P = W/T

423 67 12
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Absen dulu yuk kalian dari kota mana aja!

Tolong dong semangatin aku biar aku aktif nulis lagi. Aku kadang minder tulisanku itu bagus apa enggak.

***

Cinta itu diibarat daya listrik. Semakin besar laju usahanya maka semakin besar juga laju dayanya. Sama seperti cinta aku ke Angga semakin besar aku berusaha dapetin hati Kak Angga semakin besar pula aku dapetin hati Kak Angga.

Naya senang karena Airlangga membantunya tadi menghadapi salah satu cewek yang entah siapa itu. Mobile legends itu terkenal dengan player toxic, jadi wajar kalau ada player seperti tadi. Hanya saja Naya malas sekali kalau berhadapan lagi dengan cewek itu.

Sekarang pukul tujuh malam, seharusnya Airlangga sudah sampai di rumahnya untuk les fisika. Namun dari tadi belum ada tanda-tanda kehadiran pria itu. Padahal Naya sudah rindu, ia juga ingin berterimakasih pada Airlangga karena telah membelanya untuk menghadapi Ciyaa. Tadi Naya bersusah payah membuat pancake coklat buat pria itu. Entahlah enak atau tidak. Naya tidak peduli.

"Kak Angga, ke mana?" Naya menelpon Airlangga.

"Masih di tempat kerja, maaf untuk hari ini les libur, saya tadi lupa mau memberitahu."

Naya sedih mendengar itu. Wajahnya langsung cemberut. Padahal ia sudah menantikan pria itu sedari tadi.

"Berarti Kak Angga nggak ke sini?" tanya Naya dengan sedih. Airlangga menyadari hal itu, ia menghentikan kerjaannya sejenak. Lalu menghembuskan napas.

"Maaf, saya nggak bisa ke sana. Di sini kerjaan saya masih banyak."

"Tapi, Kak tadi siang Kak Angga janji mau ke sini."

"Maaf, ada tugas dadakan."

"Kalau kerjaan saya sudah beres, saya akan segera ke sana."

"Iya, Kak. Yaudah aku belajar sendiri aja. Kak Angga semangat, ya kerjanya. Sampai ketemu!!" Naya berusaha untuk berlapang dada, ia tidak boleh memaksa kehendak. Airlangga itu insyinyur roket pasti pekerjaannya banyak demi kemajuan di negeri ini.

Airlangga tak menjawab apapun, bahkan tak membalas ucapan semangat dari Naya. Hal itu membuat Naya sedih terlebih Airlangga langsung mematikan ponsel sepihak. Padahal ia ingin bertemu Airlangga. Ia kira pria itu sudah mencair tapi nyatanya Airlangga tetaplah kulkas 100 pintu yang susah didekati.

Mungkin perhatian yang diberikan pria itu hanya sebagai loyalitas karena berbakti pada ayahnya. Ia tahu kalau Airlangga sangat menghormati ayahnya. Airlangga hanya tidak ingin membuatnya menangis.

Naya memutuskan untuk belajar sendiri sambil menangis ia menyetel musik. Lalu ia bernyanyi.

"Jangan pergi-pergi lagi aku tak mau sendiri. Temani aku tuk sebentar saja agar aku tak kesepian."

(Vieera - Kesepian)

Terlihat beberapa soal fisika yang mau ia kerjakan. Naya mengerutkan kening membaca soal tersebut. Ternyata sulit sekali kalau tak ada Airlangga yang membantunya. Naya tak menyerah ia mencoba mengerjakan sebisanya. Ia mencari rumus yang cocok dan memasukkan angka sesuai soal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Airlangga | Gravitasi (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang