CHAPTER 11¹

1.1K 97 17
                                    

HARUTO× JUNKYU
━━━━━━━━━✧━━━━━━━━━
Happy reading ♡(> ਊ <)♡
❛ ━━━━━━・❪ ❁ ❫ ・━━━━━━ ❜

•••

Di bawah sinar rembulan yang redup, Junkyu duduk di rerumputan halaman rumahnya. Kepalanya tertunduk, bahunya sedikit merosot seolah menanggung beban yang tak terlihat. Angin malam berhembus kencang, membelai wajahnya dengan dingin, membawa aroma tanah basah yang samar-samar menenangkan. Dia menatap dalam diam ke sebuah bingkai foto yang tergeletak di depannya, seakan setiap detail di foto itu berbicara kepadanya.

Di foto tersebut, terlihat jelas dirinya dan seorang pemuda lain saling merangkul. Mereka berdua tersenyum lebar, senyum yang tak dibuat-buat, penuh kebahagiaan yang kini terasa seperti kenangan asing. Nama orang di sebelahnya adalah Yeonbin, seseorang yang pernah menjadi bagian dari hidupnya. Kekasihnya. Sosok yang tidak hanya mengisi hari-harinya, tetapi juga mengisi celah-celah terdalam dalam hatinya.

Namun, Yeonbin telah pergi. Bersama kedua orang tuanya, ia meninggalkan Junkyu sendiri, menanggung duka yang seolah tak berujung. Kehilangan tiga orang terpenting dalam hidupnya dalam waktu yang sama membuat Junkyu tak ubahnya seperti mayat hidup. Semua warna dalam hidupnya hilang, tertelan oleh gelapnya kesedihan.

Junkyu menatap foto itu dalam keheningan. Perlahan, bibirnya melengkung membentuk senyum kecil. Senyum yang getir, yang penuh kerinduan namun juga keputusasaan. Di matanya, Yeonbin adalah cinta pertama dan terakhirnya, cinta yang tak mungkin bisa tergantikan. Tak ada yang bisa mengisi kekosongan yang Yeonbin tinggalkan. Setidaknya, itu yang selalu ia yakini selama ini.

Hujan mulai turun, tetesan airnya jatuh satu per satu membasahi rerumputan dan tubuh Junkyu yang masih duduk diam. Ia tak peduli. Hujan tak membuatnya beranjak. Ia menundukkan kepala sedikit lebih dalam, membiarkan tetesan hujan mengalir di wajahnya, seolah air mata yang tak pernah bisa ia keluarkan.

"Aku lelah," bisiknya, suaranya nyaris tertelan oleh gemericik hujan.

Selama ini, Junkyu terbiasa sendiri. Terbiasa membangun dinding tinggi di sekeliling dirinya, mengunci semua perasaan agar tak seorang pun bisa masuk. Ia tertawa kecil, tawanya hampa, sumbang, seolah menertawakan nasibnya sendiri. Selama ini, ia berpikir bahwa itulah yang ia inginkan—untuk tetap sendiri, jauh dari rasa sakit yang mungkin datang bersama seseorang. Namun kenyataannya, kesepian yang ia ciptakan perlahan menggerogoti hatinya.

"Aku kesepian."

Angin bertiup semakin kencang, membawa suara hujan yang semakin deras. Junkyu membiarkan dirinya basah kuyup, merasakan dinginnya air yang menyusup ke dalam setiap pori-porinya, hingga ia hampir mati rasa. Namun, di tengah keheningan dan dingin malam itu, sebuah nama tiba-tiba muncul dalam benaknya.

"Haruto..."

Nama itu terasa asing sekaligus akrab. Haruto, ketua OSIS yang selalu tampak tegas dan penuh tanggung jawab. Entah mengapa, sosok Haruto kerap menghantui pikirannya belakangan ini. Junkyu tahu bahwa Haruto adalah orang yang baik, walaupun Junkyu sendiri belum bisa membiarkan orang lain masuk ke dalam hidupnya dengan mudah. Ia selalu takut. Takut jika seseorang masuk ke dalam hidupnya hanya untuk pergi lagi, meninggalkan luka yang lebih dalam.

Pikirannya kembali pada percakapan beberapa waktu lalu, saat ia tak sengaja melihat Haruto berbincang dengan seseorang di lorong sekolah. Waktu itu, ia mendengar Haruto berbicara dengan suara rendah namun tegas, kalimatnya terngiang jelas di kepala Junkyu.

REALLY BAD ||HARUKYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang