Tinggalkan jejak kalau ada typo!
Happy reading~"Ughh, tadi itu bahaya banget! Untung laboratorium komputernya gak kebakar." Selia menimpal dengan ekspresi wajah yang tegang.
"Iya, syukur sih cuman satu komputer yang rusak." Ujar ku membalas.
Pukul 2 siang tadi, tepat setelah pulang sekolah, aku dan Selia ekskul komputer. Dan ada sedikit kecelakaan saat Selia memakai komputernya, dimulai dari bau asap terbakar yang menyengat, hingga colokan kabel listrik yang tiba-tiba saja meledak. Tidak besar, namun sanggup membuat seisi ruangan menjadi ribut tak terkendali.
Untungnya Selia menyadari hal itu dengan cepat, ia menjauh dari komputer sebelum itu benar-benar meledak.
Saat ini, aku dan Selia akan pulang ke rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, cukup lama kami berada di dalam laboratorium komputer itu.
"Udah jam 5 Li, gue harus cepat-cepat pulang, beresin rumah, nyuci piring, nyuci baju lagi. Huhh capek deh..." Aku mengeluh sepanjang koridor sekolah, menghembuskan nafas lelah. "Lo tau sendiri bokap nyokap gue pulang kerjanya lama, kan?"
Selia mengangguk paham, "Untung adek lo gak kecil-kecil amat, jadi dia bisa jagain rumah sendirian, yah walaupun cuman sesaat."
Keadaan sekolah sudah benar-benar sepi sekarang, hanya ada satu dua siswa yang lewat, itupun mereka sudah keluar dari gerbang sekolah.
"Eh gak terasa ya tinggal 2 hari lagi kita pergi kemah nanti." Ucap Selia.
Aku mengangguk sebagai jawaban, "Iya, nanti kita beli cemilannya sama-sama ya, Li?"
Selia mengangguk setuju, "Aman itu mah."
"Diana! Selia!" Kami berdua sama-sama menoleh ke belakang ketika merasa mendengar seseorang memanggil nama kami berdua.
"Dion?" Kami berucap serentak.
Dion menghampiri kami dengan berlari lebar. "Kalian baru pulang dari ekskul komputer, ya?"
Aku dan Selia sama-sama mengangguk kompak sebagai jawaban.
"Emang latihan silat lu udah selesai, Di? Biasanya sampai jam 9 malam lu latihan?" Tanya ku.
Dion mengangguk, "Iya, hari ini guru pelatih gue ada urusan mendadak, makanya cepat pulang."
Aku dan Selia sama-sama mengangguk dan ber-oh ria.
"Lu ikut gak nanti kemah?" Tanya Selia.
Dion mengangguk lagi, "Ikut, cuman gue perginya bareng rombongan teman silat gue. Tapi teman satu tenda nanti gak harus sama mereka juga sih."
Selia mengangguk mengerti, "Bima ikut gak, ya?" Tanya Selia tiba-tiba.
"Peduli apa?" Tanya ku balik tidak suka.
"Yaa, dia kan juga punya sihir kayak kita. Otomatis dia juga teman kita, Na." Jawab Selia dengan nada lembut.
"Ikut kok, gak mungkin dia gak ikut, secara kan dia itu-"
"-Jangan pergi ke sana." Kalimat Dion terpotong saat ada suara seseorang yang tiba-tiba menyahut. Suara itu terdengar mengancam hingga membuat bulu kuduk ku merinding seketika.
Kami bertiga sama-sama menoleh ke sumber suara, ada seorang kakek tua dengan baju compang-camping sedang menatap kami tajam.
"Maaf kek, jangan pergi ke mana ya maksudnya?" Tanya Dion bingung.
"Ada bahaya yang menunggu kalian di sana." Jawaban kakek tua itu, tidak akurat dengan pertanyaan Dion barusan.
Membuat kami semakin bingung menatap satu sama lain. Belum lagi kakek itu yang daritadi terus menatap dengan tatapan seakan ingin menghunus kami bertiga. Jarak kami dengan kakek itu hanya berkisar 10 meter, makanya kami semua dengan sangat jelas mendengar kakek itu bersuara dengan nada dingin dan mematikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melanjutkan Alur Novel
AdventureHai, namaku Selia. Dari namaku saja kalian sudah tahu bukan aku berjenis kelamin apa? Benar, perempuan. Aku sama seperti kalian, memiliki keluarga, teman, kerabat, hewan peliharaan, tidak ada yang spesial dari diriku. Namun, semenjak aku membaca...