12 ❤️ Putus?

44 18 56
                                    

Kesibukan murid kelas 12 mempersiapkan diri menyambut ujian kelulusan mulai bertambah semenjak Minggu lalu. Ekspresi lelah dan banyak pikiran terlukis jelas di wajah mereka setiap kali usai mengikuti jam pelajaran tambahan. Namun, mereka harus bisa bertahan selama beberapa bulan ke depan.

Selama mengikuti jam tambahan, Adrian meminta Risa untuk tidak menunggunya dan pulang lebih dulu. Tidak ingin sang pacar bosan serta kelelahan sementara murid yang lain sudah bersantai di rumah.

Hal itu pula yang menjadi salah satu alasan Adrian mengambil keputusan agar teman-teman seangkatannya pensiun dari tim sepakbola mereka. Kasihan karena sudah lelah dengan tugas di sekolah ditambah jadwal latihan serta pertandingan yang menguras tenaga. Sebagai kapten, Adrian ingin teman-temannya bisa tetap fokus pada pendidikan bukan hanya pada sepakbola yang sama-sama memiliki peran penting untuk masa depan mereka.

Seperti sore itu, usai mengikuti pelajaran tambahan, para siswa di kelas Adrian masih saja bertahan di dalam ruangan. Mereka sedang mendiskusikan mengenai kompetisi olahraga untuk memperingati hari ulang tahun sekolah yang sebentar lagi diadakan. Tidak seluruh siswa wajib ikut, hanya beberapa perwakilan kelas demi meramaikan acara tersebut.

Yuri-sebagai wakil ketua kelas-berdiri di depan papan tulis menulis nama-nama yang akan ikut. Mulai dari lomba perorangan, kelompok, hingga berpasangan. Murid-murid yang lain tidak banyak memberi masukan. Rasa bosan dan muak karena menghabiskan waktu lebih lama di dalam kelas membuat mereka pasrah agar bisa segera pulang. Setelah ditentukan siapa saja yang ikut, ada nama Yuri dan Adrian di antara murid-murid lain yang akan mewakili kelas.

Setelah semuanya selesai, dengan gerakan lambat dan tidak bertenaga, mereka mulai meninggalkan ruangan. Yuri melihat ke arah Adrian ketika selesai membereskan barang-barangnya. Sedikit ragu-ragu, gadis itu menghampiri sebelum Adrian menyusul yang lain pulang.

"Adrian, besok lo jadi bertanding di SMA Merah Putih?" tanya Yuri. Meskipun hubungan mereka bisa dibilang sudah ada kemajuan, tetapi Adrian justru tampak lebih hati-hati saat berada di sekolah. Lelaki itu tidak ingin memperlihatkan kedekatan mereka yang semakin intens di depan banyak orang demi merahasiakannya dari Risa.

"Hmm, kenapa?"

Tatapan datar dan tidak bersemangat Adrian membuat Yuri semakin ragu mengutarakan tujuannya. "Apa gue boleh ke sana? Tapi kalau lo takut Risa bakal marah, gue nggak akan dateng," katanya dengan hati-hati.

Mendengar pertanyaan Yuri mengingatkan Adrian mengenai Risa. Rasa kecewa itu kembali muncul, membuat Adrian tidak peduli dengan apapun selain untuk memuaskan kekesalannya. "Lo boleh nonton. Lagi pula, Risa juga nggak dateng."

Perasaan waspada yang tadinya bersarang di hati Yuri berubah menjadi kegembiraan mendengar persetujuan Adrian. Dia melompat kegirangan lalu memeluk leher Adrian. "Serius? Gue seneng banget!"

Adrian terpaku mendapat serangan mendadak. Tidak menyangka jika Yuri akan sebahagia itu hanya karena diperbolehkan datang. Rupanya tidak terlalu buruk untuk membuka hatinya juga pada Yuri. Perasaan kesal dan kecewa yang sejak tadi diderita kini lenyap menjadi senang.

"Gimana kalo besok berangkat bareng gue? Gue jemput."

Tawaran Adrian seperti menyiram minyak ke dalam api ditelinga Yuri. Yuri melepas pelukannya dan menatap Adrian. Seketika senyum cerah terbit di wajah cantiknya. "Gue nggak akan nolak."

~o0o~

"Adrian!"

Teriakan penuh semangat dari gadis berambut panjang dan mengenakan kaus biru lengan pendek yang berdiri di tepi lapangan, sejak tadi menarik perhatian banyak orang. Bukan hanya para penonton yang berasal dari sekolah yang sama, tetapi tim sepakbola Adrian pun ikut mencuri pandang. Yuri begitu aktif memberi semangat dan dukungan, sedangkan Risa-sang pacar-justru absen dari acara tersebut.

Sebenarnya, sejak Adrian datang ke SMA Merah Putih dengan membonceng Yuri, teman-temannya sudah cukup terkejut. Bukan Risa yang sudah mereka tebak akan hadir melainkan wajah Yuri yang terlihat. Gadis itu begitu percaya diri berjalan beriringan dengan sang kapten menghampiri anggota tim yang sudah hadir lebih dulu. Bertegur sapa dan tersenyum lebar melebihi biasanya.

"Sumpah, gue sampai nggak bisa fokus liat Yuri di sini." Panca mengelap peluhnya saat sedang istirahat sejenak usai pertandingan putaran pertama. Merasa iri setiap kali mendengar Yuri meneriakkan nama Adrian dengan kencang di antara penonton.

"Enak banget jadi Adrian. Berasa punya dua istri. Andai aja Maudy kayak gitu sama gue," gumamnya sambil melihat ke arah Yuri yang sedang melayani Adrian penuh perhatian mulai dari mengelap keringat sampai membukakan tutup botol.

"Jadian dulu baru minta diperhatiin," kata Daniel sambil melempar handuknya bekas mengusap keringat ke arah Panca.

"Kalau Risa ada di sini pasti dia nggak bakal berani kayak gitu." Yuda ikut berkomentar melihat kedekatan dua orang yang duduk sedikit jauh dari mereka.

Tentu saja apa yang dikatakan Yuda benar. Setiap kali Risa ada, Yuri tidak akan berani bertingkah. Jangankan menyentuh Adrian seperti sekarang, berada di dekatnya saja sudah pasti Risa marah. Andai saja Risa melihat hal ini, gadis yang sedang tersenyum sekarang mungkin tengah dicakar atau dijambak seperti beberapa waktu lalu.

Daniel juga penasaran mengenai keberadaan gadis yang selalu berisik dan juga penuh kejutan itu. "Kenapa Risa nggak dateng, ya?"

"Lihat Adrian yang datang bareng Yuri ke sini, bukannya ini sama aja bukti?" Bastian menatap orang-orang yang sejak tadi membicarakan Adrian dan Yuri. Dia tersenyum misterius seakan mengetahui sesuatu yang hanya dirinya yang tahu.

Panca mengerutkan kening. "Bukti apa?"

"Kalau dia udah putus sama Risa," jawab Bastian dengan yakin.

Tiba-tiba Panca mendorong bahu Bastian dari belakang. "Jangan sembarangan ngomong lo. Kedengeran Adrian baru tau rasa."

Bastian mencebik melihat ulah temannya satu ini lalu kembali bicara, "Gue liat sendiri di HP-nya Yuri, mereka foto berdua waktu lagi kencan. Kalau mereka belum putus, kenapa sekarang Adrian sama Yuri dan bukannya Risa, di acara pentingnya ini?"

Semua orang terdiam mencerna ucapan Bastian. Selama ini Adrian memang dekat dengan Yuri, tetapi mereka tidak pernah terbuka seperti sekarang. Belum lagi bukti foto yang Bastian katakan walau tidak ada yang tahu apakah benar ada atau tidak. Ditambah lagi ketidakhadiran Risa menambah dugaan bahwa putusnya hubungan mereka semakin kuat.

Ketika yang lain masih bungkam tanpa berani memberi komentar, Daniel menoleh pada Adrian yang masih duduk di sebelah Yuri sambil membatin. "Apa bener mereka udah putus? Sejak kapan?"




Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang