"Apa yang mau lo omongin?" tanya Adrian datar dengan kedua tangan di saku celana. Saat ini mereka berduaan di ruang olahraga setelah Adrian meminta teman-temannya pergi lebih dulu.
"Hari ini Risa udah keterlaluan. Padahal lo yang pinjemin jaket ke gue, tapi seolah gue udah nyuri. Bahkan, dia juga jambak rambut gue," adu Yuri dengan ekspresi kesal mengingat perbuatan Risa tadi pagi.
"Itu salah lo sendiri. Kalau aja lo nggak pake jaketnya di sekolah dan langsung balikin ke gue, semua itu nggak akan terjadi."
Yuri tersentak karena Adrian tetap saja membela Risa padahal dia sudah bercerita seperti ini. "Tetep aja gue yang jadi korban! Apa salahnya gue pake jaket yang lo pinjemin?"
Adrian memalingkan muka sambil menghela napas lelah. Tidak habis pikir dengan para gadis yang mempertanyakan hal yang sudah pasti. "Jaket itu hadiah dari Risa. Dia pasti marah liat pemberiannya dipake orang lain."
Walau Adrian sudah memberi alasan, nyatanya Yuri tetap tidak terima dan lebih kesal lagi. "Lo selalu gitu. Bisa nggak sih sekali aja mihak gue ketimbang pacar lo? Seenggaknya saat cuma ada kita berdua," pinta Yuri sedih.
Selama ini Yuri memang menaruh hati pada Adrian. Bahkan tidak hanya sekali dia berani menunjukkan ketertarikan saat mereka bersama. Hubungan keduanya juga terbilang sangat baik sebagai teman sekaligus partner ketua dan wakil ketua kelas. Namun, jika berkaitan dengan Risa, Yuri sama sekali tidak memiliki tempat.
"Gue suka sama lo. Apa lo nggak tau itu?" Tanpa sadar air mata sudah membasahi pipi Yuri. Dia tidak bisa jika terus menunggu hingga lelaki ini sadar dan membalas cintanya. Memendam perasaan sambil melihat orang yang disukai bersama orang lain benar-benar menyakitkan.
Adrian tidak menduga kalau Yuri akan menangis. Selama ini dia berpura-pura tidak tahu dan mengabaikannya. Itu semua karena ia tidak berada di posisi bisa menerima pengakuan cinta orang lain. Selain itu, Yuri juga tampak tidak pernah berniat mengungkapkannya.
Namun, setelah mendengar pernyataan cinta dari Yuri, Adrian merasa senang. Seolah sesuatu yang dia tunggu-tunggu akhirnya terucap juga. Akan tetapi, lagi-lagi Adrian harus ingat bahwa masih ada Risa di antara mereka. "Gue udah punya pacar."
"Gue bisa jadi pacar yang lebih baik dari dia, tapi apa lo pernah ngasih gue kesempatan?" Yuri menyeka air matanya dengan kasar. "Lo emang nggak punya perasaan."
Yuri memutar badan hendak pergi, tetapi Adrian lebih dulu menahan tangannya. "Gue nggak bisa putusin Risa. Apa lo bisa ngertiin gue?"
Yuri terdiam sambil membelakangi Adrian sementara tangannya masih digenggam dari belakang. Dia memang ingin memiliki lelaki ini sepenuhnya, tetapi hanya menjadi teman saja tidak cukup. Yuri melepas tangannya pelan lalu menatap Adrian. Tidak seperti biasa, tatapan lelaki ini terlihat lebih mempunyai perasaan.
"Gue nggak masalah selama bisa lebih deket. Kasih gue celah di hati lo," lirih Yuri merasa ada sedikit harapan untuk cintanya.
Adrian mengangguk, meraih bahu Yuri dan membawanya ke dalam dekapan.
~o0o~
"Gue perhatiin, Adrian sama Yuri makin hari makin deket. Apa Adrian nggak tau kalau Yuri suka sama dia?" tanya Yuda pada Daniel. Saat ini mereka berada di mal setelah selesai mengikuti pertemuan singkat tadi. Sekadar menghabiskan waktu, keduanya berkeliling di area permainan sambil melihat-lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Main Hati
Teen FictionUntuk apa merasa sedih jika ada seseorang yang dengan sukarela mengobati luka hatimu. Risa, seorang adik kelas yang memiliki kepribadian tomboy dan kasar baru saja putus cinta karena diselingkuhi pacarnya. Namun, belum sempat merasakan patah hati, s...