7.

31 9 1
                                    

Tinggalkan jejak kalau ada typo!
Happy reading~

"Berhubung kelas XII hampir mau lulus, kepala sekolah, guru-guru, dan anggota OSIS sudah sepakat bahwa kita akan pergi berkemah untuk merayakan kelulusan anak kelas XII secara bersama-sama"

Hening, seluruh murid yang ada di kelasku tidak merespon sedikitpun ucapan Pak Mudi saat ia menyampaikan pesan tersebut barusan.

"Daaan,,, biayanya gratis!"

Sedetik kemudian semuanya berteriak girang dan bersorak gembira. Kalau soal gratis pun aku tidak bisa mengelak untuk tidak bahagia.

"Ketua kelas, tolong bagikan formulir ini pada teman-temanmu ya." Pak Mudi memberikan beberapa formulir pendaftaran perkemahan pada Fariz.

Dengan sigap Fariz pun membagikannya kepada kami semua.

"Minggu depan?! Serius ini, Pak?" Andre terlihat antusias setelah membaca formulir yang dibagikan barusan.

"Ya iya dong, masa' ya iya lah. Semua biaya penanganan termasuk makanan, tenda, dan peralatan kemah lainnya itu sudah ditanggung oleh sekolah, jadi kalian semua tidak usah memikirkan apapun" Sekali lagi semua murid bersorak hore.

"Tapi ingat anak-anak, harus dari izin orang tua atau wali dulu, jangan sampai kalian pergi tanpa izin dari wali kalian, kalau tidak ingin dikeluarkan dari sekolah" Pak Mudi menatap serius semua murid, membuat kami yang tadinya bahagia sekarang jadi bergidik ngeri.

"Baik Pak!"

"Nah! Kalau begitu kita akan mulai pembelajaran, hari ini bapak akan membagikan beberapa kelompok"

"Yahhh..." Kami mengeluh panjang kala mendengar kalimat yang tak mengenakkan dari Pak Mudi. Ditambah lagi ia sendiri yang akan memilih masing-masing kelompok. Gimana gak bete coba?

•••

Ting Nung!! Bel pulang sekolah telah berbunyi.

"Baik anak-anak, pelajaran kita hari ini sudah selesai. Jangan lupa besok dikumpul tugas kelompoknya, siap tidak siap kalian harus mengumpulkannya besok"

"Baik Pak" Semua murid menjawab.

"Kalau begitu, sampai jumpa besok"

"Terima kasih, Pak" Setelah kami semua mengucapkan terimakasih, Pak Mudi pun pergi dengan tersenyum hangat.

Saat aku dan Diana sedang membereskan buku, aku melihat Dion yang sudah ingin pergi duluan.

"Eh Na! Bilangin sama Dion tuh, kerja kelompoknya hari ini di rumah gue jam 2 siang"

Diana melihat Dion, "Eh iya! Dion bentar!" Untunglah Diana masih sempat mengejar Dion.

Saat pembagian kelompok tadi untungnya aku dan Diana diletakkan di kelompok yang sama, Dion juga ikut serta, dan juga...

Aku melirik ke arah lelaki yang masih sibuk memainkan handphone miliknya, lalu aku berdiri dan berjalan menghampirinya.

"Bima, nanti kerja kelompoknya di rumah gue ya jam 2 siang" Sebenarnya dalam hati aku malas sekali berbicara dengan lelaki sok cuek ini, tapi aku harus membuang sifat introvert ku demi tugas kelompok.

"Hmm"

Oke, sudah cukup untuk hari ini, saatnya pulang ke rumah.

Kalau kalian bertanya apakah aku tidak kesal hanya dijawab seperti itu? Jawabannya tentu saja aku kesal, tapi itu hanya sementara, aku tak ingin menambah beban pikiran hanya karena jawaban singkat dari seorang Bima.

Aku melihat Diana memukul lengan Dion karena kesal Dion dengan sengaja mengacak-acak rambut panjangnya.

Aku geleng-geleng kepala dan tersenyum maklum melihat perkelahian mereka yang memang sudah hampir setiap hari dilakukan. Tetapi di lain sisi aku juga bosan melihat mereka yang selalu sangat dekat namun kapal tidak pernah berlayar.

Melanjutkan Alur NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang