sembilan

7.8K 229 2
                                    

⚠️⚠️⚠️
18+++

Gesa langsung menuju kamarnya. Kepalanya sedikit pusing jadi ia memilih tidur.

Gevi menyembulkan kepalanya di ambang pintu. Melihat kakaknya yang tertidur ia kemudian masuk dan memandangi wajah cantik itu. Tak lupa juga ia mengunci pintunya.

Ahh... sangat cantik sampai-sampai membuat Gevi gila. Kenapa kakaknya ini cantik sekali? Kalau bukan menjaga image atau bermain drama ini secara lembut ia pasti sudah mengurung kakaknya disebuah tempat yang hanya diketahuinya. Bermain liar diatas ranjang dengan gadis pujaannya.

Tangannya membelai pipi putih itu, kemudian menjilatinya. Matanya pejam seakan menikmati rasa manis yang keluar dari tubuh kakaknya.

Ohh ini membuatnya gila! Gevi mengambil tangan kanan Gesa, memasukan jari manis dan jari tengah ke dalam mulutnya. Menjilatinya sampai mengeluarkan suara kecapan.

Kegiatannya membuat Gesa bergerak kecil lalu membuka matanya dan terkejut melihat aktivitas Gevi yang menjilati tangannya.

"Apa yang kamu lakukan Gevi?" Tanyanya masih terkejut lalu menarik tangannya yang di jilati Gevi.

Gevi menatap mata amber itu sendu. Bibirnya tersenyum miring, rambutnya berjatuhan turun ke dahi membuatnya tampak sangat seksi. Namun dimata Gesa, adiknya seperti orang kesurupan.

"Kak.. ahh" ucapnya dengan suara serak. Gevi mendekati Gesa berniat memeluk namun Gadis itu malah mundur dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Gevi bertahan yaa, kakak akan pangil pendeta atau ustadz biar menyadarkan mu" ucap Gesa lalu bangkit.

Gevi mencekal tangan mungil itu. Menariknya keras hingga membuat Gesa jatuh di dadanya. Gesa merasakan pelukan dari adiknya, pelukan yang awalnya lembut perlahan menjadi sangat erat. Apa setan yang merasuki adiknya ini sering nge-gym? Kenapa pelukannya erat sekali sampai-sampai ia tidak bisa bernafas.

"Gevi... lepasin, kakak sesak" ucap Gesa.

Gevi menggeleng "kak.. eummhh"

Gesa berusaha melepaskan pelukan itu namun tenaganya tetap kalah dengan Gevi.

"Selama ini aku menahan, kali ini aku tidak bisa kak" ucap Gevi tiba-tiba.

Gevi melepas pelukan mereka lalu tiba-tiba mencium bibir gadis itu. Gesa sangat terkejut hingga dia tercengang beberapa saat kemudian mulai memberontak.

Perlawanan dari gadis itu membuat Gevi semakin bergairah. Tangan mungil Gesa yang awalnya memukul-mukul dada Gevi kini berada di belakang karena ditahan dengan satu tangan Gevi. Tangan Gevi yang satunya menahan tengkuk gadis itu untuk memperdalam ciuman mereka.

"Eummhh... ge-gevi-" ucapan Gesa disela-sela ciuman mereka.

Gevi memberikan jeda sebentar lalu mencium bibir manis itu lagi. Perlawanan Gesa ia hiraukan, gairahnya benar-benar tidak bisa ditahan lagi. Ia butuh pelampiasan. Sekarang juga.

Gesa menarik nafas dalam-dalam setelah Gevi melepaskan ciumannya. Tangannya masih ditahan oleh Gevi, ia tidak bisa melakukan apa-apa.

Gevi menciumi leher gadis itu, menyesapnya sampai meninggalkan bercak merah keunguan. Gesa menyatukan alisnya, bibirnya ia gigit untuk menahan suara menjijikan.

Setelah puas dengan leher, Gevi membanting tubuh Gesa ke atas kasur. Tangan mungil yang tadi ia tahan terlepas, lalu menampar pipinya hingga ia memalingkan wajah ke kanan.

Dada Gesa naik turun. Dengan posisi badan yang setengah tidur karena ditahan oleh sikunya dan Gevi berada diatas gadis itu sambil menahan badannya dengan tangan dan lutut.

Tamparan Gesa tidak membuatnya sakit, gairahnya malah semakin bertambah. Tangan Gesa ditahan kembali oleh Gavi diatas kepala gadis itu. Tangan Gevi yang satunya berusaha melepaskan kaos yang dipakai Gesa.

Karena berbahan kain. Gevi mengigit kaos itu hingga robek. Terpampang lah dua gundukan kenyal yang sangat mengoda. Bibirnya kembali membentuk senyuman saat melihat benda lembut favoritnya. Tangisan Gesa pecah saat baju yang ia pakai dirobek paksa oleh Gevi.

"Lihatlah kak, mereka tumbuh besar karena bantuanku setiap malam" ucapnya masih dengan suara serak. Gesa membelalakkan matanya kemudian berteriak sangat keras, membuat Gevi menyumpal mulutnya mengunakan robekan kaos yang ia pakai tadi.

Tangan Gevi menarik bungkusan kain yang menutupi buah dada kakaknya dengan satu tarikan hingga terlepas. Ia tersenyum sampai memperlihatkan giginya lalu mulai menghisap benda kenyal itu.

Hisapan Gevi membuat Gesa bergerak gelisah. Alisnya menyatu dan dadanya naik turun. Ia merasakan aliran darahnya yang mengalir deras dan juga panas. Kenapa dengan tubuhnya?.

"Mendesahlah kak, Gevi suka suara kakak" ucap Gevi. Lidahnya kembali memainkan ujung gunung itu, permainannya seperti orang yang sudah sering melakukan hal seperti ini.

Gevi mengehentikan aksinya. Ia menatap wajah kakaknya yang memerah lalu tersenyum. Melepaskan sumpalan kain yang berada di mulut gadis itu.

"Your so fucking pretty, baby" ucap Gevi. Gesa meludahi wajah Gevi setelah remaja itu mengatakan hal tadi.

Gevi menjilati ujung bibir yang terkena ludah kakaknya. Ia kemudian menyeringai mengerikan.

"Sangat lezat sayang" ucapnya.

"Gila lo! Gue kakak lo bangsat!" Baru pertama kali Gesa memaki adiknya. Dan orang yang di maki tadi malah tersenyum senang.

"Yaahh... yahh... teruslah bersuara sayang, mungkin permainan ini membutuhkan waktu yang sangat lama"

Gevi membuka perlahan celana pendek Gesa. Kaki Gesa terus bergerak, menendang-nendang udara supaya Gevi terganggu dan tidak jadi melakukan aksi gilanya. Namun kedua kaki Gevi berhasil mengunci kaki Gesa.

Dari arah pintu, Gavi berhasil mendobrak dan terkejut melihat saudaranya berbuat hal gila. Tapi ia kemudian tersenyum dan melangkah mendekati mereka.

"Gavi... gavi tolong kakak, pangil mama papa sekarang juga, kakak mohon" ucap Gesa sambil menangis.

"Kau bermain tanpa aku? Pengkhianat!" Gavi menghiraukan ucapan kakaknya. Ia menaiki kasur dan melumat bibir gadis itu kasar.

Gesa menangis sejadi-jadinya. Sekarang tidak ada yang menolongnya. Orangtuanya belum pulang bekerja saat ini. Dan apakah penderitaannya berlangsung sampai kedua orangtuanya pulang? Gesa tidak tahu. Ia hanya menangis tanpa bisa berbuat apa-apa saat tubuhnya dinikmati kedua adik bejatnya.

Gavi menjilati ketiak kakaknya. Hanya ada harum bunga disini. Tangannya juga bermain di salah satu gundukan kenyal itu. Ia merasa sangat hidup sekarang.

Gevi kembali membuka celana pendek kakaknya. Kini hanya menyisakan celana dalamnya saja. Ia mengelus belahan yang tercetak jelas di kain itu. Gevi tersenyum saat merasakan basah pada ujung jarinya.

Kegiatannya terhenti saat seseorang tiba-tiba memukul wajahnya kuat. Gevi sampai terjungkal ke belakang. Gavi juga mendapatkan pukulan yang sama hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah.

Gesa langsung bangkit lalu menutupi tubuhnya mengunakan selimut tebal. Ia masih menangis saat Eza membabi buta memukuli kedua adik-adiknya.

Setelah membuat si kembar itu pingsan, Eza membawa Gesa menuju apartemennya. Dada Gesa masih naik turun dan air matanya terus saja mengalir bahkan saat mereka dimobil.

Eza hanya diam, ia tidak mau bersuara dulu. Gadisnya masih sangat shock atas kejadian hari ini, apalagi ia tahu kalau kepala Gesa masih pusing.

Dengan selimut yang masih membungkus tubuhnya, Gesa berdiam diri diatas ranjang milik Eza. Eza sendiri memilih duduk di sofa panjang di apartemennya.

Eza tahu semua dari layar monitornya. Ia kemudian tersenyum, sudah dipastikan Gesa membenci kedua adiknya dan ia bisa menjerat gadis itu perlahan. Setelah membuat Gesa percaya akan cintanya, ia akan melangsungkan pernikahan. Maka tidak ada alasan untuk Gesa bisa meninggalkannya karena mereka saling mencintai.

.
.
.
Next....

The Twins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang