XIII

3 1 0
                                    

•:•.•:•.•:•:•:•:•:•:•:•☾ 𝐆𝐑𝐀𝐍𝐓𝐇𝐀 ☽•:•.•:•.•:•:•:•:•:•:•

JANGAN MENJADI ORANG YANG SOMBONG, SEKALINYA KAU TERJATUH MAKA SEMUA MATA HANYA AKAN MELIHAT MU

𝟏𝟑%

Langit telah menjalankan tugasnya setiap waktu. Pergantian peran matahari dan bulan telah tiga hari menemani tiga lelaki itu. Kini sudah genap 4 hari mereka tinggal bersama keempat gadis di rumah gubuk tersebut.

"Kalian ikutlah bersama Rayees, dia akan membawa kalian ke rumah jaga." ucap Nawasena dengan pedang kayu di punggungnya.

"Tapi Nawa, bukankah tadinya aku akan pergi bersamamu? Kenapa bersama mereka bertiga?" ujar Rayees sedikit berbisik.

"Weeehhhh, terdengar ya!" seru Dierja.

"Lihat dia yang paling aneh, kau tidak khawatir jikalau aku di apa-apakan?" lanjut Rayees tanpa memedulikan Dierja.

"Hoi hoi, kau pikir kami akan melakukan apa padamu hah?!" seru Dierja lagi.

"Tuh lihat Nawa, dia aneh sekali kan?" sekali lagi Rayees tak menolehkan pandangannya kepada Dierja.

"Yaaaaa!!! Mengesalkan sekali kauuu!!"

Dierja berjalan mendekati Rayees, tapi dengan siaga sang mpu malah bersembunyi di belakang punggung Nawasena. Sadarlah nak, badanmu lebih besar dan lebih tinggi dari gadis bernama Nawasena ini.

"Nawa, lihat dia mengamuk!" rengek Rayees dengan tawa hina nya kepada Dierja.

Diperlakukan seperti itu, Dierja sakit hati. Dia terlampau kesal! Dierja menoleh ke kanan kiri dan ya! Dia menemukan Nala di sebelah Greesa. Dengan terburu dia mendekat dan memeluk gadis itu dengan erat. Merenggut layaknya anak kecil yang kehilangan permennya.

"Jahat! Dia jahat, Nala!"

Dengan sabar dan tabah, Nala mengusap kepala Dierja dengan sayang. Entah kenapa ada hawa tidak enak yang keluar dari diri Dierja. Bukan hanya Nala saja yang merasakannya. Semua yang ada disana juga sama.

"Dierja ditertawakan, Nala! Dierja tidak suka! Tidak!"

"Y-ya.. Dierja sabar ya, Rayees hanya bercanda. Jangan diambil hati ya." ucap Nala dengan lembut.

"Tidak! Dierja tidak suka!" teriak Dierja sembari menatap nyalang Nala. Matanya menghitam penuh.

Diperlihatkan hal seperti itu membuat Nala tertegun, antara takut, khawatir, dan simpati?

"Dierja, h-hei?" Nala menangkup pipi tirus milik Dierja dengan lembut, dia takut sungguh.

Dengan cekatan, Dierja memegang tangan Nala yang ada di pipinya.
"Jangan takut,"

Mata Dierja kembali seperti semula, lelaki ini masih belum bisa mengontrol ilmu yang ia dapatkan. Untung saja dia membelakangi semua orang kecuali Nala.

Nala terdiam, dia takut. Yang tadi, mata hitam, menatapnya dengan lekat. Nala tidak bisa berkata-kata untuk kejadian barusan.

"Kau kenapa, Nal?" tanya Nawasena dengan penasaran.

GRANTHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang