14

11.4K 1K 21
                                    

“Cepat pergi ke istana bagian selatan dan panggil count Xeon! Aku disini sebisa mungkin akan menenangkan Baginda Kaisar!” seorang pria di depan pintu aula  ruangan perjamuan berteriak pada prajurit dan ksatria yang berjaga.

Mereka serempak mematuhi sang jenderal tertinggi kekaisaran Stanley, Romi la anger.

Jubah merah Romi berkibar seirama  dengan langkah kakinya yang begitu cepat memasuki ruang aula.  Tubuh sang jenderal membatu saat melihat putri dari negara Albet sedang dicekik oleh kaisarnya, apalagi di kursi sebelah kiri ajudan dari negara Albet telah mati tertusuk pedang.

“Baginda kaisar, biar saya yang melakukannya.”

Sepasang netra merah Aleneo bergulir dengan malas kearah jenderal perang negaranya. Tak lama sudut bibirnya terangkat dan berucap, “Tentu.”

Pria dengan balutan pakaian hitam dengan bordir emas di kerah pakaian dan lengannya kembali duduk di kursi perjamuan, namun pedang yang berlumuran darah miliknya tetap tertancap di tubuh seseorang yang duduk di kursi sebelah kirinya.

Romi menghela napas lega, tadi itu hampir saja kaisarnya akan mematahkan leher dari putri kedua kekaisaran Albet yang menjadi utusan negosiasi perang kali ini, Romi lantas berjalan dan membantu Putri kedua kekaisaran Albet, Aurora belirg untuk berdiri dari lantai.

“Anda baik-baik saja yang mulia?” Aurora menggelengkan kepalanya dengan tubuh yang bergetar takut.

Kini gadis dengan balutan gaun berwarna emas dengan sulaman bunga berwarna perak dibeberapa sisi menundukkan kepalanya sambil memegangi lehernya yang terasa sakit. Dalam hati Aurora mengutuk ajudan ayahnya yang dengan berani dan angkuh menyampaikan pesan atau bisa dikatakan sebagai permintaan tak masuk akal untuk membuat negoisasi perang ini berjalan baik. Aurora juga masih tak percaya dan tidak terima bahwa ia dibawa ketempat ini untuk dinikahkan dengan pria yang bahkan wajahnya saja tidak ia tahu, terlebih dari rumor yang beredar wajah kaisar negara Stanley begitu buruk rupa oleh karena itu dia memakai topeng dengan alasan tradisi keluarga.

Tapi siapa tahu jika dibalik topeng hitam bak iblis ini dia menyembunyikan wajahnya yang amat buruk. Aurora menggelengkan kepalanya dan mencengkram tangan Romi dengan kuat.

“Sa-saya in-ingin pulang, saya tidak mau menikah,” cicitnya lirih seraya mendogak menatap Romi dengan manik cokelatnya yang berkaca-kaca.

“Romi, aku mulai bosan.” Aleneo berkata malas dengan mata yang menghunus tajam.

Seketika Romi mengalihkannya pandangan matanya dari gadis bersurai cokelat madu itu, “Dengan hormat Baginda saya tidak bermaksud untuk menentang perintah anda, namun membunuh putri bukanlah keputusan yang bijak untuk saat ini.”

“Dia berani menghinaku dan orang-orang negara kita sebagai mahluk yang busuk dan keji, aku sudah berbaik hati ingin bernegosiasi dengan negaranya tapi sekarang apa yang sedang  putri mereka lakukan, Romi menurutmu apa dia pantas hidup setelah menghinaku dan pahlawan negara kita? Apa kau ingin  disebut sebagai pemberontak?”

Romi dengan cepat duduk bersimpuh di bawah lantai. “Saya tidak berani.”

Aurora tampak tertegun melihat tindakan Romi, gadis itu dengan cepat ikut bersimpuh di bawah lantai. Ia berdehem pelan mencoba memberanikan diri untuk bicara.

“Mohon maafkan kelancangan saya yang sudah berani menghina fisik anda dan negara anda, Baginda. Tolong berikan sedikit belas kasih anda untuk mengampuni nyawa saya.” dia kembali berkata, “Sebagai gantinya saya akan menerima hukum cambuk sebanyak yang anda inginkan.”

“Omong kosong.” Aleneo berjalan mendekat kearah Aurora, Aleneo menarik dagu gadis itu dengan kasar, “Aku bisa memaafkan mu karena berani menghina fisikku, tapi untuk para pahlawan negara kami yang telah tiada aku tidak bisa.”

I tried to escape from marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang