II

8 1 0
                                    

•:•.•:•.•:•:•:•:•:•:•:•☾ 𝐆𝐑𝐀𝐍𝐓𝐇𝐀 ☽•:•.•:•.•:•:•:•:•:•:•:•

Kehilangan seseorang menuju alam baka itu bagaikan nasi yang telah menjadi bubur. Tidak bisa dikembalikan lagi.

.
.
.

2%

Daksa terbangun dari tidurnya, sekarang sudah 18 tahun setelah kepergian kakaknya yang entah menghilang kemana. Dia duduk bersandar sembari termenung memikirkan kakaknya, apakah ia masih hidup? Apakah dia hidup dengan baik? Atau.. Apakah kakaknya mati?..

Daksa menggelengkan kepalanya, dia sedikit kurang percaya apabila kakaknya mati begitu saja. Kakaknya kuat, dia hebat.
"Kakak pasti baik-baik saja sekarang." ucapnya.

.
.
.

"Pagi," sapa Danendra yang baru menuruni tangga.
Setelah kepergian kakak pertamanya, dia menjadi tertutup. 18 tahun yang lalu tepatnya.

"Pagi kembali, Putraku." jawab sang Raja yang tengah terduduk di kursi kayu bersama sang Ratu dan juga pangeran mahkota baru yaitu Daksa.

'Cih, memangnya dia siapa? Seharusnya Kak Eka yang ada disana.' batin Danendra.

"Ayo sarapan dulu Dra, kamu pas-"

"Sudah kenyang."

Ucapan Daksa terpotong ucapan Danendra yang kemudian melenggang keluar dari ruangan tersebut sembari sedikit menundukkan kepalanya kepada sang Raja dan Ratu.

Sang Raja yang melihat kerenggangan yang ada pada kedua putranya tersebut hanya bisa menghela nafas lelah, ini semua salahnya. Entah bagaimana rasa sayang Danendra kepada Eka sehingga dia berspekulasi untuk membenci kakak keduanya yaitu Daksa dengan dalih merebut tahta sang kakak.

Daksa yang melihat reaksi adiknya hanya tersenyum maklum, dia harus tahan dengan ini. Sebenarnya dia tidak ingin menjadi seorang putra mahkota, menggantikan posisi sang kakak yang juga sangat ia cintai. Tapi ini adalah perintah sang raja, dia bisa apa?..

"Maafkan Danendra, Yang Mulia." ucap Daksa.

".. Itu salahku," lanjutnya.

Kedua orangtua yang ada di sana menatap nanar sang anak, mereka merasa bersalah sekaligus kesal dengan hal ini.

.
.
.

Danendra berjalan keluar dari Kerajaan megah itu, dia berjalan menyusuri hutan dan plup~

Danendra terkejut, dia membeku saat merasakan ada sesuatu yang mengenai kepalanya. Dia perlahan mengangkat tangannya dan menempelkan tangan tersebut ke atas rambutnya.

Dingin, basah tapi sedikit kental dan sedikit keras. Apa ini? Dia mengangkat lagi tangannya dan mendekatkan tangannya ke indra penciuman nya.

"Sialan! Ini tahi burung!"

Dia menggerutu sembari memajukan bibirnya, sungguh kesal kepada burung tersebut. Tanpa ia sadari, terdengar suara tawa yang menggelegar seperti sedang menertawakannya.

"AHAHAHAHAHAHAHA!"

Danendra menyipitkan matanya dan melihat ke kanan dan kiri apakah ada orang atau tidak. Dan ketika berbalik dia menjentikkan jarinya sembari mengucapkan mantra dengan pelan takutnya ada orang yang tahu kalau dia seorang Maga.
" Ahdavus" bisiknya,

'Kretak!! BRUKK!!!'

"Aduh sakit!"

GRANTHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang