Yasmin dan Radit memasang ekspresi terkejut saat Risa datang bersama Daniel. Tidak menduga jika Risa justru kembali dengan kakak kelas mereka walau sudah mendengar cerita dari Radit. Wajah Radit langsung pucat, masih ingat jika laki-laki di samping Risa adalah teman dari orang yang mengajaknya taruhan kemarin.
Yasmin menarik lengan Risa dan berbisik padanya. "Kenapa tiba-tiba ada Kak Daniel?"
"Dia bilang lagi nyariin Radit," jawab Risa sambil memperhatikan Radit dan Daniel yang saling pandang.
"Lo nggak denger tadi Radit bilang apa? Gimana kalo ternyata orang itu--"
"Apa kakak kelas yang mau minta duit sama lo itu dia?" Risa menyela ucapan Yasmin dan langsung meminta Radit untuk mengklarifikasinya.
Radit menatap takut pada Daniel, sedangkan Daniel balas dengan menarik kedua ujung bibirnya ke atas. Radit yakin jika lelaki ini pasti mencarinya atas perintah Yuda. Walau Risa terlihat lebih garang ketimbang Daniel, tetapi senyum Daniel sekarang terasa jauh lebih menyeramkan. Uang lima puluh ribunya terancam hilang. "I-Iya, eh, maksud gue bukan."
"Tapi dia bilang mau minta duit lo." Risa berdiri di antara dua lelaki yang memiliki penampilan berbeda. Menatap mereka secara bergantian.
Setelah melihat interaksi Risa dan Radit, Daniel bisa mengambil kesimpulan jika orang yang membuatnya mendapat julukan sebagai 'tukang palak' adalah Radit. Rasanya ingin sekali Daniel memukul kepala kecil itu. Namun, dia urung melakukannya karena bisa-bisa Risa memberi julukan baru sebagai tukang pukul.
"Iya, Dit. Lo harus ngomong yang jelas, alasan kenapa gue minta duit sama lo," kata Daniel masih dengan senyum di bibirnya.
"Tenang aja, Dit. Lo nggak perlu takut. Sekarang gue bakal laporin dia ke BK," sahut Risa menggebu-gebu yang diangguki oleh Yasmin.
"Hei, dia aja belum ngomong apa-apa. Gimana bisa lo laporin gue ke BK?" Daniel merasa kesal sendiri karena sejak tadi Risa seakan-akan ingin sekali melaporkannya walau tanpa alasan. Sepertinya gadis itu diam-diam menaruh dendam pribadi dan menjadikan hal ini sebagai kesempatan.
"Gue cuma nyemangatin dia biar nggak takut," balas Risa dengan wajah tanpa rasa bersalah.
Daniel mengusap wajahnya dengan kasar. Dia hampir kehilangan kesabaran menghadapi pacar temannya yang tidak mau mendengar penjelasan orang lain dulu. "Udah berapa kali gue bilang kalo gue nggak malakin dia."
"Itukan kata lo, bukan kata Radit," bantah Risa.
"Justru itu, kenapa lo--"
"Gue kalah taruhan!" Teriakan Radit menghentikan perdebatan antara Daniel dan Risa. Mereka bertiga sama-sama menatap Radit yang memejamkan mata setelah memberi pengakuan.
"Maksud lo?" Kini perhatian Risa beralih ke Radit meminta penjelasan, sedangkan Daniel melipat kedua tangannya sambil tersenyum puas.
"Kemarin gue kalah taruhan. Gara-gara nggak mau ngasih duit, jadi gue ngumpet. Kakak itu cuma disuruh temennya buat nagih ke gue," gumam Radit dengan suara yang hampir menyerupai berbisik.
"Jadi, maksud lo, dia bukannya mau malak tapi nagih duit taruhan?" Risa kembali bertanya untuk memastikan. Radit pun menjawab dengan anggukan oleh Radit sambil meringis.
Risa kehabisan kata-kata. Merasa malu karena sudah menuduh Daniel seenaknya. Apalagi tadi sempat menyebut Daniel sebagai tukang palak di depan murid-murid lain dan membantah setiap pembelaan yang dilakukan lelaki tersebut. Belum lagi ancaman akan melaporkan ke BK. Dia benar-benar menyesal telah asal bicara tanpa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.
Risa melirik ke arah Radit yang menggaruk tengkuknya dengan wajah tertunduk. Sumpah serapah sudah ada diujung mulut, siap untuk dilontarkan pada lelaki berkulit hitam tersebut. Kalau saja teman sekelasnya itu tidak melakukan taruhan maka mereka tidak mungkin berurusan dengan kakak kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Main Hati
Fiksi RemajaUntuk apa merasa sedih jika ada seseorang yang dengan sukarela mengobati luka hatimu. Risa, seorang adik kelas yang memiliki kepribadian tomboy dan kasar baru saja putus cinta karena diselingkuhi pacarnya. Namun, belum sempat merasakan patah hati, s...