8.

29 9 0
                                    

Tinggalkan jejak kalau ada typo!
Happy reading~

Tok tok tok!

"Lia!!" Terdengar suara teriakan dari luar pintu.

Ah, itu pasti Diana. Aku kenal sekali suaranya bagaimana.

"Iya bentar!!" Aku mengangkat Killy, meletakkan kepalanya di pundakku. Terdengar Killy mendengkur nyaman di bahuku.

Ceklek! Aku membuka pintu rumah dan wala! Diana berdiri di hadapanku dengan memakai kaos lengan pendek berwarna biru muda dan celana panjang kebesaran berwarna abu-abu.

Rambut panjang sepinggangnya ia gerai begitu saja, Diana memang malas menguncir rambut panjangnya.

Aku memperhatikan sekitar, "Dion mana?" Tanyaku tidak melihat Dion bersama dengannya.

"Masih latihan silat, satu jam lagi dia datang katanya" Kata Diana.

Aku memutar bola mataku, "Yakin omongannya bisa ditepati? Nanti kayak hari ulang tahun gue yang lalu lagi"

"Gak bakalan, gue udah ancam dia tadi. Katanya kali ini dia gak akan telat" Ucap Diana yakin.

"Lu ngancem dia pake apa?" Tanyaku penasaran.

"Gak pake apa-apa sih, cuman tadi gue bilang, kalo dia gak datang gue gak bakalan bicara lagi sama dia, selama-lamanya."

Aku memasang wajah maklum mengejek, "Iyalah, mana bisa Dion hidup kalo lu mogok bicara sama dia," Ujarku terkekeh di akhir kalimat.

Diana melotot seperti tidak terima, "Apaan sih Lia! Udah deh gak usah bahas yang kayak begitu." Wajahnya sudah mulai masam sekarang.

Saat merayakan hari ulang tahun ku di rumahku, aku mengundang Dion untuk datang di jam 15:00, namun nyatanya dia datang setelah 2 jam lebih berlalu.

Aku sempat kecewa karena Dion datang setelah acara ulang tahun selesai. Padahal dia sudah berjanji tapi dia datang di jam 17:40, tepat disaat Diana berpamitan mau pulang ke rumah.

Bukan hanya di acara ulang tahun ku saja, di acara ulang tahun Diana juga begitu. Makanya aku kurang yakin dengan janji yang dibuat oleh anak menyedihkan itu.

Aku mengajak Diana masuk ke dalam rumah.

"Tumben si Killy tidur nyenyak di gendongan lu?" Diana juga heran ternyata. Pasalnya baru pertama kali ia melihat si Killy manja begini di dekatku.

"Entah, gue juga heran" Jawabku seadanya.

Kami menaiki tangga menuju kamarku karena kami akan mengerjakan tugas kelompok di kamar saja.

Saat sampai, aku meletakkan Killy di kasur secara perlahan, entah kenapa ia masih nyaman berada di alam mimpinya.

"Kita buat soal sama jawabannya aja, Na. Nanti tinggal Dion sama Bima aja yang buat contoh dan kesimpulannya" Ujarku pada Diana, membuka buku tulis.

"Oke deh kalo gitu."

Tak! Aku menepuk jidat karena teringat sesuatu. "Gue lupa! Bima kan gak tau rumah gue dimana! Mana gue gak ada nomornya lagi."

"Dion kan ada, gak mungkin dia gak punya nomor Dion, kan?" Diana menebak seperti tidak yakin juga.

"Emang lu pernah liat mereka dekat? Pernah liat mereka tukar nomor?" Tanyaku mendesak.

"Ya enggak sih, tapi kan-"

"Lia temanmu dah datang nihh!" Mama berteriak dari bawah.

Aku dan Diana menatap satu sama lain, siapa yang datang? Ini baru pukul 14:10, kalau Dion tidak mungkin datang secepat itu, kan dia bilang datangnya di jam 14:30?

Melanjutkan Alur NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang