9 ❤️ Tukang Palak

68 34 33
                                    

"Lo yakin mau nantang Yuda main ini?"

Daniel menatap tidak percaya bahwa permainan yang ditawarkan Radit adalah Street Basketball. Awalnya dia mengira kalau adik kelasnya ini akan mengajak bermain sesuatu yang jauh dari bola mengingat mereka adalah anggota tim sepakbola. Namun, melihat wajah Radit yang tampak percaya diri sepertinya hal itu benar.

Radit mengangguk penuh keyakinan. "Gue tau kalau kalian sering main bola, tapi sepakbola sama bola basket itu beda dan asal Kakak tau, gue jago main ini."

Yuda menepuk pundak Daniel setelah mendengar pengakuan Radit. "Gue tau lo khawatir sama gue, tapi tenang aja. Gue bakal terima dengan lapang dada kalau kalah," ucapnya sambil menahan tawa.

Daniel menggelengkan kepala mendengar ucapan Yuda. Temannya itu memang sangat pandai berkata manis untuk meningkatkan kepercayaan diri lawan. Rencana awal, Yuda dan Radit akan bermain secara bersamaan dengan menggunakan dua mesin. Namun, berhubung pengunjung cukup ramai jadi keduanya memutuskan bergantian.

"Sebelum itu, kita tentuin hadiahnya karena gue nggak pernah taruhan tanpa hadiah," kata Yuda menjelaskan peraturannya.

Radit berpikir sejenak lalu menjawab, "Gue nggak pernah ikut taruhan, jadi mending Kakak aja yang tentuin."

"Gimana kalau yang kalah ngasih lima puluh ribu ke pemenang?" Yuda langsung mematok harga tanpa sungkan. Itupun setelah dia sesuaikan untuk para pemula yang belum pernah bertaruh dengannya.

Radit menimbang-nimbang tawaran Yuda. Itu sama saja dengan uang sakunya sehari. Jika kalah, dia tidak bisa makan di kantin dan main gim. Namun, apabila menang, ia bisa main sepuasnya dengan uang Yuda. Lagi pula, Radit sangat percaya diri akan memenangkan taruhan ini.

"Oke, gue terima. Tapi gue main duluan."

Yuda tersenyum lebar dan memeluk bahu Radit. "Sepakat."

Sebelum dimulai pun, Daniel sudah bisa menebak siapa yang akan menang. Sementara Radit bersiap di depan mesin dan memulai permainan. Setelah kartu bermain digesekkan, mesin tersebut berbunyi menandakan permainan dimulai.

Tangan Radit dengan cepat mengambil lalu memasukkan bola ke dalam ring. Bunyi 'ding' dan angka yang ada di monitor bertambah sesuai dengan banyaknya bola yang berhasil masuk. Baik Daniel dan Yuda memperhatikan dengan tenang di belakang. Hingga sepuluh menit berlalu, Radit berhasil mengumpulkan skor sebanyak 75. Radit tersenyum puas.

"Dilihat dari ekspresi lo, kayaknya sesuai ekspektasi," kata Yuda dengan tatapan kagum.

Radit tidak dapat menutupi raut wajah bangganya. Dia berdeham dan mempersilakan Yuda berdiri di depan mesin. "Gue nggak akan bilang siapa-siapa kalo Kakak kalah."

~o0o~

Sejak tadi pagi, Radit bersikap aneh. Dia mengendap-endap saat memasuki pintu gerbang, menghindari tempat-tempat yang biasanya digunakan murid kelas 12 nongkrong, dan masuk kelas lewat belakang bukannya koridor. Semua itu dikarenakan kemarin ia kalah taruhan dengan Yuda.

Selisihnya lima poin dan itu berarti banyak bagi Radit. Walau Yuda tidak meminta langsung hadiahnya, bukan berarti hari ini kakak kelasnya itu tidak akan menagih. Radit merasa cemas dan uang sakunya terancam. Oleh karena itu, sebisa mungkin berusaha menghindar dari Yuda cs.

"Berasa dikejar rentenir padahal cuma kalah taruhan. Jantung gue aja sampai deg-degan. Hidup gue bener-bener nggak tenang," ucap Radit sambil mengelus dada. Saat ini dia bersembunyi di belakang kelas ketika jam istirahat. Lelaki itu tidak mau berdiam diri di kelas sebab kemungkinan besar Yuda akan mencarinya di sana.

"Perut gue laper banget. Tau gini nitip batagor ke anak-anak," gerutu Radit mulai merasakan perutnya keroncongan.

Dia bersandar di tembok dengan kaki diluruskan. Hari ini ia baru dengar bahwa Yuda memang sangat suka membuat taruhan dan selalu menang. Andai saja kabar itu didengarnya lebih awal, pasti hal ini tidak akan terjadi. Lagi pula, siapa yang menyangka kalau lelaki yang tampak terlihat baik itu rupanya penipu. Bagi Radit, sekarang Yuda tidak ada bedanya dengan seorang penipu karena berhasil menghasutnya untuk ikut taruhan.

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang