Tinggalkan jejak kalau ada typo!
Happy reading~Aku membuka mataku perlahan, melihat seberkas cahaya merah yang menyala. Saat berusaha bangun, aku memegangi kepala ku yang tiba-tiba berdenyut hebat. "Sshh aww!" Sakit sekali rasanya, seperti ada batu besar yang menghantam keras kepalaku.
Ketika rasa sakit di kepalaku mulai berkurang, aku pun mulai mengedarkan pandanganku ke sekitar, aku terkejut karena melihat diriku sudah tidak berada di kamar lagi melainkan di tengah-tengah tempat segalanya sudah hancur, seluruhnya terbakar oleh kobaran api yang sangat besar.
Teriakan demi teriakan terdengar di telingaku, mengeluh meminta tolong untuk diselamatkan.
Dimana ini?
Aku bangkit dari duduk, menatap ke sekitar lagi. Membelalakkan mata lebar ketika melihat banyak monster yang begitu besar menyerang seluruh warga dan rumah.
Banyak drone besar dan juga manusia melawan monster-monster tersebut dengan serangan yang membabi buta.
Sebenarnya aku ada dimana? Kenapa banyak robot dan monster saling menyerang disini? Dan lagi, para manusia itu seperti mempunyai kekuatan sihir untuk mengalahkan monster.
"Ternyata kau disini." Terdengar suara seseorang di belakang ku. Aku sontak menoleh ke belakang dan melihat seorang lelaki yang berdiri di hadapan ku dari jarak 2 meter dariku.
Lelaki itu seperti memakai baju ksatria zaman dahulu. Ia memegang busur panah berwarna silver, menatapku datar.
Siapa cowok ini? Dan lihatlah yang ada di atas dahinya, terdapat dua tanduk kecil berwarna hitam seperti tanduk iblis.
Apa dia memakai bando? Tetapi, kedua tanduk tersebut seakan seperti menempel dengan kulitnya.
Ini jelas bukan hari Helloween.
"Aku mencarimu kemana-mana, Rain." Ucapnya dingin. Auranya terlihat menyeramkan.
"Rain? Maksudnya Raina? Itukan nama depan gue. Darimana dia tau nama gue?"
"Siapa?" Tanyaku reflek.
Lelaki itu terdiam sejenak kemudian tertawa seperti villain yang ku lihat di film-film.
"Sakit jiwa kayaknya nih orang," Batinku menatapnya aneh.
Sekarang ia menatapku dengan senyuman yang sangat lebar, seperti seorang psikopat. "Apa kepalamu habis terbentur keras tadi?"
"Mungkin, karena sempat berdenyut hebat juga tadi." Jawabku jujur sambil memegangi kepala ku yang masih berdenyut sedikit.
Lelaki itu mengarahkan tangan kanannya kepadaku, lalu mengeluarkan seberkas cahaya biru, melesat cepat di kedua kaki ku. Kedua kaki ku langsung diselimuti es dan membeku.
"Apa-apaan ini?!" Aku berusaha menarik kedua kaki ku namun hal itu sia-sia. Es ini sangat menyatu dengan tanah.
Ia menatapku sejenak, lalu dengan perlahan mengambil anak panah yang berada di belakang punggungnya. "Aku tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan, karena aku harus segera menyelesaikan misi ku." Ia menarik anak panahnya, memfokuskannya ke arah ku.
Aku sontak membulatkan mata lebar. "Eh eh! Lo mau ngapain hah?" Jantungku berdetak lebih cepat, panik, takut, khawatir. Terlebih dengan kaki ku yang membeku, membuat ku tidak bisa berlari untuk menghindar.
"Terima kasih untuk segalanya, sejujurnya aku bahagia. Kalau bisa maafkanlah aku, Rain Wishing Dust." Setelah mengatakan itu, ia melepaskan anak panahnya.
Tidak, tidak, tidak! Aku berteriak, menutup mata takut, reflek menangkis dengan kedua tangan. Walaupun aku tahu hal itu akan sia-sia.
Namun, ditunggu punya tunggu, tidak terjadi apapun padaku. aku tidak merasakan anak panah itu menusukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melanjutkan Alur Novel
AdventureHai, namaku Selia. Dari namaku saja kalian sudah tahu bukan aku berjenis kelamin apa? Benar, perempuan. Aku sama seperti kalian, memiliki keluarga, teman, kerabat, hewan peliharaan, tidak ada yang spesial dari diriku. Namun, semenjak aku membaca...