10.

15 7 0
                                    

Tinggalkan jejak kalau ada typo!
Happy reading~

Malam hari, Pukul 22:30.

Aku menggosok gigiku, mencuci muka, setelah itu pergi ke kamar ku untuk tidur. Saat sampai di tempat tidur, aku langsung merebahkan diriku di atas kasur yang empuk. Kemudian aku menatap langit-langit kamarku. Berpikir tentang kejadian yang menimpa ku dan teman-temanku tadi sore.

Sebenarnya, setelah kami berempat keluar dari dunia aneh itu, buku 'MF' masih berada di atas meja belajar kami. Aku dan Selia sangat terkejut ketika melihat isi halamannya kosong melompong.

Semua gambar dan tulisan lenyap entah kemana.

Dan yang lebih anehnya lagi, kami kembali seperti keadaan semula tepat sebelum kami semua masuk ke dalam lubang pusaran itu.

Padahal jelas sekali bahwa kami semua sudah terjebak ke dalam dunia itu hampir satu jam lamanya. Tetapi, nyatanya kami kembali lima menit sebelum munculnya lubang pusaran.

Dion dan Bima meminta aku dan Selia untuk menceritakan tentang isi dari buku 'MF' itu. Dan dengan senang hati aku dan Selia bercerita, tentu sambil mengerjakan tugas kelompok kami yang sempat tertunda.

Setelah selesai bercerita, Selia baru menyadari bahwa Killy yang tadinya tidur pulas di atas kasur tiba-tiba menghilang. Selia bilang pada kami bahwa tadi Killy juga ikut terhisap ke dalam lubang pusaran aneh itu.

Selia panik lalu bertanya pada tante Selina, kemudian tante Selina mencari ke seluruh ruangan yang ada di rumah, namun tidak kunjung ketemu.

Flashback On
Dion mengingat sesuatu, "Tadi sebelum kita masuk ke dalam lubang, lu sempat baca sesuatu di dalam buku kan, Li?" Tanya Dion pada Selia.

Selia berseru, "Iya bener! Kalau gak salah seingat gue kalimatnya itu.. 'Air yang tenang, api yang hangat, cahaya yang terang, petir yang indah, dan es yang sejuk-'"

"'-Bersatu untuk menghancurkan kegelapan dan membangkitkan kedamaian'"Bima menyambung kalimat Selia.

Selia dengan cepat mengambil buku 'MF' kemudian mulai membaca ulang kalimat itu, seperti sedang membaca sebuah mantra.

Namun, ditunggu punya tunggu tidak terjadi apapun. Selia kembali melontarkan kalimat itu berulang-ulang kali, tetap saja hasilnya sama. Tidak ada cahaya yang bersinar, pusaran lubang hisap, dan angin kencang yang muncul.

"Mama, Ryan pulang." Terdengar suara seorang pria dari bawah. Itu abangnya Selia.

Aku menatap Selia yang terdiam membeku menatap buku 'MF', tatapannya begitu kosong. Lalu aku bertanya, "Seingat gue yang bawa Killy ke rumah saat masih kecil itu abang lu kan, Li?"

Selia mengangguk, "Pas itu, gue lagi ngebet banget minta peliharaan kucing, abang bawa Killy sebagai hadiah ulang tahun gue yang ke-13." Selia melemparkan buku itu ke atas meja, lalu menatap kami sambil tersenyum miring seperti seorang psikopat, "ini saatnya gue mulai berakting."

Aku, Dion, dan Bima menatap satu sama lain sambil menaikan sebelah alis dengan heran.

Selia tiba-tiba mengeluarkan air mata, menangis sesegukan seperti orang yang paling tersakiti. Ia lalu turun ke bawah diikuti dengan kami bertiga yang sama-sama menatap Selia heran.

"Selia, lu kenapa woy!?" Tanyaku heran dengan tingkahnya yang sekarang.

Selia menghampiri bang Ryan, sambil menangis sesegukan ia berkata, "Bang... hiks!"

Bang Ryan menatap Selia kaget sekaligus bingung, ia memegang bahu Selia, "Lu kenapa nangis hah?" Bang Ryan menoleh kami bertiga tajam, tidak, lebih tepatnya menatap Dion dan Bima dengan tajam. "Mereka yang buat lu nangis? Bilang!"

Melanjutkan Alur NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang