7 ❤️ Bersekongkol

85 40 35
                                    

"Yah, udah abis jajannya," gumam Risa setelah membuang plastik batagor ke tempat sampah.

Perutnya masih lapar padahal sudah menghabiskan sebungkus batagor, gorengan tiga biji, dan sekantung plastik biskuit cokelat. Dia memakannya sendiri sambil duduk di bangku taman saat jam istirahat. Meninggalkan Yasmin yang lebih memilih makan di kantin bersama yang lain.

"Kira-kira Adrian lagi ngapain sekarang?" Sambil mengayunkan kaki dan menyeruput es jeruknya.

"Kamu sadar nggak sih, Ris? Kalau Kak Adrian selalu belain Kak Yuri."

Tiba-tiba Risa teringat ucapan Yasmin saat di kelas. Jika diingat apa yang terjadi selama ini, wajar kalau Yasmin saja berpikir demikian. Adrian memang orang yang memiliki toleransi tinggi. Segala perbuatan Yuri selalu bisa diterima. Seperti saat diminta menghabiskan waktu bersama atau berduaan dalam ruangan, hal itu wajar bagi Adrian.

Akan tetapi, haruskah Adrian sampai berbohong demi melindungi Yuri? Apalagi sederet alasan dan penjelasan tidak ketinggalan dia jabarkan demi mematahkan kecurigaan Risa. Bukankah mestinya Adrian lebih hati-hati untuk menjaga perasaan Risa sebagai pacar?

Risa menggelengkan kepala berusaha melenyapkan dugaan buruk tentang hubungan mereka berdua. "Nggak, nggak mungkin. Mereka hanya teman sekelas, terus kedekatan mereka tidak lebih dari sekadar ketua dan wakil." Batinnya berbicara.

Ketika Risa masih sibuk dengan pikirannya, sebuah roti ditempelkan ke pipi. Risa menoleh sementara Adrian yang berdiri di belakangnya tersenyum. Lelaki itu berjalan memutari bangku sebelum duduk di sebelah Risa.

"Kamu kenapa? Bete gitu mukanya." Adrian meletakkan roti isi selai nanas di pangkuan Risa.

Risa mengambil roti tersebut lalu membuka bungkusnya sambil bertanya, "Menurut kamu?"

"Masih marah?" tanya Adrian dengan suara lembut.

Risa lebih memilih makan roti ketimbang menjawab pertanyaan Adrian. Melihat sikap Risa, Adrian mengembuskan napas panjang. Masih ngambek ternyata.

"Maaf karena udah bohongi kamu. Waktu mau pulang belanja, baju Yuri nggak sengaja ketumpahan air. Aku pinjemin jaketku semata-mata cuma mau nolongin dia. Nggak ada niat lain," papar Adrian.

"Kenapa mesti jaket yang aku beliin dan kenapa juga kamu nggak langsung ngomong waktu aku tanyain?" Risa berteriak. Mengabaikan mulutnya yang masih terisi roti. Emosinya kembali naik mengingat apa yang Adrian lakukan padanya.

Adrian terdiam sejenak. "Aku nggak mau kamu marah. Aku juga nggak berpikir kamu bakal lihat dia pake jaket itu."

"Bukan karena pengen lindungi Yuri, kan?" Kini Risa bertanya dengan nada penuh selidik dan mata memicing yang dijawab gelengan kepala oleh Adrian.

"Jadi, kamu nggak marah soal aku yang jambak rambutnya?" Risa meragukan sikap tenang Adrian yang biasa-biasa saja walau tahu apa yang sudah dia lakukan pada Yuri.

Adrian terkekeh mengingat cerita itu. "Tentu saja enggak. Kamu ngelakuin itu karena ada alasannya. Aku baru tau kamu jago berantem. Belajar dari mana?"

"Kalo cuma segitu, sih, nggak perlu belajar," jawab Risa sambil menggigit rotinya malu-malu.

"Bukan karena udah terbiasa makanya jago?" Adrian tidak berniat berhenti menggoda karena Risa semakin menggemaskan saat tersipu.

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang