6.

25 12 0
                                    

Tinggalkan jejak kalau ada typo!
Happy reading~

Langit menjadi gelap gulita. Semua terlihat sangat menyeramkan sekarang. Ditambah lagi angin kencang yang tak terkendali membuat semua di sekitar berterbangan kemana-mana.

Aku menangkis mataku dengan tangan, akibat tak tahan dengan debu yang terus masuk ke dalam mata. Walaupun begitu, tetap saja dengan jelas aku melihat bahwa Dion muncul secara tiba-tiba di dekat Diana tadi, sebelum Diana tertimpa pohon besar, Dion menyelamatkannya dalam waktu singkat.

"DIANAA!!!" Aku berteriak kencang. Sunggu saat ini rasanya aku benar-benar panik dan khawatir setengah mati, melihat Diana yang hampir saja menemui ajalnya tadi, membuatku sangat syok.

Terlihat Diana masih berada dalam pelukannya Dion. Mereka berdua tergeletak di tanah.

Dion memeluk Diana dengan sangat erat, berusaha melindungi Diana dari angin badai dan debu yang berterbangan.

Aku berusaha berdiri untuk mendekati Diana. Sangat sulit berjalan di tengah-tengah angin kencang yang melanda.

JDERR!! Petir kembali menggelegar dengan sangat kuat. Telingaku rasanya mau pecah jika terus-terusan mendengar petir yang seperti begitu dekat dengan ku.

Baru saja aku ingin berlari, sebuah tiang lampu tinggi jatuh hampir mengenai diriku, jika saja aku tidak menghindar dengan cepat.

Manusia punya kehebatannya tersendiri, dan aku memiliki kehebatan menghindar dengan sangat cepat.

Ini bukanlah hal yang istimewa kalian tahu? Aku tidak bisa bertarung ataupun membela diri, aku hanya bisa menghindar dan terus mengelak.

Aku berusaha melangkah lebih maju, melompati tiang lampu yang jatuh hampir menimpaku tadi.

"ANA!!" Aku berteriak lagi memanggil Diana.

Keadaan sekolah sudah sepi sekarang. Tidak ada lagi murid yang berkeliaran. Semua sudah masuk ke dalam kelas masing-masing. Hanya tinggal kami bertiga yang berada di sekitar lapangan basket saat ini.

Saat angin badai yang melanda semakin kuat, tidak sengaja aku melihat seseorang yang sedang berdiri di tengah lapangan basket. Seorang pria yang sedang membelakangi ku sembari mengangkat kedua tangannya ke atas.

Disana, aku melihat dengan jelas bahwa  pria itu seperti sedang mengendalikan petir dengan tangan kosong.

Tangannya yang panjang terhubung dengan petir yang mengkilat.

Bukankah pria itu adalah...

"Bima...?" Seakan mendengar gumaman ku, pria itu membalikkan kepalanya, melihat ke arahku dengan tatapan sayu.

Ia... terlihat seperti sedang menahan rasa sakit yang amat mendalam.

"Selia!" Aku tersentak kaget saat tiba-tiba Diana yang kini sudah berdiri di sebelahku menepuk pundakku.

Ku lihat buku 'MF' masih berada di genggaman kedua tanganku, dan saat ini posisinya aku sedang ingin memberikan buku itu kepada Kak Indah.

"Lo kenapa Li? Kok bengong? Cepetan kasih bukunya ke Kak Indah" Ucap Diana.

Aku melihat Kak Indah, ia menatapku dengan tatapan heran, aku juga bahkan tak kalah herannya kak!

Bagaimana bisa aku masih berada di perpustakaan? Dan kenapa bukunya masih ada di tanganku? Lalu, angin kencang yang melanda sangat dahsyat tadi pergi kemana? Yang kulihat sekarang adalah langit masih cerah dan semuanya terlihat normal. Semua murid terlihat berjalan santai kesana kemari.

"Kenapa dek?" Aku tersentak sekali lagi, melihat Kak Indah yang masih dengan herannya menatapku.

Aku menarik buku itu kembali ke dalam pelukan ku. "Entah kenapa tiba-tiba gue berubah pikiran. Bukunya gak jadi dikasih deh" Ucapku gugup.

Melanjutkan Alur NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang