dua puluh satu

4.5K 147 15
                                    

Nara mengelus surai putrinya lembut. Mata Gesa terpejam juga sembab. Ia merasa menjadi ibu yang buruk. Putrinya selama ini tersiksa saat dirinya dan suaminya bekerja.

Nara menangis. Ia tidak bisa membayangkan kehancuran putrinya itu. Melihat gadis kecil ini yang diapit oleh laki-laki bertelanjang dada membuat hatinya sakit. Apalagi sang pelaku adalah anaknya sendiri.

Rendi datang lalu menepuk pelan pundak istrinya. Anaknya masih tertidur dalam pengaruh obat karena tadi Gesa mendadak berteriak histeris hingga dokter terpaksa menyuntikkan obat penenang.

"Gimana Gevi dan Gavi pa?" Tanya Nara.

"Karena umur mereka masih dibawah umur jadi hanya dipenjara setengah saja dari pasal yang berlaku" jelas Rendi.

Rendi masih tak percaya anaknya berbuat semenjijikan itu. Mereka dibesarkan sampai umur 16 tahun dengan ketegasan dan juga kelembutan hati orangtuanya, malah tumbuh besar menjadi laki-laki brengsek yang terobsesi dengan tubuh kakaknya sendiri.

Mungkin hukuman 6 tahun penjara bisa menyadarkan mereka. Rendi sangat berharap besar mereka bisa berubah. Ia menatap putrinya lagi. Gadis malang itu harus menjalani terapi psikologi untuk mentalnya. Hati Rendi sakit. Selama ini putrinya menderita dan ia tidak tahu apa-apa.

Ceklek....

Pintu kamar inap VVIP ini terbuka. Menampilkan dua orang berbeda gender masuk dengan raut muka cemas.

"Gesa belum sadar tante?" Tanya Haura dan mendapat jawaban gelengan kepala sama Nara.

Kemarin kedua sahabat Gesa menjelaskan secara detail semua penderitaan Gesa. Terlebih lagi Eza yang dituduh sebagai pacar dari Gesa dan sering membawa kabur gadis itu ikut menjelaskan secara lengkap. Ia tau dari rekaman kamera yang ia taruh dikamar gadisnya. Semuanya dia jelaskan hingga Rendi mempercayainya kembali.

"Mereka dipenjara berapa tahun om?" Tanya Haura.

"6 tahun penjara karena mereka juga masih dibawah umur" jelas Rendi.

'anjing, dikit banget cok, ga sepadan ma penderitaan gesa' batin Haura.

"Ohh gitu ya om? Semoga mereka introspeksi diri" balasnya.

"Kenapa kalian gak ceritain masalah ini ke kami lebih awal?" Tanya Nara. Agak sedikit kecewa jika anak dan sahabat anaknya tidak terbuka padanya.

"Kita udah mau nyeritain semuanya tante, tapi Gesa ngelarang, menurutnya ini adalah aib baginya, dan gak mau semua orang tau" jelas Eza.

"Iya tante, saya juga marah waktu Gesa nyembunyiin masalah ini, tapi dia marahin saya balik karena ketahuan waktu itu"

Haura menunduk sedih. Kenapa anaknya bisa berpikir seperti itu padahal ini masalah yang serius.

"Setelah lulus nanti, om akan sekolahkan Haura ke Perancis karena om belum yakin bocah kembar itu akan berubah dengan cepat" usul Rendi.

"Dan kalian berdua harus ikut bersama Gesa"

Eza dan Haura mengangguk mantap. Mereka akan membantu Gesa supaya pulih lebih cepat. Ujian kelulusan tingal beberapa bulan lagi dan mereka tidak sabar untuk melihat senyuman manis Gesa lagi.

>>>

"Ma mereka beneran gak ada kan ma?" Gesa bertanya pada Nara saat baru sampai dipekarangan rumah. Gadis itu dipulangkan setelah seminggu dirumah sakit namun dia harus tetap menjalani terapi psikologis setiap satu minggu sekali.

"Enggak sayang, dirumah malah ada Haura dan Eza. Mereka katanya akan membuat kejutan untukmu" jawab Nara sambil tersenyum.

"Beneran ma? Gesa kangen banget sama mereka ma"

Nara mengangguk dan kembali menuntun Gesa dengan cara memeluk tubuh anaknya itu.

"Surprise....." ucap Eza dan Nara kompak saat pintu itu terbuka.

Gesa terkejut. Ia melihat ada banyak sekali makanan dan juga balon warna-warni yang berhamburan diruang tamu rumahnya. Bahkan keluarga dari Eza dan Haura ikut hadir disana juga.

Mereka melakukan ini untuk merayakan kepulangan Gesa dari rumah sakit. Mereka berharap dengan kejutan kecil ini bisa membantu penyembuhan memori gadis itu mengenai si kembar dirumah ini.

"Nih, lo suka cromboloni kan" Haura menyodorkan beberapa roti berbentuk bulat dengan varian rasa padanya. Gesa menerimanya lalu mengucapkan terimakasih juga.

Pukul empat sore ini rumah kediaman Reinald sangat ramai. Mereka menikmati makanan serta minuman dengan raut penuh bahagia demi membuat Gesa melupakan ingatan buruk pada dirinya.

Rendi menatap putrinya yang tertawa bersama kedua sahabatnya dari kejauhan. Ia akan mengurus sekolah Gesa di Perancis dengan cepat. Dari keluarga Eza dan Haura mereka juga setuju kalau anak-anak mereka bersekolah disekolah yang sama dengan Gesa.

"Putrimu akan sembuh lebih cepat Rendi" ucap Mahesa, yakni ayahnya Eza.

"Yaa dia mudah sekali tertawa bersama putriku" sahut Prabu, ayahnya Haura.

"Kalian benar, putriku akan kembali ceria seperti dulu"

Akibat kesalah pahaman dulu pada Eza, keluarga remaja itu dan keluarga Gesa menjadi teman bisnis.

Perusahaan Mahesa mengajukan kontrak kerja sama dengan perusahaan milik Rendi. Sehingga masalah berat yang membuat Rendi pusing pada pekerjaannya perlahan hilang. Ia jadi lebih santai lagi dalam bekerja karena beberapa kali Mahesa juga turun membantunya.

>>>

Keesokan harinya Gesa pergi kesekolah akibat paksaan kedua sahabatnya. Ia juga sudah lama tidak memijakkan kaki disekolah ini.

Teman-teman sekelasnya mengira kalau Gesa homeschooling. Tentu saja berita seperti itu Eza yang membuat. Karena Gesa tidak mau masalah keluarganya tersebar lebih jauh.

Informasi kedua adik Gesa yang tidak bersekolah lagi juga diatasi oleh Rendi. Dia mengatakan kalau si kembar itu pindah ke sekolah lain padahal mereka mendekam dipenjara.

Gesa mengikuti pelajaran dengan lancar. Senyuman manis terus-terusan terpancar diwajah cantik itu membuat teman sekelasnya yang laki-laki terkadang senyum-senyum sendiri.

"Sa lo tau rumus ini gak? Ajarin" pinta salah satu teman sekelasnya.

Dia juga sering dimintai tolong temannya untuk mengetahui rumus-rumus fisika yang mereka tidak tahu.

Gadis itu juga rutin pergi kerumah sakit untuk terapi nya. Ia akan hidup lebih bersemangat lagi demi orang-orang yang menyayanginya. Apalagi mereka sudah berkorban banyak demi membuatnya bahagia.

Gesa akan terus belajar dan membantu teman-temannya. Ia akan berjuang mendapatkan nilai tertinggi untuk ujian kelulusan nanti dan membuat Nara bangga padanya.

Karena terapi yang ia jalani sangatlah mahal, ia akan bersungguh-sungguh demi bisa melupakan ingatan buruk itu dan membuat Rendi tersenyum lagi seperti dulu. Melihat kondisinya yang terkena mental, pria paruh baya itu jarang tersenyum padanya membuat hati Gesa juga ikutan sakit.

Karena itulah, demi orang-orang yang menyayanginya, Gesa akan berjuang untuk membuat senyum mereka terukir kembali.

.
.
.
Next..

The Twins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang