-kali dari gadisnya tapi ia hiraukan karena sibuk bermain solo.

Ia menatap kamera pengawas didinding depan kamar Gesa. Kamera itu diletakkan oleh Rendi. Seisi rumah ini juga sudah diletakkan kamera pengawas oleh ayah gadisnya itu. Tapi Eza lebih licik, ia juga meletakan kamera kecil disamping kamera pengawas yang diletakkan oleh Rendi.

Tujuannya, saat Gesa melihat kearah kamera dari Rendi sambil tersenyum seakan-akan memperlihatkan keadaannya yang baik-baik saja. Secara otomatis gadisnya juga akan terlihat tersenyum di kameranya juga. Dan itu membantu Eza supaya berfantasi lebih liar bersama Gesa sembari gadis itu tersenyum manis.

>>>

"Thanks opa"

"Untukmu cucuku"

"Tapi opa, aku mau mansion sendiri"

"Gevi juga mau satu"

"Iya nanti opa kasih untuk kalian masing-masing "

Evan menatap kedua cucunya sambil tersenyum. Mengeluarkan banyak uang untuk menebus kesalahan mereka dipenjara termasuk pengeluaran yang kecil. Ia hanya tidak habis pikir dengan Rendi yang tega menjebloskan mereka ke penjara hanya karena kesalahan kecil itu.

Lihatlah, cucu-cucu kesayangannya nampak kurus. Ia akan mendidik dan melatih mereka dengan keras supaya menjadi pria kembali. Evan tidak tega melihat badan mereka agak mengecil seperti itu.

Gevi dan Gavi sangat menyayangi opa mereka. Pria tua itu tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang hanya untuk permintaan yang tidak terlalu penting dari cucu-cucunya.

"Kak Gesa dimana opa?" Tanya Gevi.

"Entahlah, opa masih mencaritahu, selama itu kalian harus rajin merawat tubuh kalian lagi. Lihatlah badan kalian mengecil saat dipenjara"

"Iya opa"

Baru saja enam bulan terkurung dalam jeruji besi itu kini mereka bisa menghirup udara segar kembali. Persetan dengan dunia pendidikan, yang hanya menjadi fokus mereka saat ini adalah mencari Gesa. Sebelum gadis itu ditemukan, si kembar itu tidak akan tinggal diam. Karena Gesa masih menjadi obsesi mereka hingga saat ini.

.
.
.
.
Next...

The Twins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang