"percayalah pasti setelah hujan dan mendung ada pelangi yang akan menemanimu walau hanya sementara"- Akala Hirendra
***
Malam itu setelah terjadi konflik antara kala dengan papa kini kala duduk di balkon kamarnya di temani gitar yang berada di pangkuan kala
Saat netra hitam kala menatap langit yang manpak indah di malam hari setelah usai hujan sore tadi, udara dingin malam itu tak membuat kala beranjak dari duduknya netra hitam kala tak lepas dari langit yang menampilkan semburatan bintang di langit
"Kata papa dulu, bintang yang paling terang itu wujud orang yang kita sayang yang udah pergi jauh." tunjuk kala pada bintang yang paling terang, mulut kecil itu berucap pandangan mata kala tak berubah memandang indahnya langit malam
"Pasti itu bunda, bunda pasti bahagia Bun tadi kala jenguk bunda, bunda lihatkan." Raut muka kala berubah sendu kenangan saat ia dan bundanya tiba tiba terlintas begitu saja
"Bunda adek mau cerita, papa sekarang berubah banget Abang juga sama mereka gak sayang sama adek ya Bun. Papa selalu nuntut adek dapet juara satu terus nilai harus seratus gak boleh sampai dapat sembilan puluh adek bisa di pukul,gak di kasih makan kalau Abang Naufal dia baik tapi dia juga suka pukul adek, kalau Abang Gavin emm dia lebih jahat dari Abang ufal Abang Gavin suka pukul sama suka bilang gini "pembunuh gara gara loh bunda gw jadi ninggalin gw andai Lo yang mati bukan bunda" bun adek bukan pembunuhkan apa adek mati aja ya Bun biar Abang seneng, tapi adek mati pun gak juga gk bakal bisa hidup lagikan" pertahanan kala runtuh air matanya jatuh tanpa seijinnya, kala menangis tanpa suara hatinya seperti diremas-remas sakit mendengar kata-kata Gavin yang terus berputar di benaknya seperti radio rusak
Lama menangis hingga kala baru menyadari setetes darah menetes dari hidung bangirnya, sang empu hanya melihat tetesan darah kembali menetas tanpa ada niatan untuk mengusap darah itu
Tubuh yang sedikit menggigil karena semakin larut semakin dingin lupa udara di luar hujan deras mulai mengguyur kota kembali kala mulai beranjak pergi meninggalkan balkon kamar mengunci pintu balkon dan duduk di tepian kasur
Udara hangat kamar mulai terasa namun saat ini yang kala rasakan pening luar biasa di kepalanya tangannya mulai meremas sisi kasur kala terjatuh tertunduk tangan sebelahnya meremas rambutnya dengan kuat hingga beberapa rambut rontok "akh s-sakit papa t-tolong saki-." Ucap terakhir kala sebelum kegelapan merenggut kesadarannya
Kini kala berhasil tak sadarkan diri sepenuhnya dengan keadaan darah di hidungnya belum ia bersihkan sama sekali namun darah itu terus menetes dan itu semakin banyak tingga pipi dan lantai banyak darah.
Hingga pagi hari pun tiba sampai saat ini kala tak menunjukkan sadar dari pingsannya darah yang menetes di lantai pun mulai mengering begitu pula darah yang berada di pipi kala
Di meja makan semua orang sepertinya tak ada yanng menyadari hingga "anak sialan itu tumben gak ikut makan." celetuk Gavin sambil menyendok nasi papa pun mendongak memberhentikan acara mengunyah nasi yang ada di mulutnya begitu pun Naufal
"Halah biarin aja mungkin udah mati tu anak." Ucap Naufal yang kemudian kembali melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda salah satu dari mereka kini perasaan mulai campur aduk namun ia menepis semua itu "udah lanjut makan." Ucap baskara
Kamar kala diketuk seorang dari luar lama tak mendapatkan jawaban hingga maid itu memanggil salah satu bodyguard yang sedang lewat
"Budi sini bantuin buka khawatir saya." bodyguard yang bernama Budi pun datang "gak bisa di buka Siti." Bodyguard itu masih berusaha membuka pintu kamar kala.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry (on Going)
Genç Kurgu"DASAR GAK TAU DIRI, DASAR KAMU PEMBUNUH ANAK SIALAN MATI AJA KAMU" "NILAI MACAM APA INI, DASAR GAK GUNA" "PEMBUNUH KAYA LO ITU GAK PANTES HIDUP" "MATI AJA LO SIALAN" "Bunda maaf adek gak kuat, adek nyerah mereka jahat, sakit bun" WARNING⚠️⚠️ MENGA...