12. Kekuatan pesulap

4 2 0
                                    

Tinggalkan jejak kalau ada typo!
Happy reading~

Aku terheran ketika melihat begitu banyaknya keripik kentang dan keripik ubi yang berada di keranjang belanjaan Selia.

Oh iya, saat ini kami sedang berada di mini market, sesuai janji ingin membeli cemilan untuk kemah besok.

"Itu semua mau lu makan di kemah nanti, Li?" Tanya ku.

Selia tersenyum lebar, "Sebagian buat papa, gue udah janji dalam hati mau beliin keripik kesukaan papa. Tapi, gak keburu soalnya malas keluar rumah sendirian."

Aku menaikan sebelah alis, merasa bingung, "Janji dalam hati?"

"Pertama kali gue dapet sihir air, gue gak sengaja numpahin segelas air ke lantai, untungnya gak ada yang lihat. Tapi, pas gue liat mama mau ke dapur, gue panik. Dan untungnya papa cegah mama pergi ke dapur, tanpa sadar beliau telah selamatin gue dari singa liar." Selia mengambil keripik kentang lagi dan memasukkannya ke dalam keranjang, "Dalam hati gue janji bakalan beli keripik kesukaan papa sebagai ucapan terimakasih, makanya gue beli banyak."

Aku mengangguk paham sambil ber-oh ria.

Tiba-tiba aku teringat dengan perkataan kakek gila itu.

"Li, menurut lu apa yang dibilang kakek itu... benar gak?"

"Kakek yang mana?"

Aku berdecak kesal, "Kakek gila itu! Beliau bilang 'Jangan pergi ke sana. Akan ada bahaya yang menimpa kalian di sana', kan? Dan itu tepat setelah kita membahas soal perkemahan," Aku menundukkan kepala ku, entah kenapa tiba-tiba aku menjadi gelisah sendiri. "Perasaan gue jadi gak enak tentang perkemahan kita besok."

Kami berdua terdiam cukup lama.

Aku tidak tau apa yang sedang dipikirkan oleh Selia hingga ia lama menyahuti perkataan ku tadi.

Lalu ku lihat matanya hanya menatap ke arah depan, kosong.

Aku menyenggol lengannya menggunakan sikut, "Selia!"

Selia tersentak, menoleh ke arah ku dengan gugup.

Aku tau, dia pasti sedang memikirkan sesuatu yang sangat bermasalah, namun jelas tidak bisa ia ceritakan dengan sesuka hati.

"Jangan melamun, ntar kesambet gak mau gue tolong."

Selia menundukkan kepalanya, wajahnya terlihat sangat gelisah.

Kemudian ia tersenyum simpul menoleh ke arah ku, "Kalau kesambet hantu ganteng juga gue ikhlas lahir batin, kayak Lucane." Ia tertawa di akhir kalimat.

Astaga...

Aku menatap Selia datar lalu beralih mengambil mie instan.

"Kalau kesambet kakek itu baru tau rasa lu!"

Selia bergidik ngeri, "Jadi merinding gue, Na. Itu kakek manusia atau bukan, ya...?"

Aku mengedikkan bahu tak tahu.

"Entah kakek itu manusia atau bukan, yang jelas gue takut dengan apa yang dibilang oleh beliau. Gue takut, akan terjadi sesuatu yang membahayakan teman-teman kita pas di perkemahan nanti..."

Selia menyentuh bahuku dan tersenyum lebar, "Kalau overthinking terus, yang ada malah jadi kenyataan loh..."

Aku menghela nafas panjang dan mengangguk kecil.

Berusaha menghilangkan pikiran negatif ini dari otakku.

Semoga saja, apa yang dikatakan kakek itu tidak ada hubungannya dengan perkemahan yang akan kami lakukan besok.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melanjutkan Alur NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang